2 Timotius 1:6 Karena itulah kuperingatkan engkau untuk mengobarkan karunia Allah yang ada padamu oleh penumpangan tanganku atasmu.
Pesan yang ditulis oleh rasul Paulus dari dalam penjara ini ditujukan kepada Timotius, anak rohaninya, ketika ia mendengar bahwa Timotius mengalami tantangan di dalam pelayanannya. Penganiayaan hebat terhadap gereja Tuhan, banyaknya guru-guru palsu yang berusaha menyesatkan orang percaya dari iman yang sejati, undurnya orang-orang percaya karena ketertarikan kepada dunia adalah beberapa dari sejumlah tantangan yang harus dihadapi Timotius, seorang gembala muda yang ditempatkan Tuhan di kota Efesus. Ada ketakutan yang dirasakan Timotius ketika menghadapi semua itu, namun satu nasihat yang disampaikan rasul Paulus, sang bapa rohani, bahwa dalam menghadapi tantangan apapun, ada satu hal yang jangan pernah diabaikan, yaitu tetap mengobarkan karunia Allah yang sudah diberikan kepadanya. Karena dengan karunia-karunia yang terus teraktivasi, maka akan sangat mudah bagi Timotius untuk menangkap tuntunan dan arahan Tuhan serta membantunya dalam banyak hal dalam pelayanannya.
Pesan inilah yang Tuhan berikan kepada kita di minggu ini. Masih berhubungan dengan pesan-pesan Tuhan sebelumnya, Tuhan mau setiap kita mengobarkan karunia-karunia yang sudah Tuhan percayakan kepada kita. Seperti sebuah bejana bening yang berisi air yang murni, diletakkan di atas sebuah kompor yang belum menyala dan untuk menjaga air tersebut tetap panas dan bergolak, maka api kompor tersebut harus dinyalakan. Itulah gambaran untuk menjelaskan pesan di atas.
Di visi Generasi Terang ini, Tuhan mau setiap kita menjadi berkat dan berdampak di wilayah yang Tuhan percayakan dalam kehidupan kita masing-masing. Setiap kita yang sudah lahir baru, hari lepas hari masih harus terus dibersihkan oleh firman Tuhan, tidak cukup hanya tampil sebagai orang baik saja. Ada orang-orang di luar sana yang masih terbelenggu, yang sedang tersesat, yang dengan segala problemanya sedang mencari jalan keluar, dan ada juga orang-orang jahat dengan segala tipu muslihatnya, penyesat-penyesat dengan segala bujuk rayunya, dan lain sebagainya. Tuhan mau menjadi solusi untuk semua hal tersebut. Itulah sebabnya orang-orang percaya perlu diperlengkapi oleh karunia-karunia rohani untuk membantu mereka dalam melaksanakan tugas keberadaan mereka di tengah-tengah dunia dan komunitasnya. Beberapa minggu terakhir ini kita terus diingatkan oleh pesan yang serupa, artinya, Tuhan sesungguhnya sudah memerlengkapi kita dengan dengan segala talenta termasuk karunia-karunia rohani. Yang diperlukan saat ini adalah mengobarkan karunia yang sudah ada pada kita tersebut.
Hal-hal apa yang perlu dilakukan untuk mengobarkan karunia yang ada pada kita?
(1). Menyadari dan memotivasi kembali diri sendiri untuk membangkitkan karunia yang terpendam
2 Tim. 1:6 (AMP) “That is why I would remind you to stir up (rekindle the embers) of the gracious gift of God . . .” (Karena itu kuingatkan engkau untuk menyalakan kembali bara api berupa karunia yang dari Tuhan . . . .)
Di tengah rasa takut yang dialami Timotius, rasul Paulus tidak serta merta menegornya atau memertanyakan mengapa hal itu bisa terjadi. Sebaliknya, rasul Paulus justru mengingatkan kembali anak rohaninya tersebut bahwa betapa ia telah dididik sedemikian rupa di lingkungan yang sehat rohani, dimana ia didukung oleh ibu dan neneknya yang sudah tidak diragukan lagi akan imannya yang tulus ikhlas serta motivasi yang benar yang kesemuanya itu telah diimpartasikan ke dalam dirinya dan menjadi suatu fondasi rohani yang kokoh bagi Timotius. Ditambah lagi ia diingatkan pula mengenai betapa banyak potensi luar biasa yang dimiliki Timotius yang sudah dibuktikan lewat keberhasilan-keberhasilannya dalam menjalankan tugas yang pernah dipercayakan rasul Paulus sebelumnya, dan itu diakui bukan oleh rasul Paulus saja, tetapi juga oleh jemaat-jemaat Tuhan lainnya.
Membaca nasihat rasul Paulus tersebut, gairah Timotius untuk mengaktivasi segala karunia, potensi dan kuasa yang ia sadari telah ia miliki sejak awal pengiringannya kepada Tuhan dibangkitkan kembali. Rasa takut yang ia miliki sebetulnya hanyalah intimidasi dari pihak musuh agar ia memendam segala hal-hal luar biasa yang ada padanya, karena itu ditegaskan pula bahwa Tuhan tidak pernah memberikan roh ketakutan. Kepada kitapun sesungguhnya Tuhan telah memberikan potensi-potensi luar biasa, seperti kepada Timotius. Ingat saja, bahkan pada waktu kita baru dibaptis saja pun tanda-tanda yang menyertai kita sebagai orang-orang percaya sudah menyertai kita, belum lagi talenta-talenta termasuk karunia-karunia yang dipercayakan. Sadarilah itu dan aktivasikanlah.
(2). Menggunakan karunia yang telah dimiliki
2 Tim. 1:6 (The World wide English Version) “I tell you again, you must use God’s gifts . . . .” (Aku katakan lagi kepadamu bahwa kamu harus menggunakan karunia-karunia yang dari Tuhan itu . . . .)
Ternyata Timotius bukan saja diingatkan rasul Paulus untuk sekedar menyadari bahwa ia memiliki potensi dan karunia-karunia dari Tuhan saja, tetapi juga diperintahkan untuk menggunakannya. Menyadari bahwa kita memiliki banyak hal yang Tuhan percayakan adalah penting, namun kerinduan untuk mau memraktekkannya tidak kalah pentingnya. Sesungguhnya, apapun yang Tuhan berikan kepada kita bukanlah sesuatu yang bertujuan hanya untuk sekedar dibanggakan, namun untuk diaplikasikan demi kemuliaan nama Tuhan dan dirasakan manfaatnya oleh sesama. Ingatlah tentang perumpamaan talenta beberapa waktu yang lalu, bahwa tuan yang memberikan lima talenta, dua talenta, dan satu takenta kepada masing-masing hambanya bukan sekedar untuk dipegang saja, namun untuk dilipatgandakan atau dikembangkan.
(3). Perlu sarana untuk mengobarkan roh kita
2 Timothy 1:6 (AMP) That is why I would remind you to stir up (rekindle the embers) of the gracious gift of God, (the inner fire) that is in you by means of the laying on of my hands (with those of the elders at your ordination). (Karena itu kuingatkan engkau untuk menyalakan kembali bara api berupa karunia yang dari Tuhan melalui penumpangan tanganku atau penatua yang mentahbiskanmu).
Ingatlah tentang ilustrasi api unggun, dimana api dapat berkobar dengan besar ketika potongan-potongan kayu ditumpukkan bersama-sama dan digabung menjadi satu, dibandingkan hanya satu potongan kayu saja yang terbakar. Artinya, untuk terjadinya kobaran api yang besar perlu ada pihak lain yang membantunya. Meskipun pada Timotius telah tersimpan segala karunia dan potensi di dalam dirinya, tetapi diperlukan tangan rasul Paulus (atau tangan para penatua) untuk ditumpangkan ke atasnya sehingga karunia dapat dimunculkan dan dikobarkan. Ini berarti bahwa tidak ada seorangpun yang dapat hidup dan bertumbuh, bernyala-nyala secara individual, apabila menjauh dari pertemuan-pertemuan ibadah bersama saudara-saudara seiman.
Perhatikan pola hidup jemaat PB dalam Kisah Para Rasul. Sejak kenaikan Tuhan Yesus ke Sorga, mereka sudah diperintahkan untuk senantiasa berkumpul, bertekun dan bersehati dalam doa bersama-sama hingga menghasilkan hal-hal yang luar biasa, seperti dicurahkannya Roh Kudus di hari Pentakosta, bergoyangnya tempat mereka berkumpul dan mengalami kepenuhan kembali, cara hidup jemaat mula-mula yang bertekun tiap-tiap hari dalam pengajaran rasuli, dan lain-lain.
Mari umat Tuhan, tangkaplah pesan Tuhan hari-hari ini, bahwa Tuhan sedang membangkitkan suatu generasi yang tidak mudah terintimidasi oleh berbagai rupa keadaan, tetapi sebaliknya membawa dampak luar biasa terhadap komunitas di mana Tuhan tempatkan, yaitu dengan karunia-karunia yang diaktivasikan melalui keberadaan kita.
Tuhan Yesus memberkati!