1 Raj. 22:19-23 (23) Karena itu, sesungguhnya TUHAN telah menaruh roh dusta ke dalam mulut semua nabimu ini, sebab TUHAN telah menetapkan untuk menimpakan malapetaka kepadamu.”
Suatu hari pergilah Yosafat, raja Yehuda, ke Israel untuk menjalin persahabatan dengan Ahab, raja Israel. Pada waktu itu tidak ada peperangan, baik antara Yehuda dengan Israel, maupun antara Israel dengan bangsa-bangsa lain. Dari pertemuan itu timbullah ide dari raja Ahab, mengajak raja Yosafat bergabung bersamanya, untuk pergi memerangi Ramot-Gilead, salah satu kota di wilayah Israel, namun saat itu dikuasai kerajaan Aram. Yosafat menyetujui ide tersebut dan bersedia pergi berperang bersama-sama asal saja ada petunjuk firman dari Tuhan terlebih dahulu.
Lalu raja Israel mengumpulkan para nabi, kira-kira empat ratus orang banyaknya, kemudian bertanyalah ia kepada mereka, apakah ia boleh pergi berperang melawan Ramot-Gilead dan apabila tidak boleh, maka ia pun siap untuk membatalkannya. Lalu para nabi segera mengatakan kepada raja Ahab bahwa Tuhan telah merestui niat Ahab untuk maju berperang, bahkan mereka menambahkan bahwa Tuhan sudah pasti akan menyerahkan Ramot-Gilead ke dalam tangan raja Israel.
Akan tetapi Yosafat, seorang raja yang takut akan Tuhan, bertanya kepada Ahab, bahwa apakah tidak ada nabi lain yang melalui perantaraannya dapat dimintakan petunjuk dari Tuhan. Maka dengan berat hati raja Ahab menyuruh para pegawai istana untuk membawa nabi Mikha ke hadapannya. Ahab membenci nabi Mikha karena ia dianggap tidak pernah menubuatkan hal-hal yang baik tentang raja Ahab selain daripada teguran, peringatan, dan seruan pertobatan.
Dan benar saja, atas petunjuk Tuhan, tidak lama kemudian Mikha menubuatkan kekalahan yang akan dialami Ahab apabila ia bersikeras untuk pergi berperang melawan Ramot-Gilead, dan ini sangat bertolak belakang dengan apa yang telah dinyatakan oleh empat ratus nabi sebelumnya. Lalu Mikha menjelaskan bahwa apa yang ia katakan benar adanya, karena sebelumnya ia telah diperlihatkan Tuhan tentang adanya sebuah “roh dusta” yang diijinkan Tuhan masuk ke dalam mulut ke empat ratus nabi itu untuk berkata-kata dusta terhadap raja Ahab.
Inilah yang menjadi pesan Tuhan bagi kita di minggu ini, bahwa hari-hari ini Tuhan mau kita bersikap waspada. Ada pengaruh kuasa roh jahat, khususnya roh pendusta atau roh penipu yang sedang bergerak untuk menyelusup dan masuk ke dalam hati umat manusia termasuk orang-orang percaya yang didapati memiliki celah hingga dapat dimasukinya. Roh dusta ini akan berusaha memberikan pengertian-pengertian yang salah ke dalam hidup orang percaya, baik kepada orang-orang tua maupun anak-anak muda, termasuk memberikan bujuk rayu untuk melakukan hal-hal yang seolah-olah benar namun sebetulnya salah.
Apa yang perlu kita miliki sebagai orang-orang percaya untuk mengantisipasinya?
(1). Milikilah hati yang loyal dan menyembah hanya kepada Tuhan yang benar
1 Raj. 22:7 Tetapi Yosafat bertanya: “Tidak adakah lagi di sini seorang nabi TUHAN, supaya dengan perantaraannya kita dapat meminta petunjuk?”
Perkataan keempat ratus nabi yang menyampaikan pernyataan yang sama di hadapan kedua raja, bahwa adalah aman untuk pergi menyerang Ramot-Gilead karena Tuhan akan membuat berhasil dan menyerahkannya ke dalam tangan raja (ay. 6), tidak serta merta membuat raja Yosafat percaya akan apa yang dikatakan mereka, bahkan justru sebaliknya. Yosafat merasa curiga dengan jawaban yang diberikan, meskipun tiap-tiap nabi itu menyampaikan pesan-pesannya dengan cara yang sangat meyakinkan. Itulah sebabnya, raja Yosafat bertanya kepada raja Ahab, apakah ada nabi lain lagi yang kepadanya bisa dimintakan petunjuk yang benar-benar dari Tuhan. Mengapa Yosafat bertanya seperti itu? Karena Yosafat tahu, bahwa pernyataan keempat ratus nabi itu adalah dusta. Dari mana Yosafat dapat mengetahuinya?
Yosafat telah diberikan kepekaan oleh Tuhan untuk dapat membedakan mana roh yang dari Tuhan dan mana roh dusta yang berasal dari si jahat. Sudah sejak lama Yosafat dibesarkan oleh ayahnya, raja Asa, seorang raja yang takut akan Tuhan. Dalam masa pemerintahan Yosafat, ia memutuskan untuk mengikuti jejak Asa, ayahnya, untuk tidak menyimpang dari jalan-jalan Tuhan yang diajarkan kepadanya dan melakukan apa yang benar di mata Tuhan. Bahkan dalam kondisi tersulit pun Yosafat terus mengandalkan Tuhan dan memfokuskan pandangan matanya hanya kepada apa yang dikehendaki Tuhan. Itulah sebabnya, kepada orang yang takut akan Tuhan, dan yang memfokuskan dirinya, setia melayani kepada satu-satunya Allah yang Esa, maka kepadanyalah dikaruniakan ketajaman untuk membedakan mana yang berasal dari Tuhan dan mana yang tidak.
(2). Milikilah motivasi yang benar dan tulus
1 Raj. 22:8 Jawab raja Israel kepada Yosafat: “Masih ada seorang lagi yang dengan perantaraannya dapat diminta petunjuk TUHAN. Tetapi aku membenci dia, sebab tidak pernah ia menubuatkan yang baik tentang aku, melainkan malapetaka. Orang itu ialah Mikha bin Yimla.” Kata Yosafat: “Janganlah raja berkata demikian.”
Satu hal yang dibenci oleh raja Ahab tentang nabi Mikha adalah karena ia tidak pernah menubuatkan yang baik tentang dirinya. Selalu saja yang disampaikan adalah hal-hal ” buruk” di matanya, seperti teguran, peringatan-peringatan, dan lain-lain. Bagi Ahab, teguran maupun peringatan dianggap sebagai malapetaka. Padahal yang dimaksudkan adalah, apabila teguran dan peringatan tidak diindahkan maka bisa saja mengakibatkan hal-hal buruk, bahkan terjadinya malapetaka. Alangkah baiknya apabila hal-hal buruk dan malapetaka bisa dihindari dari sejak awal.
Sebetulnya, betapa beruntungnya raja Ahab memiliki seorang nabi yang bernama Mikha ini. Mikha adalah seorang yang tulus dan tidak memiliki motivasi pribadi ataupun mencari keuntungan bagi dirinya. Itulah sebabnya, ia tidak segan-segan mengatakan yang sebenarnya mengenai yang ia terima dari Tuhan, meskipun hal itu membuat merah telinga raja. Hal ini berlawanan dengan keempat ratus nabi yang pertama, yang sejak awal sudah berusaha untuk menyenangkan hati raja semata. Mungkin saja hal ini dilakukan karena nabi-nabi itu memiliki prinsip “asal bapak senang.” Nah, orang-orang seperti inilah yang akhirnya dipakai oleh roh dusta untuk menyampaikan hal-hal yang salah yang pada akhirnya menimbulkan malapetaka bagi raja di kemudian hari.
Mari umat Tuhan, untuk mengantisipasi serangan roh dusta yang berusaha masuk melalui celah sekecil apapun, maka tidak ada jalan lain bagi kita, gereja Tuhan, selain merapatkan diri lebih lagi kepada Tuhan. Rapat bukan hanya dalam arti aktif beribadah, namun juga disertai hati yang tulus dan setia kepada Tuhan tanpa ada motivasi terselubung di dalamnya. Selamat berjaga-jaga!
Tuhan Yesus memberkati!