Hagai 1:9B Oleh karena rumah-Ku yang tetap menjadi reruntuhan, sedang kamu masing-masing sibuk dengan urusan rumahnya sendiri.
Ada dua pekerjaan besar yang harus dilakukan bangsa Israel sekembalinya mereka dari tujuh puluh tahun masa pembuangan di Babel, yaitu pertama, membangun kembali tembok Yerusalem yang telah roboh yang dipimpin oleh Nehemia, dan kedua, meletakkan fondasi untuk pembangunan kembali Bait Suci di bawah kepemimpinan imam Ezra. Kedua hal penting itu sebenarnya mulai dilakukan oleh bangsa Israel enam belas tahun sebelum masa nabi Hagai. Awalnya bangsa Israel meletakan dasar-dasar pembangunan dengan penuh semangat dan tekad yang kuat, namun ketika terjadi sesuatu di luar dugaan, mereka akhirnya menghentikan pembangunan tersebut. Dan mereka beranggapan bahwa tertundanya pembangunan tersebut disebabkan karena mungkin memang belum waktunya bagi mereka untuk membangun kembali Bait Suci Tuhan. Mereka bukannya tidak mengakui bahwa pembangunan Bait Suci adalah tanggung jawab mereka, namun mereka terus menunda pembanguna itu hari lepas hari hingga tak terasa enam belas tahun berlalu sudah.
Enam belas tahun bukanlah masa yang pendek, dan sepanjang masa itu pula bangsa Israel kerap kali merasakan masa-masa yang penuh pergumulan. Mereka menabur banyak, namun membawa pulang hasil yang sedikit, mereka makan dan minum tetapi tidak sampai merasakan apa yang disebut dengan puas dan kenyang, dan mereka juga bekerja untuk mendapatkan upah, namun upah yang mereka bawa seperti ditaruh di dalam pundi-pundi yang berlobang. Ada saja berbagai pengeluaran untuk hal-hal yang mestinya tidak perlu terjadi. Mereka merasa hidup mereka begitu berat hingga akhirnya Tuhan mengingatkan melalui nabi Hagai bahwa penyebab semua yang mereka alami itu sesungguhnya bukanlah masalah ekonomi ataupun keuangan, melainkan masalah prioritas dalam menjalani kehidupan. Nabi Hagai mendapati bahwa bangsa Israel bukanlah bangsa yang malas, mereka sibuk melakukan banyak aktifitas, namun sayangnya mereka sibuk dengan urusan dirinya masing-masing.
Lewat pesan Tuhan ini, kita kembali diingatkan bahwa Tuhan begitu mengasihi kita, dan Ia punya sejumlah rencana besar dan mau melakukan hal-hal yang luar biasa melalui hidup kita. Bagian kita sebenarnya adalah memercayakan hidup kita ke dalam tangan-Nya, maka Ia siap untuk menuntun kita langkah demi langkah seperti yang Ia kehendaki. Seperti bangsa Israel yang dipimpin Tuhan kembali ke Yerusalem untuk melakukan kembali pembangunan-pembangunan yang besar, namun sayangnya pekerjaan besar itu tertunda oleh karena mereka telah memiliki agenda pribadi masing-masing. Mereka terlihat begitu sibuk, namun bukan untuk sesuatu yang diinginkan Tuhan.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan untuk kembali ke prioritas yang benar, di antaranya adalah:
(1). Penggunaan waktu
Hagai 1:2 “Beginilah firman TUHAN semesta alam: Bangsa ini berkata: Sekarang belum tiba waktunya untuk membangun kembali rumah TUHAN!”
Prioritas hidup seseorang dapat dilihat lewat aktivitas yang dilakukannya sepanjang waktu yang ia miliki. Apakah waktu yang ada digunakan untuk suatu kepentingan yang lingkupnya lebih besar, yang menguntungkan Kerajaan Sorga, yang dapat membangun kehidupan rohaninya, ataukah hanya untuk hal yang menyenangkan dirinya semata-mata. Satu alasan yang selalu diucapkan oleh bangsa Israel menanggapi tertundanya pembangunan Bait Suci pada waktu itu adalah belum tibanya waktu Tuhan bagi mereka untuk memulai pembangunan. Alasan paling rohani yang kerap diucapkan orang percaya ketika mereka menunda untuk melakukan pekerjaan Tuhan adalah dengan mengatakan bahwa waktu Tuhan bagi mereka belum tiba.
Yesus pernah menunda untuk melakukan sesuatu di dalam beberapa pelayanan-Nya, namun itu tidak berarti Ia tidak tahu apa yang harus dilakukan, melainkan Ia sangat mengetahui bahwa ada hal yang lebih penting yang akan dinyatakan kemudian di balik penundaan tersebut, seperti dalam kisah membangkitkan Lazarus. Alasan penundaan Yesus berbeda dengan penundaan pembangunan Bait Suci yang seharusnya segera dilakukan bangsa Israel. Bangsa Israel menunda pembangunan itu bukan karena mereka tidak tahu apa yang harus dilakukan, tetapi karena mereka tidak melihat ada keuntungan yang bisa mereka peroleh secara langsung apabila mereka membangun Bait Suci, dibandingkan dengan membangun rumah untuk kepentingan diri mereka sendiri.
(2). Penggunaan dana
Hagai 1:9B Kamu mengharapkan banyak, tetapi hasilnya sedikit, dan ketika kamu membawanya ke rumah, Aku menghembuskannya. Oleh karena apa? demikianlah firman TUHAN semesta alam. Oleh karena rumah-Ku yang tetap menjadi reruntuhan, sedang kamu masing-masing sibuk dengan urusan rumahnya sendiri.
Prioritas hidup seseorang dapat dilihat lewat seberapa banyak dana yang rela ia keluarkan untuk memuaskan keinginannya. Salah satu alasan bangsa Israel tidak mengerjakan pembangunan Bait Suci adalah karena mereka menempatkan urusan rumahnya sendiri lebih utama dari hal yang lainnya. Fokus pandangan mereka lebih banyak diarahkan kepada pembangunan rumah mereka sendiri. Perabotan apa yang belum mereka beli untuk mengisi dapur mereka, peralatan elektronik apa lagi yang belum mereka miliki untuk ruang keluarga mereka, ataukah lantai papan terbaik mana yang belum terpasang di ruang tamu mereka. Semua dana dihabiskan hanya untuk membuat segala sesuatu terlihat lebih indah secara fisik saja.
Jangan menyalahartikan maksud butir kedua ini dengan berpikir bahwa kita tidak boleh membeli barang ataupun perabotan untuk rumah kita dan harus memberi lebih banyak untuk Tuhan. Sesungguhnya Tuhan sedang membawa kita untuk merenungkan kembali tentang prioritas hidup seperti apa yang sedang kita bangun hari-hari ini. Prioritas kita akan terlihat dengan sendirinya lewat dana, daya dan upaya yang kita keluarkan untuk tercapainya suatu tujuan, termasuk ketika kita hendak membangun kehidupan pengenalan akan Tuhan yang lebih baik.
Mari umat Tuhan, ketika umat Israel menempatkan prioritas mereka dengan benar dengan menyelesaikan pembangunan Bait Suci seperti yang Tuhan inginkan, maka Tuhan menyatakan kemuliaan-Nya secara luar biasa. Bahkan kemegahannya melebihi kemegahan yang semula. Seperti itulah kemuliaan yang Tuhan hendak nyatakan kepada orang-orang yang mengetahui dan memprioritaskan tujuan Tuhan dalam hidupnya.
Tuhan Yesus memberkati!