Kolose 1:23 Sebab itu kamu harus bertekun dalam iman, tetap teguh dan tidak bergoncang, dan jangan mau digeser dari pengharapan Injil, yang telah kamu dengar dan yang telah dikabarkan di seluruh alam di bawah langit, dan yang aku ini, Paulus, telah menjadi pelayannya.
Rasul Paulus menulis surat ini karena adanya ajaran-ajaran palsu yang mengancam masa depan rohani jemaat Kolose. Ketika itu Epafras, seorang pemimpin di gereja Kolose dan bisa jadi merupakan pengikut awalnya, mengadakan perjalanan untuk mengunjungi Paulus dan memberitahukan tentang situasi di Kolose, dan kemudian Paulus menanggapinya lewat tulisan dalam surat ini. Pada waktu itu Paulus sedang berada dalam tahanan, kemungkinan besar di Roma, sambil menantikan pengabulan permohonan naik banding atas kasus yang dialaminya kepada Kaisar. Rekan Paulus sendiri, Tikhikus, membawa surat ini ke Kolose atas nama Paulus. Seperti apa tepatnya bentuk ajaran palsu yang terdapat di Kolose ini memang tidak diuraikan secara jelas dalam surat ini, akan tetapi dari berbagai pernyataan Paulus yang menentang ajaran palsu itu, inti tujuan bidat itu adalah hendak meruntuhkan dan menggantikan Yesus Kristus sebagai kepercayaan utama orang percaya. Mereka mencoba mencampuradukkan ajaran Kristen dengan tradisi-tradisi Yahudi tertentu di luar Alkitab dan filsafat kafir (mirip dengan campuran kultus-kultus dewasa ini).
Di beberapa ayat sebelumnya, rasul Paulus menekankan betapa seharusnya Yesus, sebagai Kepala Jemaat, menjadi yang terutama dalam seluruh kehidupan orang percaya. Ia adalah yang sulung, yang pertama bangkit dari antara orang mati, sehingga Ia yang lebih utama dalam segala sesuatu.
Karena seluruh kepenuhan Allah berkenan diam di dalam Dia. Dan Ia telah memperdamaikan segala sesuatu, baik yang di sorga dan di bumi, termasuk kita semua, dengan diri-Nya melalui darah-Nya di atas kayu salib.
Kita yang dulunya hidup jauh dari Tuhan, bahkan yang telah “memusuhi-Nya” , namun sekarang telah diperdamaikan oleh kematian-Nya untuk kemudian menempatkan kita sebagai umat yang kudus dan tak bercacat cela di hadapan-Nya. Oleh sebab itu, kepada jemaat Kolose rasul Paulus telah mewanti-wanti agar jangan pernah mau menukar atau bahkan menggeser sedikit pun iman mereka atas pengharapan Injil, oleh apapun juga. Sebagaimana rasul Paulus pun telah berkeputusan, bahwa ia yang telah diperdamaikan oleh kematian Yesus di atas kayu salib tidak akan pernah sekali-sekali menggeserkan imannya, bahkan ia rela mati bagi Kristus.
Inilah pesan yang Tuhan sampaikan bagi kita di minggu ini, yaitu agar jangan pernah biarkan iman kita kepada Kristus digeser sedikit pun oleh apapun juga. Hari-hari ini adalah hari yang jahat, segala sesuatu dapat dipakai oleh si musuh untuk menggeser iman kita, baik dengan menggunakan hal yang besar maupun hal yang paling kecil, bahkan hal yang paling halus dan terlihat rohani sekali pun yang seringkali tidak disadari. Yang diperlukan adalah tetap memfokuskan pandangan mata kita dari panggilan dan rencana Tuhan, serta terus menjadi pendengar yang lebih baik lagi atas setiap perkataan Kristus, seperti yang telah Ia pesankan beberapa minggu terakhir ini kepada kita.
Beberapa hal yang dapat menggeser seseorang dari pengharapan Injil Kristus, di antaranya adalah:
(1). Menomorduakan yang terpenting
Kol. 1:18 Ialah kepala tubuh, yaitu jemaat. Ialah yang sulung, yang pertama bangkit dari antara orang mati, sehingga Ia yang lebih utama dalam segala sesuatu.
Ketika rasul Paulus mengatakan bahwa Yesus adalah yang terutama, artinya Ia adalah nomor satu dan tidak ada sesuatu hal lain yang lebih penting dari pada seluruh keberadaan Yesus, perkataan-Nya, nasihat-Nya, tuntunan-Nya, dan jalan-jalan-Nya, termasuk jalinan hubungan cinta kasih dan pekerjaan-Nya di bumi yang Ia percayakan kepada kita. Namun ketika kita menganggap bahwa ada hal lain di dalan kehidupan keseharian kita yang lebih penting dari pada Kristus sehingga kita mengabaikannya, maka sesungguhnya tanpa disadari kita sedang menggeser prioritas utama iman kita ke nomor yang berikutnya.
Ingatkah apa yang dilakukan rasul Paulus ketika ia menyadari bahwa pengenalannya akan Kristus lebih mulia dari pada semuanya? Ia rela melepaskan segala kebanggaan masa lalunya, melepaskan segala bentuk penghalang pengenalannya kepada Kristus, dan menempatkan semuanya itu bukan hanya di urutan nomor dua, melainkan di urutan terendah, bahkan menganggapnya sebagai sampah yang dapat merugikan pengejarannya demi untuk mengenal Kristus lebih lagi dalam hidupnya (Flp. 3:7-8).
(2). Mengendorkan pegangan kita dari tangan Yesus
Kol. 1:23 Sebab itu kamu harus bertekun dalam iman, tetap teguh dan tidak bergoncang, dan jangan mau digeser dari pengharapan Injil, . . . .
Seorang tentara pernah menjelaskan arti berjalan sambil memegang tangan Yesus, yaitu seperti ketika ia sedang berlari mengejar sebuah helikopter terakhir yang akan menjemputnya dari sebuah medan pertempuran, dimana pasukan musuh sedang mengejar sambil menembakinya dari belakang. Ketika akhirnya ia berhasil melompat dan mendapatkan pegangan pada sebuah besi di kaki helikopter yang membawanya terbang, sekali-kali ia tidak akan pernah mau mengendurkan pegangannya dari besi itu barang sedetik pun.
Sama halnya dengan pengalaman sang tentara di atas, ketika kita sudah tidak lagi bertekun dalam iman seperti yang mungkin dulu sering kita lakukan, sesungguhnya kita sedang mengendorkan pegangan kita dari tangan Yesus. Apapun alasan rohani yang kita kemukakan, namun sesungguhnya kita sedang menggeser iman kita dari pengharapan Injil. Ingatlah apa yang dilakukan para rasul bersama jemaat mula-mula. Bukannya mereka tidak mengenal Yesus atau tidak hapal firman Tuhan, namun mereka selalu berkumpul tiap-tiap hari di bait Allah bertekun dalam pengajaran dan doa, karena mereka tidak mau sedikitpun digeser dari pengharapan Injil.
Mari umat Tuhan, masih ada banyak hal lagi yang dapat menggeser seseorang dari pengharapan akan Injil Kristus. Namun setidaknya, lewat pesan Tuhan ini kita semakin diteguhkan, bahwa kita sedang memasuki hari-hari dimana akan ada banyak hal yang mencoba untuk menggeser iman kita dari Yesus, menggeser posisi kita sebagai anak-anak Tuhan, menggeser ketergantungan kita kepada Alah Bapa, dan lain-lain. Yang diperlukan adalah terus mendengar suara-Nya, tetap fokus pada rencana Tuhan, dan bertekun dalam iman, teguh dan tidak tergoncangkan. Karena bergesernya iman tidak dapat terlihat secara fisik, namun dapat dirasakan dampaknya.
Tuhan Yesus memberkati!