Matius 19:30 Tetapi banyak orang yang terdahulu akan menjadi yang terakhir, dan yang terakhir akan menjadi yang terdahulu.”
Perkataan Yesus ini muncul beberapa kali dalam kitab-kitab Injil. Ayat di atas merupakan lanjutan dari kisah orang kaya yang tidak mau menjual segala miliknya dan memberikannya kepada orang-orang miskin. Yesus mengulas tentang kesulitan yang dialami setiap orang yang mencoba memasuki Kerajaan Allah. Dan Petrus menyahut, “Setidak-tidaknya kami telah meninggalkan segala sesuatu untuk mengikut Tuhan.” Atas ucapan Petrus ini Yesus menjawab, “Tetapi banyak orang yang terdahulu akan menjadi yang terakhir, dan yang terakhir akan menjadi yang terdahulu”.
Apa maksud dan tujuan perkataan ini? Perkataan ini ditujukan kepada para murid. Intinya ialah agar jangan karena para murid merasa telah melakukan banyak aktifitas bersama Yesus dan telah memberikan banyak pengorbanan dalam mengikut Tuhan, lalu kemudian merasa bahwa semua yang dilakukan itu sudah yang terbaik dan tidak ada orang lain yang mampu melakukan sebaik yang mereka telah lakukan. Mereka tidak menyadari, bahwa mungkin saja ada orang-orang lain yang telah melakukan hal yang lebih baik dan lebih berkenan di hadapan Tuhan, sehingga menerima penghargaan yang lebih tinggi.
Bukankah seringkali banyak orang percaya yang bersikap sama seperti Petrus dan kawan-kawannya? Menganggap diri sudah begitu sangat rohani, merasa tahu banyak hal, dan merasa sudah hidup benar serta menjauhkan diri dari dosa, lalu tidak sungguh-sungguh membangun diri lagi. Tuhan tidak semata-mata menilai berapa lama kita menjadi seorang pemercaya atau seberapa banyaknya kita melakukan pelayanan. Apa yang Ia pandang adalah kesungguhan hati kita di dalam menangkap dan melakukan kehendak-Nya.
Inilah yang menjadi pesan Tuhan bagi kita di minggu ini. Masih banyak orang percaya yang terlihat dirinya sedang bergerak maju dengan segala aktifitas rohaninya, namun sebetulnya ia sedang bergerak lambat atau bahkan tidak sedang melakukan apa-apa. Sebaliknya, ada orang-orang percaya yang secara tampak luar mungkin terlihat biasa-biasa, namun terus bergerak maju melakukan hal-hal yang berkenan dan selaras dengan apa yang Tuhan kehendaki. Orang-orang seperti inilah yang terus bergerak maju bahkan mendahului mereka yang lebih dahulu memercayai Tuhan.
Beberapa hal yang perlu kita perhatikan agar terus bergerak maju, di antaranya adalah:
(1). Mengejar kehendak Tuhan, bukan sekedar status
Matius 19:29 Dan setiap orang yang karena nama-Ku meninggalkan rumahnya, saudaranya laki-laki atau saudaranya perempuan, bapa atau ibunya, anak-anak atau ladangnya, akan menerima kembali seratus kali lipat dan akan memperoleh hidup yang kekal.
Dalam ayat ini Tuhan tidak sedang bermaksud memisahkan orang-orang percaya dari rumahnya, dari saudara-saudaranya, atau juga dari anggota keluarganya, dan lain-lain, melainkan Tuhan sedang mengajarkan makna sebuah tujuan dalam hidup orang percaya. Banyak orang percaya yang merasa puas dengan status kekristenannya tanpa tahu selanjutnya apa yang harus mereka lakukan setelah diselamatkan. Tuhan mau setiap kita menangkap tujuan Kerajaan Sorga untuk kita lakukan di bumi ini. Untuk itu, mungkin ada hal-hal yang kita korbankan, seperti kenyamanan, waktu-waktu bersama keluarga, dan lain-lain.
Yesus mengetahui tujuan keberadan diri-Nya ketika ia di bumi. Ia harus berjalan berkeliling dari kota ke kota untuk mengajar dan meyembuhkan orang-orang sakit dan memberitakan Injil keselamatan demi menggenapkan apa yang menjadi kehendak Bapa Sorgawi. Namun pada saat yang sama, ada orang-orang Farisi, para ahli Taurat dan para imam yang merasa puas dengan status jabatannya masing-masing dan “terikat” dengan cara-cara hidup yang mereka pegang, mereka merasa yakin bahwa mereka sudah pasti mendapat tempat dalam Kerajaan Allah, karena mereka adalah pejabat penting dalam keagamaan, dan juga karena mereka sudah menjalankan kewajiban-kewajiban hidup keagamaan mereka.
Ketika kita orang percaya kehilangan tujuan Tuhan di dalam hidup kekristenan yang kita jalani ini, maka sesungguhnya kita sudah tidak bergerak lagi.
(2). Mengejar panggilan, bukan sekedar upah
Matius 19:27 Lalu Petrus menjawab dan berkata kepada Yesus: “Kami ini telah meninggalkan segala sesuatu dan mengikut Engkau; jadi apakah yang akan kami peroleh?”
Tuhan yang kita sembah bukanlah Tuhan yang hanya menjamin Sorga suatu hari nanti, tetapi Tuhan kita adalah Tuhan yang juga memberi kita upah selama kita di bumi. Di sini kita lihat Petrus sepertinya mulai hitung-hitungan dengan Yesus dan mulai berpikir upah apa yang akan ia beserta murid-murid lainnya terima setelah merasa telah melakukan banyak hal untuk Tuhan. Tapi, Yesus menjawab “… apabila Anak Manusia bersemayam di takhta kemulianNya, kamu yang telah mengikut Aku, akan duduk juga di atas dua belas takhta untuk menghakimi kedua belas suku Israel.”
Jadi, Yesus mau bilang pada Petrus bahwa upah yang akan dia peroleh tidak sebanding dengan apa yang Petrus telah berikan. Ini adalah janji yang luar biasa bukan? Kita bukan hanya akan dapat berkat dari apa yang telah kita lakukan, tetapi bahkan akan duduk di sebelah kanan Bapa dan memerintah bersama-sama dengan Yesus. Bahkan pada ayat yang ke-29 dikatakan “…akan menerima kembali seratus kali lipat dan akan memperoleh hidup yg kekal.” Jadi Yesus mau tegaskan pada Petrus, kalau mau hitung-hitungan soal upah, ia seharusnya melakukan hal yang lebih baik, karena apa yang Tuhan Yesus berikan kepadanya adalah seratus kali lipat dari pada apa yang ia berikan kepada Tuhan.
Jadi intinya, mari mengejar apa yang seharusnya dilakukan sesuai panggilan kita masing-masing di dalam Kristus, jangan berfokus pada pengejaran akan upah, karena upah dari Tuhan adakah sesuatu yang pasti, bahkan Tuhan memberikan jauh lebih besar dari yang sepantasnya kita terima. Ketika kita hanya fokus pada upah, maka sesungguhnya kita sedang tidak bergerak.
Tuhan Yesus memberkati!