1 Timotius 4:12 – 16 (12) Jangan seorang pun menganggap engkau rendah karena engkau muda. Jadilah teladan bagi orang-orang percaya, dalam perkataanmu, dalam tingkah lakumu, dalam kasihmu, dalam kesetiaanmu dan dalam kesucianmu.
Ditinjau dari fakta-fakta yang ada semua orang pasti akan menduga bahwa Timotius tidak akan berhasil dalam menjalankan tugas pelayanannya karena beberapa alasan: usianya yang masih sangat muda atau belum sarat pengalaman, fisiknya kurang menunjang karena konon ia sering sakit-sakitan, dan pada waktu itu Paulus, bapak rohaninya, sedang tidak ada di tempat karena berada dalam penjara. Namun keberhasilan sebuah pelayanan bukan semata-mata ditentukan oleh faktor dari luar. Hal utama yang menentukan adalah keteladanan pribadi orang itu sendiri, yaitu faktor dari dalam.
Tidak dapat disangkal, mengapa rasul Paulus perlu menuliskan surat nasihat ini kepada Timotius, salah satu penyebabnya adalah karena merasa ia kurang ‘pede’ pada awal pelayanannya. Latar belakang dirinya yang berayahkan seorang Yunani yang tidak jelas keberadaannya, belum lagi ditambah bahwa ia dibesarkan oleh para wanita, yang tidak lain adalah ibu dan neneknya. Dipilihnya Timotius sebagai seorang gembala muda di sebuah kota metropolitan yang keras dan banyak penyesatan membuat dirinya gamang.
Hal seperti ini seringkali dialami oleh banyak orang, termasuk para pemercaya Kristus, yang pernah mengalami masa lalu yang kurang nyaman, sehingga mengalami apa yang disebut kelemahan gangguan konsentrasi. Gangguan itu bernama “Self-conscious.”
“Self-conscious” adalah kecenderungan di mana orang yang mengalaminya selalu diliputi pikiran-pikiran tentang dirinya sendiri, tentang aktivitas yang sedang dilakukannya, tentang penampilan fisiknya, tentang caranya berbicara, tentang bagaimana ia melakukan aktivitasnya, dan tentang bagaimana orang lain menilai dirinya.
Inilah yang menjadi pesan Tuhan bagi kita di minggu ini. Tuhan menyatakan bahwa banyak orang percaya, baik dewasa maupun anak-anak, yang mengalami apa yang dinamakan “Self-conscious” (sadar diri atau kesadaran yang berlebihan akan memandang sikap dan penampilan dirinya).
Sepintas hal ini sepertinya adalah sesuatu hal yang positif, namun sebetulnya hal ini merupakan efek kejiwaan yang kurang baik bagi yang mengalaminya. Seorang “self-conscious” akan menilai dirinya hari ini berdasarkan “kaca-mata” masa lalunya dan merasa dinilai berdasarkan apa yang orang lain mungkin katakan tentang dirinya, yang tentu saja belum tentu seperti itu. Akibatnya, orang seperti ini akan sulit memandang dirinya tepat seperti yang seharusnya dan melakukan sesuatu yang seharusnya Tuhan mau ia lakukan. Bukankah hal ini akan sangat merugikan dirinya dan merusak masa depannya?
Beberapa hal yang harus ia lakukan agar dapat hidup dan menerima diri kita apa adanya dan menangkap rencana Tuhan dalam hidup ini, di antaranya:
(1). Bersedia menjadi teladan (bertindak sesuai nilai yang Kristus telah berikan kepada kita)
1 Timotius 4:12b …Jadilah teladan bagi orang-orang percaya, dalam perkataanmu, dalam tingkah lakumu, dalam kasih ya, dalam kesetiaanmu dan dalam kesucianmu.
Mari kita sama-sama memerhatikan ayat di atas, disitu dikatakan “Janganlah seorang pun menganggap engkau rendah”, atau dapat dikatakan “Janganlah seorang pun memandang remeh engkau.” Karena memang rasul Paulus mengasihi Timotius sebagai anak dan ia tidak mau kalau Timotius direndahkan dan dipandang remeh. Banyak orang yang tidak ingin dipandang remeh, bahkan ingin dihargai, namun tidak tahu bersikap bagaimana agar ia dihargai.
Banyak orang percaya, dewasa maupun muda, punya kecenderungan ini dihargai, ingin diakui, namun tidak pernah mau menunjukkan sikap atau sifat yang menunjukkan bahwa ia dewasa, bernilai seperti Tuhan menilai, dan layak dihargai. Di dunia saja orang menilai harga suatu barang dari kualitasnya. Jika berkualitas tinggi pasti otomatis akan dihargai tinggi pula. Selalu ingat bahwa kita bernilai setinggi pengorbanan Kristus di kayu salib, bukan seharga orang menilai kita.
(2). Bersedia mengawasi diri sendiri (berjalan sesuai dengan jalan yang Kristus telah tetapkan)
1 Timotius 4:16 Awasilah dirimu sendiri dan awasilah ajaranmu. Bertekunlah dalam semuanya itu, karena dengan berbuat demikian engkau akan menyelamatkan dirimu dan semua orang yang mendengar engkau.
Kata “awas” berarti suatu peringatan agar kita berhati-hati. Bukankah kita sering menjumpai kata-kata peringatan semacam ini di mana-mana? Di jalan-jalan, di depan sekolahan, misalnya: “Awas ada perbaikan jalan; Awas banyak anak sekolah!” dan sebagainya. Artinya, kita harus memerhatikan peringatan ini dengan sungguh, sebab bila kita melanggarnya pasti sangat membahayakan diri sendiri dan juga orang lain.
Firman Tuhan menasihati agar kita mengawasi diri sendiri terlebih dahulu, bukan orang lain. Memang, pekerjaan yang paling mudah adalah ketika kita mengawasi, mengamat-amati, menilai, mengoreksi kelemahan serta menghakimi orang lain. Sebagaimana orang lain pun melakukan hal yang sama terhadap kita. Sebaliknya, untuk mengawasi diri sendiri, rasul Paulus mengingatkan bahwa cerminan satu-satunya dalam mengawasi diri kita dan ajaran kita adalah dengan kebenaran firman Tuhan.
Tuhan Yesus memberkati!