Kejadian 6:22 Lalu Nuh melakukan semuanya itu; tepat seperti yang diperintahkan Allah kepadanya, demikianlah dilakukannya.
Kisah Nuh diawali ketika Tuhan memerhatikan manusia tidak hanya secara individu satu persatu namun juga secara keseluruhan sebagai hasil karya ciptaan-Nya. Tuhan sangat menyayangi dunia yang Ia ciptakan dan melihat bagaimana dunia berespons terhadap kebenaran-Nya, terhadap pesan-pesan-Nya, dan terlebih terhadap Diri-Nya secara pribadi. Namun, ternyata semua yang dilakukan manusia di bumi adalah kejahatan semata. Semua kecenderungan hatinya membuahkan kejahatan.
Seringkali sebagai orang percaya kita berpikir yang penting adalah bagaimana secara pribadi menjalani hidup kekristenan kita dengan baik, dan biarlah dunia berjalan sendiri dengan segala keinginannya. Namun, satu hal yang perlu kita ketahui, bahwa Tuhan melihat semua itu secara keseluruhan. Bukan hanya melihat bumi dan segala manusia yang berada di dalamnya yang sedang menuju kepada kehancurannya, tetapi juga melihat kita sebagai orang-orang percaya. Apakah kita turut merasakan sebagaimana yang Tuhan rasakan ketika Ia melihat dunia?
Kita perlu turut memerhatikan apa yang terjadi di bumi dan apa yang terjadi di bangsa kita. Dunia sedang mempromosikan gaya hidupnya dan meminta kita agar mau menerima gaya hidup mereka yang penuh dengan dosa dan menganggapnya sebagai sesuatu yang normal. Dunia sedang mengajak kita untuk terbiasa dengan apa yang sedang mereka lakukan. Saat dunia menebarkan ajakannya, seringkali orang percaya tidak melakukan apa-apa, bahkan kadang tanpa disadari mulai menikmatinya. Seharusnya kita berfungsi menjadi alat penerang dan balik memengaruhi dunia ini dengan kebenaran Allah. Panggilan kita di dalam Kristus sesungguhnya jauh melebihi empat dinding pembatas bangunan gereja kita, maupun empat dinding pembatas tempat tinggal kita. Tuhan selalu mencari pribadi yang mau membuat perbedaan.
Pada masa itu, Tuhan menemukan Nuh, seorang yang mendapat kasih karunia di mata Tuhan, karena ia didapati benar dan tidak bercela di antara orang-orang sezamannya; dan Nuh itu hidup bergaul dengan Allah. Alkitab tidak mencatat bahwa Nuh memiliki karunia khusus ataupun seorang yang sangat pandai atau memiliki banyak talenta. Nuh juga tidak tercatat sebagai seorang sarjana pertukangan yang handal maupun seorang ahli fauna. Nuh bukanlah seorang yang tidak pernah berbuat kesalahan. Nuh hanyalah seorang benar yang mau melakukan dengan tepat apa yang Tuhan perintahkan. Inilah yang menjadi pesan Tuhan bagi kita minggu ini.
Nuh membangun bahtera tepat seperti yang diperintahkan Tuhan. Nuh tidak mengurangi atau menambah sedikit pun dari apa yang ditetapkan Tuhan melainkan melakukan sesuai dengan firman-Nya. Inilah ketaatan yang benar. Beberapa hal yang dimaksud dengan ketaatan yang benar adalah:
(1). Ketaatan yang utuh
Kej. 6:22 Lalu Nuh melakukan semuanya itu; …
Tidak ada bagian yang tertinggal dari apa yang seharusnya dilakukan Nuh. Nuh melakukan semua yang Tuhan perintahkan; baik dalam hal pemilihan bahan-bahan yang diperlukan, pembagian ruangan-ruangan, maupun dalam hal ukuran. Sebagaimana yang ditentukan Tuhan, maka semuanya itu dilakukan oleh Nuh. Nuh tidak melakukan sepotong-sepotong atau sebagian-sebagian yang ia anggap penting saja melainkan melakukan semuanya. Dan Tuhan menilai bahwa apa yang diperbuat Nuh itu adalah sempurna di hadapan-Nya.
Seringkali tanpa disadari masih banyak orang percaya yang masih suka memilah-milah dalam melakukan perintah Tuhan. Apa yang ia anggap cocok dengan keinginannya, maka itu yang ia lakukan. Rasa kedekatan umat Tuhan dengan Tuhan seringkali membuat dirinya menjadi permisif, yaitu merasa selalu ingin dimaklumi dan merasa boleh melakukan tawar menawar dengan Tuhan dalam hal apapun.
(2). Ketaatan yang didasari oleh kerjasama dalam kesatuan
Kej. 6:18 Tetapi dengan engkau Aku akan mengadakan perjanjian-Ku, dan engkau akan masuk ke dalam bahtera itu: engkau bersama-sama dengan anak-anakmu dan isterimu dan isteri anak-anakmu.
Nuh menyadari bahwa kemampuannya sangat terbatas, karena itu ia mengerahkan dukungan dari keluarganya. Mereka saling mendukung dan menganggap bahwa bahtera itu sebagai proyek keluarga. Seseorang yang membangun keberhasilan dalam pekerjaan Tuhan tidak lepas dari usahanya menghimpun dukungan dari orang-orang terdekat yang ada di sekitarnya, lalu bekerja sama untuk mewujudkan visi Tuhan. Tuhan bisa memakai mereka untuk mendukung agar kita berhasil dalam pekerjaan Tuhan. Tidak ada keberhasilan yang utuh di dalam pekerjaan Tuhan selain keberhasilan yang melibatkan seluruh anggota keluarga di dalamnya.
Bangsa Israel pernah mengalami kejayaan di zaman Yosua, yaitu saat seluruh bangsa itu menyembah kepada satu Allah yang hidup. Keberhasilan itu dimulai dari keputusan seorang kepala keluarga yang bernama Yosua, yang berani mengambil sebuah komitmen penting, yaitu membawa seluruh anggota keluarganya, baik isteri maupun anak-anaknya, untuk bersama-sama beribadah dan melayani Tuhan.
Mari jemaat Tuhan, Nuh telah meninggalkan teladan yang sangat baik untuk membangun etos kerja para pekerja di ladang Tuhan, agar perkara-perkara besar terjadi. Percayalah bahwa Allah turut bekerja dalam segala hal untuk mendatangkan kebaikan bagi kita yang sungguh-sungguh ingin berhasil dalam pekerjaan Tuhan dan dalam rangka memberikan pengaruh yang nyata kepada dunia.
Tuhan Yesus memberkati!