Kejadian 12:10-20 (13) Katakanlah, bahwa engkau adikku, supaya aku diperlakukan mereka dengan baik karena engkau, dan aku dibiarkan hidup oleh sebab engkau.”
Kata integritas berasal dari bahasa Inggris, yakni integrity, yang berarti menyeluruh, lengkap atau segalanya. Kamus Oxford menghubungkan arti integritas dengan kepribadian seseorang, yaitu jujur dan utuh. Ada juga yang mengartikan integritas sebagai keunggulan moral dan menyamakan integritas sebagai “jati diri”. Integritas juga diartikan sebagai bertindak konsisten sesuai dengan nilai-nilai dan kode etik. Dengan kata lain integritas diartikan sebagai “satunya kata dengan perbuatan.”
Dikatakan di ayat 10 timbul kelaparan di negeri di mana Abram tinggal, jika kita lihat di ayat 1-9 pasal yang sama. Tuhan menyuruh Abram untuk pergi ke suatu tempat yang nantinya tempat itu akan jadi milik keturunannya, dengan kata lain sebenarnya tempat di mana ia tinggal adalah tempat yang tepat seperti yang Tuhan rancangkan kepadanya lewat sebuah visi. Tapi lihat, saat kelaparan datang atas wilayahnya, Abram tanpa bertanya terlebih dulu kepada Tuhan tentang bagaimana dia harus menghadapi kelaparan ini, spontan saja ia memutuskan untuk pergi ke Mesir.
Ada satu hal yang Abram kuatirkan ketika ia tiba di Mesir. Kekuatirannya bukan tentang apakah kepergiannya ke Mesir ini selaras dengan apa yang dikehendaki Tuhan atau tidak, melainkan tentang Sarai, isterinya, yang berparas sangat cantik. Sejak semula Tuhan memiliki rencana yang indah atas kehidupan Abram dan Sarai. Dia merancang kehidupan mereka begitu istimewa. Abram dianugerahi isteri dengan kecantikan yang luar biasa, seorang yang dipilih Tuhan untuk menjadi berkat bagi bangsa-bangsa. Hal inilah yang membuat Abram merasa was-was pada saat mereka sampai di Mesir.
Abram kuatir apabila orang-orang dan para petinggi di Mesir melihat kecantikan Sarai, lalu mengingininya, merebut dan kemudian membunuh dirinya, apabila diketahui ia adalah suaminya. Oleh sebab itu Abram mengambil keputusan untuk mengompromikan dirinya dengan berpura-pura layaknya mereka bukan pasangan suami-isteri, melainkan kakak beradik saja. Tujuannya adalah agar dirinya diperlakukan dengan baik. Dan benar saja, ketika Firaun bertemu dengan Sarai, maka ia mengingininya dan membawanya ke istana untuk diperisteri, sedang Abram memperoleh kambing domba yang besar jumlahnya. Hal inilah yang membuat Tuhan murka dan hendak menimpakan tulah yang hebat kepada Firaun.
Inilah yang menjadi pesan Tuhan bagi kita. Orang percaya dikenal karena memiliki jati diri yang segambar dengan sifat-sifat dan pribadi Tuhan yang memegang teguh nilai-nilai integritas sebagaimana yang Ia ajarkan. Namun seringkali integritas menjadi hal yang pertama dikorbankan hanya demi keuntungan dan atau keamanan diri pribadi. Demi melindungi dirinya dari tindakan orang-orang di Mesir, maka Abram memutuskan untuk tidak mengakui Sarai sebagai isteri dan mengabaikan perjanjiannya dengan Tuhan. Tuhan mau kita tetap menjaga teguh integritas kita, apapun yang kita hadapi.
Beberapa hal yang harus kita perhatikan agar tetap hidup dengan integritas yang sejati di hadapan Tuhan dan manusia:
(1). Perhatikan sikap kita di tengah kesulitan
Kej. 12:10 Ketika kelaparan timbul di negeri itu, pergilah Abram ke Mesir untuk tinggal di situ sebagai orang asing, sebab hebat kelaparan di negeri itu.
Abram memutuskan untuk lari ke Mesir dan melakukan kebohongan demi untuk kepentingan dirinya sendiri (ayat 13-16). Takut menghadapi masalah membuat seseorang mengambil keputusan yg salah, tidak sejalan dengan kehendak Tuhan, dan mengambil tindakan yang salah. Ketakutan membuat Abram berani melakukan kebohongan tidak peduli sekalipun ada orang lain yang terluka. Ketakutan membuat ia tidak berani bertanggungjawab. Takut membuat seseorang lupa atas apa yang Tuhan janjikan.
Berbohong membuat siapapun menanggung akibatnya. Akibat kebohongan adalah integritas yang tercemar dan otomatis nama Tuhan pun turut tercemar. Bohong membuat Tuhan tidak dipermuliakan. Abraham berbohong dalam posisi yang terjepit karena kuatir Raja Firaun ingin menjadikan Sarai sebagai isterinya lalu kemudian membunuhnya.
Harusnya Abram mengerti di balik kesulitan ada tujuan. Kesulitan membuat seseorang dewasa. Kesulitan merupakan tes, ujian terhadap iman kita. Kesulitan membuat kita berpaling pada Tuhan. Kesulitan datangnya tiba-tiba, dan seringkali kita tidak siap menghadapinya. Sama seperti Abram yang tidak siap menghadapi situasi yang sulit. Kita harus menghadapi kesulitan dengan iman dan percaya penuh, bukan dengan ketakutan. Milikilah iman yang besar pada Tuhan! Semakin kita kenal dan percaya Tuhan, semakin kita kuat dalam menghadapi masalah. Dan semakin mengenal Tuhan, semakin melihat dosa itu dengan jelas.
(2). Perhatikan sikap kita di tengah orang banyak
Kej.12:18-19 Lalu Firaun memanggil Abram serta berkata: “Apakah yang kauperbuat ini terhadap aku? Mengapa tidak kauberitahukan, bahwa ia isterimu?
Akibat tindakan Firaun hendak memperisteri Sarai, Tuhan memberikan tulah yang hebat kepada Firaun dan seisi istananya. Meskipun tidak disebutkan jenis tulah yang diturunkan Tuhan, namun cukup bagi Firaun untuk mengevaluasi tulah tersebut. Bahwa tulah itu diberikan Tuhan pasti akibat tindakannya yang tidak tepat, yaitu hendak memperisteri Sarai, yang tidak semestinya ia lakukan, seandainya ia tahu perempuan itu sudah bersuami. Tetapi lewat peristiwa ini ada sebuah pelajaran penting yang diterima Abram. Dan pelajaran penting ini sebetulnya adalah sebuah “penghinaan” (humiliation) terhadap umat Tuhan. Bayangkan, Firaun berkata kepada Abram, “Mengapa engkau katakan: dia adikku, sehingga aku mengambilnya menjadi isteriku? Sekarang, inilah isterimu, ambillah dan pergilah!” Dalam arti kata lain, Firaun bertanya kepada Abram, “Mengapa engkau berbohong?”
Tidakkah Abram yang adalah seorang yang dekat dengan Tuhan seharusnya merasa malu sekaligus “terhina” ketika Firaun, seorang raja bangsa “kafir”, mengajarkan kepadanya tentang makna sebuah kebohongan. Bukankah seharusnya kitalah, orang percaya, yang mengajarkan dan memberikan contoh nyata kepada orang lain yang belum mengenal Tuhan, bukan sebaliknya, justru mereka yang mengajari kita.
Mari umat Tuhan, janganlah memandang ujian, tantangan, dan kesulitan sebagai sesuatu yang buruk. Tetapi pandanglah hal-hal itu sebagai cara untuk kita memperlihatkan respons dan sikap percaya kita kepada Tuhan yang tidak pernah ingkar terhadap setiap janji-janji-Nya, sekaligus ajang untuk mendemonstrasikan kualitas integritas kita, yang seharusnya menjadi ciri khas sebagai pemercaya Kristus sejati. Selamat berintegritas!
Tuhan Yesus memberkati!