Ibrani 3: 18-19 (18) Dan siapakah yang telah Ia sumpahi, bahwa mereka takkan masuk ke tempat perhentian-Nya? Bukankah mereka yang tidak taat? (19) Demikianlah kita lihat, bahwa mereka tidak dapat masuk oleh karena ketidakpercayaan mereka.
Tuhan membawa bangsa Israel keluar dari Mesir, tanah perbudakan, dengan perantaraan Musa. Tuhan mengatakan kepada Musa bahwa Ia telah memerhatikan kesengsaraan umat-Nya, yaitu bangsa Israel, di tanah Mesir. Sepanjang perjalanan keluar dari tanah Mesir, Israel telah banyak melihat mujizat yang dilakukan Tuhan bagi mereka. Namun, meski demikian hebat mujizat yang mereka alami karena Tuhan, ternyata bangsa ini selalu saja melakukan hal–hal yang membuat hati Tuhan murka.
Membawa bangsa Israel keluar dari Mesir adalah hal mudah bagi Tuhan tetapi membawa Mesir keluar dari hati bangsa Israel itulah yang sulit dilakukan. Tuhan bahkan membawa bangsa ini melalui perjalanan panjang, yaitu selama 40 tahun untuk menuju tanah Kanaan, walau sesungguhnya Tanah Perjanjian itu begitu dekat.
Perjalanan bangsa Israel sejak dari Mesir hingga tanah Kanaan tersebut melewati berbagai fase yang cukup bervariasi. Setiap fase memiliki tujuan agar bangsa Israel belajar menggantungkan segala sesuatunya kepada Tuhan, hingga pada akhirnya diharapkan mereka bertumbuh menjadi pribadi-pribadi yang matang dan dewasa. Ada fase di mana mereka harus menghadapi kejaran musuh, ada fase mereka mengalami kekurangan makanan dan minuman, ada fase dimana mereka berhadapan dengan kelimpahan, ada fase ketiadaan pemimpin, dan lain-lain.
Namun pada kenyataannya, mereka seringkali mengalami kegagalan dalam berbagai fase yang mereka lalui. Alkitab mencatat betapa banyaknya jumlah orang yang tewas di sepanjang perjalanan itu akibat sungut-sungut dan pemberontakan mereka sendiri. Bahkan dari semua orang yang keluar dari perbudakan Mesir, tidak ada satu pun yang mencapai tanah Kanaan kecuali Yosua, Kaleb dan generasi muda yang lahir di tengah perjalanan.
Pesan Tuhan bagi kita minggu ini ternyata masih berbicara tentang hal yang sama, yaitu berjalan fase demi fase hingga mencapai perhentian akhir dengan baik. Ada tempat perhentian yang dijanjikan Tuhan, namun ada yang tidak berhasil mencapainya karena ketidaktaatan dan ketidakpercayaan. Fase demi fase yang dilalui sesungguhnya adalah cara Tuhan mengajar dan melatih diri kita untuk menjadi pribadi yang terlatih dan siap untuk masuk ke tempat perhentian.
Beberapa hal yang perlu kita perhatikan dalam melalui fase demi fase itu adalah sebagai berikut:
(1). Memahami bahwa rencana Tuhan lebih baik dari rencana kita
Yes. 55: 8 Sebab rancangan-Ku bukanlah rancanganmu, dan jalanmu bukanlah jalan-Ku, demikianlah firman TUHAN.
Seringkali kita membuat rencana dalam kehidupan kita tanpa melibatkan Tuhan di dalamnya. Akibatnya, ketika kita masuk ke dalam suatu situasi yang tidak sejalan dengan apa yang kita harapkan, maka kita mulai berkata kepada Tuhan, mengapa hal ini harus terjadi, bukan seperti ini yang seharusnya terjadi, bukan begini rencana saya.
Yusuf adalah seorang yang pasrah kepada rencana Tuhan, dia tidak tahu apa yang Tuhan sedang rencanakan bagi dirinya. Ia hanya menjalani hidup yang penuh pergumulan dan penderitaan dengan mencoba berserah kepada Tuhan. Ia pernah melewati berbagai masa yang tidak mudah, dimasukkan ke dalam lubang oleh kakak-kakaknya, dijual sebagai budak belian, difitnah dan dimasukkan ke dalam penjara, tanpa ia mengerti apa yang sesungguhnya sedang terjadi atas dirinya. Namun, saat ia diangkat menjadi penguasa di Mesir dan terjadi bencana kekeringan dimana saudara-saudara Yusuf datang membeli gandum ke tanah Mesir, di situlah Yusuf baru menyadari rencana Tuhan yang luar biasa bagi dirinya dan bagi bangsa Israel (Kej. 45 : 5–8). Semua fase demi fase itu ia lalui dengan memberikan respon yang benar di hadapan Tuhan.
Berbeda dengan Yusuf, bangsa Israel justru selalu memberikan respons yang salah dalam melewati tahap demi tahap di sepanjang perjalanan keluar dari Mesir menuju Tanah Perjanjian, tanpa kesediaan untuk mempelajari apa yang sedang Tuhan ajarkan kepada mereka. Itulah yang menyebabkan banyak dari mereka yang gugur di tengah perjalanan sebelum tiba di tempat tujuan.
(2). Memfokuskan pandangan pada apa yang Tuhan janjikan
Bil. 11 : 44 Orang-orang bajingan yang ada di antara mereka kemasukan nafsu rakus; dan orang Israel pun menangislah pula serta berkata: “Siapakah yang akan memberi kita makan daging.”
Dari sekian banyak orang Israel yang keluar dari tanah perbudakan Mesir, terdapat pula segelintir orang asing, yaitu orang non-Israel, yang ikut dalam perjalanan bersama rombongan tersebut. Mereka adalah orang-orang bajingan yang tidak takut akan Tuhan dan yang tidak perduli akan janji Tuhan, yang kerjanya hanya memikirkan perut mereka sendiri. Perkataan-perkataan mereka sedikit banyak mulai memengaruhi hati bangsa Israel. Itulah sebabnya, orang Israel mulai berkata kepada Musa bahwa makanan di Mesir itu lebih enak, bahkan mereka juga berkata bahwa jangan-jangan mereka akan mati di padang gurun. Mereka lupa akan janji Tuhan tentang negeri yang berlimpah susu dan madunya yang tidak lama lagi akan mereka capai.
Seringkali sikap umat Tuhan pun tidak jauh berbeda dengan banga Israel pada waktu itu. Ketika segala sesuatu tidak berjalan seperti yang diharapkan, mereka mulai melirik pada apa yang dunia tawarkan, dan memang tawaran–tawaran dunia ini sangat menggiurkan. Hal ini yang membuat mereka lupa untuk memandang hanya pada apa yang Tuhan janjikan. Bila ingin sampai ke Tanah Perjanjian itu, maka pandangan kita harus tetap tertuju hanya kepada Yesus sambil meninggalkan manusia lama kita.
Mari umat Tuhan, ada garis akhir terbentang di depan sana, ada pencapaian akhir yang Tuhan janjikan kepada setiap kita. Untuk mencapainya, Tuhan sengaja menuntun kita dengan cara melewati fase demi fase, dimana setiap fase sesungguhnya merupakan cara Tuhan membentuk dan mempersiapkan kita. Lewatilah setiap fase dengan terus memfokuskan pandangan kita kepada Tuhan. Mintalah Roh Kudus mengurapi untuk memampukan kita mengalami kemenangan di setiap fase dan mencapai garis akhir dengan indah.
Tuhan Yesus memberkati!