Keluaran 20:7 Jangan menyebut nama TUHAN, Allahmu, dengan sembarangan, sebab TUHAN akan memandang bersalah orang yang menyebut nama-Nya dengan sembarangan.
Perintah ini mengingatkan kepada kita bahwa nama mencerminkan seorang pribadi dan bukan sekedar formalitas saja. Perintah ini melarang orang untuk menggunakan nama Allah secara tidak bertanggung jawab, misalnya, janji atau sumpah yang mempertaruhkan nama Allah, sumpah serapah kepada Allah, baik sengaja maupun tidak sengaja, yang dilakukan di dalam hati atau di dalam perkataan dan perbuatan. Hukum ini melarang semua pikiran yang tidak menghormati Allah, sia-sia, kurang ajar, tidak senonoh, atau penghujatan kepada-Nya, menggunakan Firman-Nya dengan tidak sopan, sungut-sungut atas pemeliharaan-Nya, termasuk penyalahgunaan apapun yang telah membuat diri-Nya dikenal.
Dalam Kitab Suci, kita belajar bahwa nama mencerminkan pribadi, yang merefleksikan martabat orang yang memakainya. Allah sendiri memanggil umat-Nya dengan namanya (Yes 43:1). Dengan demikian, kita tidak dapat memanggil nama seseorang secara sembarangan, apalagi memanggil nama Allah dengan cara yang tidak hormat. Kata “sembarangan” memiliki arti “dengan gegabah atau tanpa berpikir”, artinya memakai kata yang penting seolah-olah kata itu tidak mempunyai arti yang tinggi dan kudus. Dengan demikian, perintah ini melarang penyalahgunaan nama Allah, baik Allah Bapa, Allah Anak, maupun Allah Roh Kudus.
Orang Yahudi begitu menghormati nama Allah, itu sebabnya sampai hari ini pun mereka tidak berani menyebut nama Allah dengan sembarangan. Mereka bahkan menganggap bahwa nama tersebut terlalu suci untuk diucapkan oleh bibir manusia. Seandainya mereka perlu mengucapkan YHWH atau Yahweh (nama Allah), mereka akan menggantinya dengan Adonai yang berarti Tuhan. Harus diakui orang-orang Yahudi sangat menghormati nama Allah, sedangkan kebanyakan orang hari-hari ini justru bersikap sebaliknya, yaitu menyebut nama Tuhan secara biasa. Bukan saja mereka tidak hormat dengan nama Tuhan, tapi nama Tuhan bahkan kadangkala disebut secara sia-sia. Lebih parah lagi, mereka menyebut nama Tuhan sebagai bagian dari kata-kata umpatan.
Pesan Tuhan bagi kita pada minggu ini adalah masih sama, yaitu tentang bagaimana memelihara sebuah nama baik, dalam hal ini adalah nama Tuhan. Namun inti dari pesan ini sesungguhnya masih sekaitan dengan bagaimana menjadi “role model”, yaitu dengan cara tidak menyebut nama Tuhan dengan sia-sia. Menghormati nama Tuhan ternyata tidak hanya dengan cara menyebut nama-Nya dengan baik dan benar saja, tapi dengan seluruh keberadaan kita. Bisa jadi kita tidak seperti orang-orang, yang menyebut nama Tuhan dengan sia-sia. Kita mungkin seperti orang Yahudi yang bahkan tidak berani menyebut nama Tuhan karena begitu sucinya nama tersebut. Tapi sungguh-sungguh sia-sia kalau kita menghormati Tuhan hanya dengan cara seperti itu saja.
Beberapa hal yang dimaksud dengan menyebutkan nama Tuhan dengan sembarangan di antaranya adalah:
(1). Menggunakan nama Tuhan namun tidak dengan sungguh-sungguh
Yesaya 48:1 Dengarlah firman ini, hai kaum keturunan Yakub, yang menyebutkan dirinya dengan nama Israel dan yang adalah keturunan Yehuda, yang bersumpah demi nama TUHAN dan mengakui Allah Israel — tetapi bukan dengan sungguh-sungguh dan dengan tulus hati —
Nama Tuhan dianggap telah disebutkan dengan sia-sia ketika nama itu digunakan secara tidak sungguh-sungguh, artinya ketika orang-orang menggunakan nama Tuhan dan mengaku diri sebagai umat-Nya, namun tidak sungguh-sungguh melakukan apa yang telah diajarkan. Bangsa Israel pada waktu itu sering menggunakan nama Tuhan di dalam berbagai kesempatan, namun sayangnya mereka tidak mematuhi pengajaran yang dikandung oleh nama itu, sehingga hal itu menimbulkan kemarahan Tuhan.
Apabila kita sebagai orang percaya menggunakan nama Kristus, kita harus melakukannya dengan cara yang benar, mengerti arti tindakan yang kita lakukan tersebut dan implikasi-implikasi penggunaan nama-Nya. Supaya Tuhan tidak berkata: “Mengapa kamu berseru kepada-Ku: Tuhan, Tuhan, padahal kamu tidak melakukan apa yang Aku katakan?” (Luk. 6:46). Itulah sebabnya gereja menyediakan para hamba-hamba Tuhan, guru dan pengajar yang siap untuk mengajar dan memuridkan para jemaat Tuhan, sehingga umat Tuhan memiliki pengertian yang benar tentang apa yang mereka lakukan, tahu tujuan hidup mereka serta tahu rencana Tuhan bagi mereka.
(2). Menggunakan atribut kekristenan namun tidak menjadi representasi nama Tuhan dengan baik
Keluaran 20:7 Jangan menyebut nama TUHAN, Allahmu, dengan sembarangan, … (= You shall not misuse the name of the Lord your God in vain …)
Seorang duta besar dari Indonesia yang ditempatkan di negara lain memiliki tanggung jawab sebagai perwakilan (representatif) dari negara Indonesia. Sebuah serangan yang ditujukan kepada pribadi duta besar negara Indonesia dianggap serangan terhadap rakyat Indonesia. Demikian juga sebuah serangan terhadap gedung Kedutaan Republik Indonesia akan dianggap sebagai serangan terhadap negara Indonesia. Ketika seorang duta besar hidup dengan cara yang memalukan di negara lain, akan dianggap telah mempermalukan nama bangsa Indonesia. Sebaliknya, jika seorang duta besar negara Indonesia hidup dengan santun dan penuh hormat, maka hal itu akan dianggap sebagai cerminan gaya hidup bangsa Indonesia.
Seorang duta besar ketika berbicara tentunya tidak berbicara sembarangan, karena setiap apa yang keluar dari mulutnya harus benar-benar mewakili isi hati pemerintah pusat yang telah mengutusnya. Demikian halnya, kita sebagai orang percaya dalam Kristus, apa yang kita ucapkan adalah representasi dari isi hati Kerajaan pusat yang telah mengutus kita. Ketika kita menjadi representasi nama Tuhan dengan baik, itu akan memberikan kuasa dan otoritas yang luar biasa kepada kita. Sebaliknya, ketika kita menyalahgunakannya (= misuse the name), maka akan mendatangkan rasa malu pada nama tersebut.
Mari umat Tuhan, inti dari pesan Tuhan ini sebenarnya adalah bagaimana setiap kita orang percaya menjadi role model di tengah-tengah dunia yang gelap ini. Ada begitu banyak orang yang telah mengatasnamakan dirinya sebagai pengikut Kristus, namun tidak sungguh-sungguh mewakili nama Kristus itu sendiri. Tuhan mau kali ini kita sungguh-sungguh menjadi representasi yang baik dari nama-Nya.
Tuhan Yesus memberkati!