Bil. 9: 21 Ada kalanya awan itu tinggal dari petang sampai pagi; ketika awan itu naik pada waktu pagi, mereka pun berangkatlah; baik pada waktu siang baik pada waktu malam, apabila awan itu naik, mereka pun berangkatlah.
Latar belakang ayat di atas adalah peristiwa dimana bangsa Israel sedang berada dalam perjalanan dari Mesir menuju Tanah Perjanjian. Mereka pada waktu itu harus menempuh perjalanan panjang selama empat puluh tahun untuk tiba di tempat tujuan. Berjalan hari lepas hari menyusuri padang gurun yang terbentang luas dengan pemandangan pasir yang tanpa batas merupakan perjalanan yang tidak mudah bagi bangsa Israel. Namun yang membuat mereka dapat berjalan ke arah tanah yang dijanjikan Tuhan tersebut adalah karena adanya tuntunan Tuhan lewat tiang awan pada waktu siang dan tiang api pada waktu malam. Yang dibutuhkan adalah mata yang selalu berfokus pada apa yang Tuhan lakukan (pada waktu pagi, siang, maupun malam). Apabila tiang awan itu diam di atas kemah suci, maka berkemahlah mereka. Apabila tiang awan itu naik, maka mereka pun berangkatlah.
Inilah yang menjadi pesan Tuhan bagi kita, bahwa fokus pandangan mata kita tidak boleh keluar daripada Tuhan, dari rencana-Nya, dari apa yang Tuhan sedang lakukan dan yang Ia akan dilakukan dalam kehidupan kita. Tuhan mau kita memiliki hati yang senantiasa tertuju kepada-Nya baik pada waktu pagi, pada waktu siang, dan pada waktu malam. Seperti bangsa Israel yang berada di tengah perjalanan, sedikit saja pandangan mereka keluar dari tuntunan Tuhan, maka tersesatlah mereka sampai ke tujuan.
Beberapa hal yang Tuhan mau kita lakukan bersama Dia berkaitan dengan pesan di atas di antaranya adalah:
(1). Memiliki kerinduan yang tidak dibatasi oleh waktu
Yes. 26: 9 Dengan segenap jiwa aku merindukan Engkau pada waktu malam, juga dengan sepenuh hati aku mencari Engkau pada waktu pagi; sebab apabila Engkau datang menghakimi bumi, maka penduduk dunia akan belajar apa yang benar.
Yesaya 26 menggambarkan kerinduan hati Yesaya akan Tuhan sebagai benteng perlindungan yang tidak diragukan lagi dalam hidupnya. Tuntunan dan pemeliharaan Tuhan dalam setiap langkah demi langkah pada dirinya sudah sangat terbukti, sehingga membuat Yesaya tidak mau melepaskan Tuhan dalam setiap waktu-waktu kehidupannya, entah itu pagi, siang, maupun malam.
Akan tetapi Yesaya mengecam umat Israel yang begitu acuh tak acuh terhadap Tuhan. Bahwa hubungan yang mereka jalin hanya sebatas pemenuhan kebutuhan hidup semata-mata. Mereka memanggil Bapa hanya karena menganggap Bapa di Sorga memiliki segala sesuatu untuk diberikanl, bukan karena jalinan cinta kasih antara seorang anak kepada bapanya. Allah Bapa hanya dianggap sebagai pelepas kesesakan sementara waktu saja.
Yesaya mengingatkan bahwa inilah saatnya umat Tuhan menangkap suatu pelajaran penting sebelum datangnya hari penghakiman atas seluruh bumi, karena ia mengamati bahwa bangsa Israel tidak pernah belajar apa-apa, selain jatuh bangun ke dalam siklus yang sama (diberkati- menjauh dari Tuhan- diserang musuh- bertobat- berseru- ditolong Tuhan- menjauh kembali).
(2). Mendahulukan Tuhan dalam segala sesuatu
1 Taw. 13: 3 Dan baiklah kita memindahkan tabut Allah kita ke tempat kita, sebab pada zaman Saul kita tidak mengindahkannya.”
Itulah perkataan yang pertama-tama diucapkan Daud segera setelah ia diangkat sebagai raja atas seluruh Israel, hal mana itu merupakan sesuatu yang tidak pernah dilakukan oleh raja sebelumnya, yaitu Saul. Daud sangat menyadari bahwa perjalanan hidupnya dari semenjak ia menjadi gembala kambing domba dua-tiga ekor hingga menjadi raja atas sebuah bangsa pilihan Tuhan adalah semua karena perbuatan tangan Tuhan. Oleh sebab itu, Daud menyadari apabila ia tidak mengikutsertakan Tuhan dalam segala sesuatu, maka semuanya akan menjadi sia-sia saja.
Kita sudah belajar minggu lalu dari kehidupan Saul, seorang yang tidak menjadikan Tuhan sebagai kepala dalam hidupnya mengakibatkan perjalanan hidupnya berakhir dengan tragis. Ia mati akibat buah dari ketidaktaatannya. Saul seolah-olah memiliki Tuhan, Saul juga mempersembahkan korban di altar, Saul bernubuat, namun ia tidak memiliki hubungan apa-apa dengan Tuhan. Saul juga tidak pernah melibatkan Tuhan dalam pemerintahannya sebagai raja. Sebaliknya, Daud bukan saja memindahkan tabut Allah sebagai formalitas, tetapi ia sendiri menjalin hubungan yang karib dengan Tuhan, karena ia sadar bahwa kemampuan yang ia miliki adalah semua karena Tuhan. Dalam Mazmurnya, Daud sering menyatakan kerinduan hatinya kepada Tuhan baik pada waktu pagi, siang, maupun malam, dan ini yang membuat Tuhan tidak dapat tahan untuk juga menyatakan diri-Nya dalam kehidupan Daud.
(3). Mengandalkan ketajaman mata dan telinga rohani
Yoh. 10: 4 Jika semua dombanya telah dibawanya ke luar, ia berjalan di depan mereka dan domba-domba itu mengikuti dia, karena mereka mengenal suaranya.
Pada zaman Musa, bangsa Israel harus berjalan mengkuti ke arah mana tiang awan dan tiang api bergerak dengan menggunakan pandangan mata jasmani mereka, meskipun hal itu tentu saja lebih mudah dilakukan pada malam hari, karena pada malam hari tiang api begitu jelas terlihat. Namun biasanya yang menjadi kendala adalah ketika mereka harus mengikuti tiang awan pada waktu siang hari, penyebabnya adalah jarak pandang yang sangat terbatas di wilayah padang gurun. Angin berpasir yang bertiup kencang adalah pemandangan sehari-hari bagi mereka, dan ini sangat menghalangi pandangan mata mereka untuk melihat penunjuk jalan dengan jelas.
Bagi kita sebagai umat perjanjian baru di masa sekarang, tuntunan Tuhan bukan dalam rupa tiang awan atau tiang api yang dapat dilihat secara mata jasmani, lebih dibutuhkan ketajaman mata rohani dan telinga rohani untuk bisa mengikuti ke arah mana Tuhan bergerak. Namun tetap dibutuhkan respon yang sama seperti umat Israel pada waktu itu yang selalu menujukan matanya ke arah tiang awan dan tiang api baik pada waktu pagi, siang, maupun malam. Sehingga ketika Allah melakukan suatu kegerakan, maka kita dapat mengetahuinya.
Mari umat Tuhan, pesan Tuhan kali ini mengajak kita untuk memiliki kerinduan lebih lagi kepada-Nya bukan hanya pada waktu-waktu tertentu saja, namun juga dalam segala bentuk aktifitas yang kita lakukan, baik pada waktu pagi, siang, maupun malam. Karena Tuhan dapat bergerak di setiap saat dimana Ia mau berkehendak, dan bagian kita adalah tetap berfokus kepada-Nya.
Tuhan Yesus memberkati!