Ibrani 6:1- 6 (4) Sebab mereka yang pernah diterangi hatinya, yang pernah mengecap karunia sorgawi, dan yang pernah mendapat bagian dalam Roh Kudus, (5) dan yang mengecap firman yang baik dari Allah dan karunia-karunia dunia yang akan datang, (6) namun yang murtad lagi, tidak mungkin dibaharui sekali lagi . . .
Dalam suratnya yang ditujukan kepada orang-orang percaya Yahudi ini, penulis Ibrani mengajak umat Tuhan agar terus maju dan bertumbuh dalam iman, serta meninggalkan tahapan dasar (= elementary stage) dalam pengajaran tentang Kristus dan mendorong untuk segera beralih ke tahap yang lebih tinggi (= advance stage), yaitu tahap kematangan seperti yang seharusnya dimiliki oleh mereka yang sudah mencapai kedewasaan rohani (Ay. 1, AMP). Kenyataannya, penulis Ibrani mendapati bahwa masih begitu banyak orang-orang percaya yang disibukkan dengan jatuh-bangunnya kehidupan rohani mereka di dalam pelbagai hal dasar yang seharusnya sudah mereka pahami dan kuasai pada tahap-tahap pengajaran awal di masa lampau, yaitu ketika mereka baru mengenal Kristus.
Penulis merasa khawatir bahwa apabila hal ini tidak segera disadari, maka bukan mustahil di masa yang akan datang akan banyak terjadi kemurtadan di antara orang-orang percaya yang sulit untuk dibaharui kembali, selain karena kasih karunia dan kemurahan Tuhan semata. Kemurtadan yang dimaksud penulis tidaklah langsung berarti bahwa orang tersebut meninggalkan Kristus dan berpindah kepada kepercayaan lain. Karena kemurtadan sesungguhnya bergerak setahap demi setahap yang seringkali tidak disadari orang-orang percaya. Mulai dari tahap paling dasar hingga tahap yang paling serius, yang pada akhirnya apabila tidak diindahkan maka bisa berakhir dengan tindakan meninggalkan Kristus.
Kemurtadan biasanya diawali pertama-tama oleh sikap tidak mengindahkan kebenaran firman, nasihat dan ajaran Tuhan, lalu berlanjut dengan mulai tidak perduli lagi akan firman Tuhan (tahap dimana orang sudah mulai kehilangan visi Tuhan dan tidak memerdulikan pekerjaan maupun rencana Tuhan dalam hidupnya). Tahap selanjutnya, mata yang semakin terarah untuk membandingkan antara kenyataan dunia dengan kenyataan Kerajaan Sorga yang semakin nyata dan mulai berkurangnya hasrat untuk menghampiri Tuhan, mulai toleran terhadap dosa dan akhirnya mulai menolak ajaran Tuhan. Sekali lagi, kemurtadan memang tidak selalu berbicara tentang meninggalkan agama.
Penulis Ibrani melihat bahwa penyebab undurnya iman orang percaya seringkali terjadi akibat dari kurang mampunya mereka mengecap segala yang baik yang Tuhan berikan, termasuk mengecap kebaikan-kebaikan melalui orang-orang yang ada dalam kehidupannya. Menurut ayat di atas, setiap orang percaya pasti pernah diterangi hatinya, pernah menikmati karunia sorga, pernah mendapat bagian dari Roh Kudus, dan menerima firman yang baik, namun karena semua itu tidak dikecap dengan baik, maka segala kebaikan-kebaikan itu tidak tampak nyata. Sebaliknya, ia justru lebih merasakan hal-hal buruk yang ia alami dalam kehidupannya.
Inilah yang menjadi pesan Tuhan bagi kita, bahwa bagi orang-orang percaya, memiliki ketajaman dan kemampuan untuk mengecap hal-hal yang Kerajaan Sorga telah berikan, merupakan hal yang penting, seperti halnya lidah di mulut kita yang dilengkapi oleh syaraf reseptor perasa di seluruh permukaannya, sehingga kita dapat menikmati setiap rasa makanan maupun minuman yang masuk ke dalam mulut kita.
Orang yang memiliki indera pengecap yang baik akan:
(1). Memiliki hati yang melimpah dengan syukur
Maz. 34:9 Kecaplah dan lihatlah, betapa baiknya TUHAN itu! Berbahagialah orang yang berlindung pada-Nya!
Di tengah kegentarannya akan kejaran Saul yang hendak membunuhnya, Daud yang tadinya sudah kehilangan akal sehingga hendak berpura-pura menjadi orang yang tidak waras, namun kemudian ia menyadari bahwa ketakutannya akan Saul terlampau berlebihan. Tidak akan ada gunanya bila ia menggunakan kekuatannya sendiri untuk menghindar dari Saul. Dalam keadaan tak berdaya, Daud teringat akan segala kebaikan Tuhan, dan ia merasa sangatlah tidak pantas untuk menjadi takut karena Tuhan selalu menolongnya bahkan di saat-saat yang lebih menakutkan dari apa yang sedang dialaminya saat itu sekalipun, dimana selalu saja ia menerima pertolongan Tuhan. Ia merenungkan bahwa Tuhan punya rencana besar dalam hidupnya. Tidak mungkin Tuhan mengurapinya untuk menjadi raja, dan kemudian membiarkan dirinya terbunuh begitu saja sebelum ia menjadi raja.
Pada saat Daud mengecap segala kebaikan Tuhan, maka ketika itulah timbul rasa syukur yang amat sangat dan keraguannya akan perlindungan dan pemeliharaan Tuhan menjadi sirna. Tidaklah mungkin bagi orang seperti Daud yang tahu mengecap kebaikan Tuhan lalu menjadi kecewa kepada Tuhan hanya karena situasi tidak nyaman sesaat yang ia alami. Namun sebaliknya, orang yang tidak tahu mengecap kebaikan Tuhan, akan mudah sekali kecewa kepada Tuhan maupun kepada manusia.
(2). Memiliki kepekaan untuk membedakan yang murni dari yang tidak murni
1 Pet. 2:2-3 Dan jadilah sama seperti bayi yang baru lahir, yang selalu ingin akan air susu yang murni dan yang rohani, supaya olehnya kamu bertumbuh dan beroleh keselamatan,
jika kamu benar-benar telah mengecap kebaikan Tuhan.
Rasul Petrus menggambarkan bahwa sama seperti bayi yang baru lahir yang selalu menginginkan air susu yang murni, demikian pula orang percaya yang benar-benar telah mengecap kebaikan Tuhan, pasti akan senang mengejar hal-hal murni dari Kerajaan Sorga. Orang yang tahu mengecap kebaikan Tuhan adalah orang yang sudah pernah merasakan kehadiran Tuhan dalam hidupnya, dan orang yang sudah pernah mengalami hal tersebut tidak akan mau melepaskan Tuhan atau menggantinya dengan apa pun juga. Sama seperti orang yang sudah terbiasa hidup dalam kemilau emas murni yang terbaik, pasti tidak akan pernah mau menggantinya dengan apa pun yang tentunya lebih buruk dari itu.
Sebaliknya, orang percaya yang hidupnya sering jatuh bangun ke dalam hal-hal yang kotor dan dosa dapat dipastikan bahwa ia belum pernah benar-benar mengecap kebaikan Tuhan. Karena orang yang benar-benar pernah mengecapnya pasti akan selalu mencari yang murni dan benar.
Oleh sebab itu jemaat Tuhan, marilah kita semakin merenungkan dan merasakan kebaikan Tuhan dalam hidup kita. Jangan pernah berkata bahwa kita tidak pernah mengalaminya hanya karena saat ini kita mengalami dinamika kehidupan yang kurang menyenangkan. Jangan pernah kendorkan semangat pengiringan dan pelayanan kita kepada Tuhan. Tuhan Yesus telah memberikan yang terbaik bagi kita, bahkan nyawa-Nya pun telah ia korbankan bagi kita sehingga kita ada sebagaimana saat ini. Kecaplah lebih lagi! Karena Tuhan mau membawa kita ke tingkat yang lebih tinggi lagi.
Tuhan Yesus memberkati!