Kis. 4:8 Maka jawab Petrus, penuh dengan Roh Kudus: “Hai pemimpin-pemimpin umat dan tua-tua, . . . .
Peristiwa di atas terjadi ketika Petrus dan Yohanes diperhadapkan kepada sebuah sidang di Yerusalem yang dihadiri oleh para pemimpin Yahudi serta tua-tua dan ahli Taurat, yang mempertanyakan dengan kuasa manakah Petrus dan Yohanes menyembuhkan orang lumpuh di depan pintu Gerbang Indah Bait Allah. Beberapa saat sebelum peristiwa itu terjadi, Petrus dan Yohanes berjumpa dengan seorang peminta-minta yang lumpuh sejak lahirnya ketika mereka hendak sembahyang di Bait Allah. Bukannya memberikan sejumlah uang seperti yang diharapkan oleh peminta-minta itu, Petrus dan Yohanes malah melakukan sesuatu yang mengejutkan orang-orang, yaitu menyembuhkan peminta-minta tersebut, sehingga orang itu dapat berdiri dan berjalan.
Berjalannya orang lumpuh itu membuat orang-orang yang berada di sana tercengang dan takjub, dan dengan cepat kabar itu tersiar ke seluruh Yerusalem, yaitu bahwa Petrus dan Yohanes telah melakukan suatu mujizat terhadap seorang yang lumpuh. Kejadian itu ternyata membuat banyak orang menjadi percaya kepada Yesus. Dan hal inilah yang membuat para pemimpin agama segera menangkap Petrus dan Yohanes dan menyidangkan mereka berdua, kemudian mempertanyakan tentang asal kuasa yang mereka gunakan untuk menyembuhkan.
Bagi Petrus dan Yohanes, penangkapan dan penyidangan yang dilakukan para pemimpin agama itu sungguh mengagetkan karena mereka belum pernah mengalami hal itu sebelumnya. Jawaban-jawaban apa yang harus mereka katakan atas pertanyaan para pemimpin agama tersebut juga sama sekali tidak terlintas dalam pikiran mereka. Satu-satunya yang dapat mereka andalkan hanyalah kekuatan dari Tuhan yang selalu ada di dalam mereka. Ketika sebuah pertanyaan diajukan kepada Petrus, maka saat itu penuhlah Petrus dengan Roh Kudus, dan dengan kepenuhan yang dari Tuhan, Petrus menjawab semua pertanyaan yang diajukan kepadanya, dan hal ini sangat mengherankan para pemimpin agama yang mendengar jawaban itu, karena mereka mengetahui bahwa Petrus dan Yohanes hanyalah orang biasa yang tidak terpelajar.
Peristiwa penuhnya Petrus dengan Roh Kudus saat menjawab pertanyaan para pemimpin agama bukanlah peristiwa kepenuhan Roh Kudus yang pertama kali dialami oleh Petrus, karena sebelumnya, ia bersama para murid yang lain sudah mengalami kepenuhan Roh Kudus, yaitu di hari Pentakosta (Kis. 2:1-13). Apa yang dialami Petrus pada waktu itu hanyalah kepenuhan yang berulang. Inilah yang menjadi pesan Tuhan bagi kita, yaitu jangan puas kalau hanya sekedar pernah dipenuhi Roh Kudus. Tuhan mau kita berulang-ulang dipenuhi dan diperbaharui oleh Roh Kudus (refilled by the Holy Spirit atau filled by the Holy Spirit again and again). Kalimat “. . . tetapi hendaklah kamu penuh dengan Roh” (Ef. 5:18), dalam bahasa Yunaninya mengandung arti kepenuhan yang terjadi saat itu dan mengalami kepenuhan lagi dan terus mengalami kepenuhan lagi, suatu kepenuhan yang berulang. Kita tidak bisa berjalan hanya dengan mengandalkan pengurapan kemarin ataupun pengurapan yang dulu pernah kita terima. Kita perlu pengurapan yang selalu baru, sekarang atau hari ini.
Kepenuhan Roh Kudus membawa murid-murid kepada hal-hal yang luar biasa, antara lain
(1). Mengatasi rasa keterbatasan diri
Kis. 4:31 Dan ketika mereka sedang berdoa, goyanglah tempat mereka berkumpul itu dan mereka semua penuh dengan Roh Kudus, lalu mereka memberitakan firman Allah dengan berani.
Di tengah tekanan para imam, tua-tua dan ahli Taurat, akhirnya sidang memutuskan bahwa para murid tidak boleh lagi berbicara dan mengajar dalam nama Yesus, dengan tujuan agar berita tentang perbuatan Yesus yang ajaib melalui para murid tidak semakin tersiar luas. Meskipun Petrus menolak hasil keputusan sidang, namun sejak saat itu, larangan untuk memberitakan karya Tuhan semakin menekan para murid. Di tengah suasana yang demikian, berkumpullah para murid untuk berdoa kepada Tuhan, memohon agar Tuhan mengulurkan tangan-Nya ke atas mereka agar melimpahkan keberanian untuk memberitakan firman Tuhan dan untuk mengadakan tanda-tanda dan mujizat dalam nama Yesus. Dan sungguh luar biasa jawaban Tuhan, ketika mereka sedang berdoa, goyanglah tempat mereka berkumpul itu dan mereka semua penuh dengan Roh Kudus, lalu mereka memberitakan firman Allah dengan berani.
Banyak dari murid-murid yang dahulu pernah mengalami kepenuhan Roh Kudus di hari Pentakosta kembali mengalami kepenuhan lagi, dan kepenuhan itulah yang kemuian memampukan mereka untuk memberitakan firman Tuhan dengan berani. Pengurapan yang Tuhan berikan bukan hanya sekedar memberikan sensasi getaran semata namun sesungguhnya ada jamahan kuasa ilahi yang Tuhan impartasikan, yang memampukan orang yang diurapi itu melakukan hal-hal yang tidak dapat dilakukan dengan kemampuannya sendiri, secara umum.
(2). Berjalan dalam tujuan dan rencana Tuhan
1 Raj. 19:15-16 Firman TUHAN kepadanya: “Pergilah, kembalilah ke jalanmu, melalui padang gurun ke Damsyik, dan setelah engkau sampai, engkau harus mengurapi Hazael menjadi raja atas Aram. Juga Yehu, cucu Nimsi, haruslah kauurapi menjadi raja atas Israel, dan Elisa bin Safat, dari Abel-Mehola, harus kauurapi menjadi nabi menggantikan engkau.
Ada tiga hal penting yang harus dilakukan nabi Elia sebelum ia mengakhiri masa tugasnya dan terangkat ke Sorga. Hal itu diterima sesaat setelah Elia naik ke gunung Horeb (gunung Tuhan) di mana ia mengalami kepenuhan Tuhan. Peristiwa ini sebenarnya sangat bertolak belakang dengan kondisi Elia beberapa waktu sebelumnya, dimana Elia sempat lemah, takut dan kehilangan tujuan saat mendengar ancaman dari Izebel, bahkan Ela sempat meminta Tuhan untuk mengambil nyawanya. Padahal, ketika itu, Elia baru saja mengalami kemenangan dalam peperangan melawan nabi-nabi Baal dan Asyera. Kelemahan tubuh, jiwa dan roh, dapat membuat seseorang kehilangan visi Tuhan, namun pengurapan yang selalu baru membuat seseorang mampu terus berjalan dalam track (jalur) dan tujuan ilahi yang luar biasa.
Umat Tuhan, pesan Tuhan yang sama selama tiga minggu berturut-turut ini membuktikan bahwa Tuhan sangat serius dengan perintah-Nya, yaitu agar kita selalu penuh dengan Roh Kudus. Mari kita merayakan Natal dengan melibatkan pengurapan Roh Kudus, karena tanpa Roh Kudus tidak ada kelahiran Yesus. Tanpa pengurapan tidak ada perkara-perkara yang supranatural.
Tuhan Yesus memberkati!