Ibr. 11:8 ”Karena iman Abraham taat, ketika ia dipanggil untuk berangkat ke negeri yang akan diterimanya menjadi milik pusakanya, lalu ia berangkat dengan tidak mengetahui tempat yang ia tujui.”
Allah mempunyai rencana besar bagi Abraham dan keturunannya. Dari kehidupannya yang lama di Ur-Kasdim, Allah menyuruh Abraham keluar, dari rumah bapanya dan dari sanak saudaranya, ke suatu negeri yang Allah tidak beritahukan di mana letak persisnya. Dalam ketaatan penuh, Abraham meninggalkan kenyamanannya dan melangkah pergi ke suatu tempat yang bahkan ia sendiri belum mengetahuinya, hingga akhirnya suatu hari tibalah ia di suatu tempat yang Allah kehendaki tersebut. Bagaimana caranya Abraham dapat tiba di tempat yang tidak ia ketahui, sedangkan jarak dari Ur-Kasdim ke tanah Kanaan bukanlah suatu jarak yang dekat? Medan yang ditempuh pun masih didominasi oleh padang gurun yang tidak memiliki rambu-rambu lalu lintas dan penunjuk arah. Ditambah pula teknologi alat penunjuk arah jalan, seperti yang banyak digunakan orang hari-hari ini, yaitu GPS (Global Positioning System), belum diciptakan pada waktu itu. Sarana apakah yang digunakan Abraham untuk mencapai tempat tersebut?
Pesan Tuhan bagi kita minggu ini adalah bahwa Tuhan menunjukkan sebuah sarana atau alat penuntun arah, atau ‘GPS’, yaitu suatu alat yang harus kita miliki dan gunakan, yang akan menuntun kita ke arah yang harus kita tuju agar tiba di tujuan yang Tuhan kehendaki. Alat tersebut tentunya bukanlah alat GPS (Global Positioning System/sistem penuntun atau pemosisian global) dalam arti yang sesungguhnya, namun cara kerja alat tersebut dapat diilutrasikan seperti cara kerja GPS. “Alat” yang Tuhan maksud adalah ‘GPS’ (God Positioning Spirit/Roh penuntun atau penunjuk arah dari Tuhan). Ternyata, sarana atau alat ini pulalah yang digunakan Abraham, hingga ia dapat tiba di sebuah tempat yang Tuhan kehendaki, suatu tempat yang sama sekali asing baginya, setelah melalui suatu perjalanan panjang yang tidak mudah.
Bagaimana kita mengaktifasi ‘GPS’ yang sesungguhnya sudah Tuhan berikan kepada kita ini?
(1). Aktifasikan alatnya.
Kej. 12:8 “Kemudian ia pindah dari situ ke pegunungan di sebelah timur Betel. Ia memasang kemahnya dengan Betel di sebelah barat dan Ai di sebelah timur, lalu ia mendirikan di situ mezbah bagi Tuhan dan memanggil nama Tuhan.”
Di tengah ketidaktahuannya mengenai ke arah mana ia harus melangkah, berulang kali Abraham berhenti dan memutuskan untuk membangun mezbah bagi Allah. Ia sadar bahwa semua perintah dan rencana ini datang dari Allah, ia mengetahui bahwa Allah mempunyai rencana besar baginya dan bagi keturunannya, maka dari itu, Abraham tahu, kepada siapa lagi ia harus menyerahkan segala ketidakmengertiannya itu selain kepada Allah Bapa yang mengutusnya. Yang dilakukan Abraham berulang kali adalah membangun mezbah, membangun suatu kontak hubungan dengan Sang Pencipta, dan lewat jalinan hubungan tersebut, maka kemudian barulah Abraham dapat meneruskan kembali perjalanannya hingga akhirnya ia dapat tiba di tujuan yang Allah tetapkan.
Salah satu hal yang dapat menjadi penyebab jatuhnya sebuah pesawat yang sedang terbang di udara adalah apabila pesawat tersebut tidak terhubung dengan baik melalui komunikasi dengan menara jaga di Bandara (ATC- Air Traffic Controller), yang bertugas memberi petunjuk dan arahan kepada pesawat-pesawat yang sedang mengudara, kapan pesawat boleh menaikkan ataupun menurunkan ketinggiannya, ke tujuan mana pesawat diarahkan, dll.
Sebagai anak-anak Tuhan, setiap kita telah diberikan Roh Kudus oleh Dia, yang salah satu fungsinya adalah sebagai penolong dan penuntun langkah kita. Tuhan mau kita terus ‘penuh’ di dalam kepenuhan-Nya dan senantiasa terhubung lewat suatu jalinan keintiman yang kita bangun, sehingga lewat komunikasi dua arah, kita dapat mengetahui tuntunan dan arahan untuk tiap langkah kita. Maz. 25:14 “Tuhan bergaul karib dengan orang yang takut akan Dia, dan perjanjian-Nya diberitahukan-Nya kepada mereka.” Sebagaimana Abraham membangun relasi melalui mezbah, demikian pula kita mau mengaktifasi fungsi ‘GPS’ tersebut dengan cara datang kepada Yesus dalam keakraban.
(2). Bersedia untuk bergerak (melangkah).
Mat. 28:19-20 “Karena itu pergilah, jadikanlah semua bangsa murid-Ku dan baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus, dan ajarlah mereka melakukan segala sesuatu yang telah Kuperintahkan kepadamu. Dan ketahuilah, Aku menyertai kamu senantiasa sampai kepada akhir zaman.”
Menjelang kenaikan Yesus ke sorga, Ia telah memberikan suatu Amanat Agung kepada murid-murid-Nya (termasuk kita) untuk bergerak, melangkah, dan menjadikan semua bangsa sebagai murid-Nya. Ada satu penekanan yang Yesus ucapkan di akhir kata perintah untuk pergi, yaitu jaminan penyertaan dan tuntunan-Nya bagi kita. Artinya, janganlah kuatir tentang ke mana kita harus melangkah dan apa yang harus kita lakukan. Satu hal yang pasti, ketika kita berani berkata “ya” untuk tugas tersebut, maka arahan dan tuntunan-Nya tidak usah kita ragukan lagi. Mari kita belajar dari respon Abraham saat ia mendengar perintah Allah untuk meninggalkan negerinya, yaitu bersegera pergi, melakukan perintah Allah dengan iman, karena ia percaya akan penyertaan-Nya.
Alat GPS baru berfungsi ketika kita mulai menggerakkan kendaraan kita dan membawa kita ke suatu tempat. Alat tersebut tidak akan menunjukkan suatu arah apapun atau berbicara apapun selama kita tidak menggerakkan posisi kita ke mana pun. Hanya apabila posisi kita mulai bergerak, maka layar penunjuk mulai memberikan arah dan suara pemandu mulai memberikan tuntunannya. Dari mana Rasul Paulus mengetahui bahwa ia harus pergi ke Makedonia dan bukan ke Bitinia? Jawabannya adalah ketika ia sedang menuju ke arah Bitinia (Kis. 16:6-9), bukan ketika ia sedang berada di atas kursi goyang di rumahnya.
(3). Sadar akan mata Tuhan yang mengamati keberadaan kita.
Kej. 3:8 “Ketika mereka mendengar bunyi langkah Tuhan Allah, yang berjalan-jalan dalam taman itu pada waktu hari sejuk, bersembunyilah manusia dan isterinya itu terhadap Tuhan Allah di antara pohon-pohonan dalam taman.”
Salah satu kecanggihan fungsi ‘GPS’ adalah sanggup melacak keberadaan kita di manapun, bahkan di belahan dunia manapun.
Saat Adam dan Hawa menyadari kesalahannya, yaitu memakan buah yang telah Tuhan perintahkan agar mereka tidak boleh memakannya, maka bersembunyilah mereka dari Tuhan di antara pepohonan dalam taman. Mereka menyangka bahwa mereka dapat bersembunyi dari pandangan mata Tuhan. Mereka mengira bahwa dengan menutupi diri mereka di antara pepohonan, maka pastilah Tuhan tidak dapat menemukan keberadaan mereka. Mereka tidak menyadari akan ke-Mahahadir-an Tuhan di segala tempat untuk mengawasi orang jahat dan orang baik (Ams. 15:3).
Berbeda dengan kisah Adam dan Hawa di atas, ada seorang pemuda bernama Yusuf yang berani menolak godaan isteri majikannya dengan resiko apapun, sekalipun pada waktu itu mungkin tidak ada seorangpun yang mengawasi mereka. Yusuf menolak bukan karena ia takut kepada Potifar majikannya, tetapi lebih karena kepada Allah yang selalu menyertai dirinya (Kej. 39:9 . . . Bagaimanakah mungkin aku melakukan kejahatan yang besar ini dan berbuat dosa terhadap Allah?”).
Umat Tuhan, sesungguhnya Tuhan mau agar kita menyadari bahwa Ia telah memberikan firman dan Roh Kudus-Nya bagi kita, yang tidak lain adalah pribadi Yesus Kristus sendiri yang selalu siap untuk menjalin keintiman dengan kita, menolong, menuntun, mengarahkan, menyertai dan menyatakan perkara-perkara dahsyat lainnya. Ia mau kita senantiasa penuh dan terhubung dengan Dia.
Tuhan Yesus memberkati!