Markus 10:52 Lalu kata Yesus kepadanya: “Pergilah, imanmu telah menyelamatkan engkau!” Pada saat itu juga melihatlah ia, lalu ia mengikuti Yesus dalam perjalanan-Nya.
Alkitab mencatat bahwa tiap-tiap kali Yesus berjalan berkeliling untuk menyembuhkan orang sakit dan melepaskan mereka yang dikuasai iblis, minimal ada dua kelompok orang yang selalu mengikuti-Nya, yaitu kelompok murid-murid Kristus dan kelompok orang banyak yang berbondong-bondong membuntuti Dia. Kelompok murid-murid terdiri atas orang-orang yang khusus dipilih Yesus untuk menjadi murid-Nya. Mereka datang dari berbagai latar belakang yang berbeda namun dipilih Tuhan untuk tugas khusus, yaitu melaksanakan mandat Kerajaan Sorga di bumi. Itulah sebabnya mereka mengiring Yesus sambil dididik secara khusus oleh sang Guru dari dekat. Ada istilah yang mengatakan bahwa kasut murid-murid hanya terpaut beberapa depa dari kasut Yesus. Ini berarti jarak antara Yesus dan murid-murid-Nya sedemikian dekat sehingga para murid itu bisa belajar, bukan hanya lewat kotbah-kotbah-Nya yang luar biasa, namun juga belajar dari kehidupan Yesus secara langsung.
Sebaliknya, kelompok yang lain, yaitu kelompok orang yang berbondong-bondong adalah mereka yang juga sama-sama mengikuti Yesus, turut mendengar pengajaran-Nya, namun tujuan mereka sesungguhnya adalah untuk memperoleh mujizat dari Yesus. Setelah menerima mujizat, maka saat itu juga mereka pergi meninggalkan Yesus tanpa kerinduan belajar sesuatu apa pun dari-Nya.
Tidak jauh berbeda dengan kelompok orang yang berbondong-bondong, Bartimeus pun sebenarnya hanyalah seorang pengemis buta yang kerjanya duduk di pinggir jalan, menantikan orang-orang yang lewat memberikan uang sedekah kepadanya. Namun, ketika ia mendengar bahwa ada seorang pribadi bernama Yesus dari Nazaret yang dapat melakukan banyak mujizat, maka mulailah ia berseru kepada Yesus, minta agar segera dicelikkan dari kebutaannya. Namun, berbeda dengan rata-rata kebanyakan orang yang segera pergi setelah menerima mujizat, Bartimeus justru memutuskan untuk mengikuti Yesus ke mana pun Ia pergi bersama murid-murid-Nya. Kata “mengikuti” (Yun. : akoloutheo) yang dilakukan Bartimeus ternyata mengandung arti bukan sekedar berjalan membuntuti Yesus dari belakang, namun juga berjalan di jalan yang sama dengan jalan Yesus dan bergabung untuk menjadi murid-Nya dan siap untuk diajar dan didisiplinkan.
Inilah yang menjadi pesan Tuhan bagi kita, bahwa makna pengiringan kita kepada Yesus tidak berhenti sampai pada tahap dipilih dan diselamatkan dan merasa cukup puas hanya dengan menyandang status sebagai orang Kristen dan menerima banyak mujizat saja. Jauh lebih dari itu, Tuhan punya rencana besar buat kita, dan rencana-Nya hanya dapat dilaksanakan oleh mereka yang memiliki sikap hati yang dewasa di dalam pandangan-Nya. Untuk menjadi seorang Kristen cukup “dilahirkan” kembali, namun untuk menjadi seorang pemercaya yang dewasa perlu mengenakan “kasut pengiringan” sebagai seorang murid sejati. Murid sejati adalah pribadi-pribadi yang siap untuk diajar, bukan hanya lewat pengajaran formal namun juga lewat tempaan hidup, siap untuk dibentuk walaupun sakit, siap untuk dikoreksi walaupun merasa benar, dan siap untuk berjalan walaupun bukan ke tempat yang kita kehendaki.
Apa yang membuat Bartimeus memutuskan untuk pergi mengiring Yesus setelah kesembuhan matanya?
(1). Ia melihat apa yang tidak dilihat orang lain
Mar. 10:47 Ketika didengarnya, bahwa itu adalah Yesus orang Nazaret, mulailah ia berseru: “Yesus, Anak Daud, kasihanilah aku!”
Sejak memasuki gerbang Yerikho hingga berjalan di sepanjang kota dan sampai menjelang keluarnya, tidak ada seorang pun yang mengenali sosok Yesus yang waktu itu berjalan bersama murid-murid-Nya. Tidak ada seorang pun yang berseru meminta Yesus menumpangkan tangan ke atasnya, tidak ada yang menghentikan langkah-Nya untuk memohon nasihat, dan tidak ada pula yang mengikuti Yesus untuk mendengarkan pengajaran-Nya. Semua orang sibuk dengan urusannya masing-masing, hingga menjelang Yesus keluar dari Yerikho terdapatlah seorang pengemis buta, bernama Bartimeus, anak Timeus, duduk di pinggir jalan berseru memanggil nama Yesus, Anak Daud.
Kisah Bartimeus ini berbicara tentang kondisi dunia hari-hari ini, dimana banyak sekali didapati orang-orang yang dapat melihat jelas dengan matanya secara fisik, namun ternyata buta secara rohani. Mereka dapat beraktifitas dengan baik, namun tidak dapat mengenali jalan-jalan mana yang harus mereka tempuh sehingga membawa mereka menuju kebinasaan pada akhirnya, Banyak orang percaya yang dapat melihat, namun tidak dapat mengenali kebenaran Kristus yang sejati dan melihat rencana Tuhan bagi kehidupan mereka, sehingga menjalani hidup yang seenaknya. Sebaliknya, Bartimeus buta secara fisik, namun memiliki pandangan mata rohani yang sangat tajam untuk mengenali kehadiran Yesus, sebagai Anak Daud yang mampu menyelamatkan hidupnya. Itulah sebabnya, ketika mendengar kehadiran Yesus tidak jauh darinya, maka berserulah ia memanggil nama Yesus memohon jamahan-Nya tanpa ragu-ragu.
(2). Ia melihat jalan Yesus lebih baik dari pada jalannya
Mar. 10:52 Lalu kata Yesus kepadanya: “Pergilah, imanmu telah menyelamatkan engkau!” Pada saat itu juga melihatlah ia, lalu ia mengikuti Yesus dalam perjalanan-Nya.
Setelah Bartimeus mengalami kesembuhan pada matanya, Yesus menyuruhnya pergi (Yun. Hupago: go thy way; pergilah ke jalanmu). Kebanyakan dari orang yang menerima mujizat dari Yesus, umumnya pulang ke tempat tinggalnya masing-masing atau kembali ke kotanya untuk merayakan kesembuhannya bersama sanak keluarga, setelah itu mereka kembali melakukan aktifitasnya seperti sedia kala, karena memang tujuan utama berjumpa dengan Yesus adalah untuk memperoleh mujizat. Namun berbeda dengan Bartimeus, ketika mengalami kesembuhan bukan hanya mata jasmaninya saja melainkan mata rohaninya juga, ia justru merasa aneh ketika Yesus menyuruhnya pergi ke “jalannya”. Bayangkan, setelah mengetahui oleh siapa ia disembuhkan dan dengan siapa ia berhadapan pada waktu itu, Bartimeus merasa bahwa sebagai ciptaan yang baru tidaklah mungkin ia kembali ke “jalannya” yang lama. Maka seketika itu juga ia memutuskan untuk mengikuti Yesus dalam perjalanan-Nya, karena ia tahu jalan Yesus adalah jalan yang terbaik.
Umat Tuhan, seringkali kita tidak menyadari tujuan pengiringan kita yang sesungguhnya kepada Yesus. Banyak orang percaya hidup dalam “kebutaannya” dengan menjadikan mujizat Yesus sebagai tujuan utamanya, sehingga ketika ia memperoleh mujizat itu, ia segera kembali kepada aktifitas dan kehidupan lamanya tanpa memerdulikan panggilan hidupnya dan pelayanannya. Banyak orang merasa jalannya adalah yang terbaik dan keputusannya adalah yang paling benar. Biarlah setiap kita dicelikkan untuk senantiasa mengenakan “kasut pengiringannya” dan mengikuti Yesus dalam perjalanan-Nya, karena jalan-Nya adalah jalan yang terbaik.
Tuhan Yesus memberkati!