Kis. 22:1-15 (10) Maka kataku: Tuhan, apakah yang harus kuperbuat? Kata Tuhan kepadaku: Bangkitlah dan pergilah ke Damsyik. Di sana akan diberitahukan kepadamu segala sesuatu yang ditugaskan kepadamu.
Perkataan di atas adalah perkataan kesaksian Paulus di hadapan orang-orang Yahudi yang pada waktu itu hendak menangkapnya. Menghadapi orang banyak yang mencurigai pelayanannya, Paulus merasa perlu untuk menceritakan kembali latar belakang dirinya dan awal mula bagaimana ia mengalami perjumpaan dengan Yesus di tengah perjalanannya menuju ke Damsyik untuk menangkap pengikut jalan Tuhan, sampai kemudian ia ada sebagaimana ia ada saat itu sebagai pengikut Yesus yang setia.
Paulus tidak bisa melupakan perjumpaan pertamanya dengan Yesus di tengah suatu perjalanan. Ketika itu cahaya terang yang menyilaukan dari langit memancar ke arahnya sehingga menyebabkan ia mengalami buta total. Dalam kebutaannya, Paulus hanya bisa mendengar suara Yesus yang menyuruhnya bangkit dan segera pergi ke Damsyik untuk kemudian menerima perintah selanjutnya di sana. Cahaya menyilaukan mata yang menjadikannya buta itu membuat kawan-kawan seperjalanannya harus memegangi tangannya dan menuntunnya ke Damsyik.
Setibanya di Damsyik, seorang murid Yesus yang bernama Ananias mendatanginya dan kemudian mencelikkan matanya serta membawa pesan Tuhan yang menyatakan bahwa Tuhan akan memakainya menjadi saksi-Nya tentang apa yang akan ia lihat dan dengar selanjutnya dari Tuhan. Dengan kata lain, Tuhan menetapkan Paulus sebagai alat untuk menjalankan perkara-perkara luar biasa sesuai kehendak-Nya.
Ayat di atas merupakan pesan Tuhan bagi kita di minggu ini. Ternyata pesan ini masih berkaitan dengan pentingnya setiap umat Tuhan memiliki mata yang tercelik supaya dapat menerima, mengerti dan melaksanakan mandat Kerajaan Sorga, sebagaimana yang telah dialami oleh rasul Paulus. Dari seorang yang menjalankan tugas demi untuk kepentingan diri sendiri dan kelompoknya, rasul Paulus kemudian berubah menjadi seorang yang melaksanakan tugas demi kepentingan Kerajaan Sorga secara radikal.
Beberapa hal yang dapat kita tangkap ketika kita rindu mengalami transformasi seperti yang dialami oleh rasul Paulus adalah:
(1). Memiliki kerinduan untuk mau dituntun Tuhan
Kis. 22:10 Maka kataku: Tuhan, apakah yang harus kuperbuat? Kata Tuhan kepadaku: Bangkitlah dan pergilah ke Damsyik. Di sana akan diberitahukan kepadamu segala sesuatu yang ditugaskan kepadamu.
Rasul Paulus adalah seorang yang penuh integritas dan determinasi dalam hidupnya. Meskipun saat itu ia masih seorang Saulus yang belum bertobat, namun sesaat setelah berjumpa dengan Yesus dalam rupa cahaya terang benderang yang membuat ia jatuh dan rebah, dari mulutnya langsung keluar pertanyaan yang luar biasa, “Tuhan, apa yang harus kuperbuat?” Bukankah ini suatu hal yang luar biasa? Artinya, hanya sesaat setelah berjumpa dengan Yesus dalam rupa terang yang memancar, ia langsung menyadari bahwa ia sedang “berperkara” dengan Yesus yang adalah Allah yang hidup yang selama ini umat-Nya telah ia aniaya.
Mungkin saja selama itu ia telah sangat meremehkan Yesus dan pengikut-pengikut-Nya, namun melalui perjumpaannya dengan Yesus di tengah perjalanannya ke Damsyik, ia menyadari bahwa Yesus adalah sungguh Allah yang nyata. Seketika itu pula dari mulut Paulus keluar pertanyaan yang menyatakan keberserahan dirinya untuk mengikuti kehendak Yesus. Dan dengan segera pula Yesus langsung menuntunnya dengan berkata: “Bangkitlah dan pergilah ke Damsyik. Di sana akan diberitahukan kepadamu segala sesuatu yang ditugaskan kepadamu.”
Mungkin kita tidak mengalami pengalaman yang sama seperti yang dialami Saulus pada waktu itu, namun sikap inilah yang perlu dimiliki setiap kita anak-anak Tuhan apabila kita rindu untuk “dicelikkan”, dipertajam, serta mau berjalan dalam kehendak Allah, yaitu mau menyerahkan diri kita dan siap untuk dituntun di dalam segala hal dalam hidup kita, baik melalui doa maupun perilaku kita. Pertanyaan Saulus kepada Tuhan Yesus kedengarannya biasa-biasa saja, namun karena itu keluar dari mulut seorang Saulus yang dianggap musuh umat Tuhan, hal itu menunjukkan suatu kerendahan hati, kesungguhan sikap serta penyerahan hidup yang total kepada Tuhan.
(2). Menjadi sarana bagi orang-orang yang mau dituntun Tuhan
Kis. 22:11 Dan karena aku tidak dapat melihat oleh karena cahaya yang menyilaukan mata itu, maka kawan-kawan seperjalananku memegang tanganku dan menuntun aku ke Damsyik.
Kita tentu masih ingat akan peristiwa seorang lumpuh yang disembuhkan Yesus, padahal pada waktu itu Yesus sedang berada di tengah-tengah kerumunan orang banyak di dalam sebuah rumah. Semuanya itu tidak lepas dari peran empat orang temannya yang bersusah payah menggotongnya dengan tilam pada keempat sudutnya, bahkan menaikkan si lumpuh ke atas atap rumah dan menurunkannya tepat di depan Yesus.
Apa yang membuat Paulus dapat tiba di Damsyik dengan kondisi mata yang buta? Jawabannya adalah karena ada orang-orang yang mau memegang tangannya serta menuntunnya sampai tiba di Damsyik. Pengenalan akan Tuhan adalah perkara pribadi, namun untuk mengalami pertumbuhan rohani kita tidak bisa hidup menyendiri, kita membutuhkan saudara-saudara seiman untuk saling menuntun, membantu, mendorong, mengajar, mengingatkan, bahkan untuk menegur kita (Christianity is personal, but not individual). Saat kita bersedia menjadi sarana bagi orang-orang yang rindu untuk mengenal Tuhan, saat kita mau menjadi saluran penghubung-Nya Tuhan, maka sesungguhnya Tuhan akan membukakan banyak hal baru lagi kepada kita. Ini sungguh luar biasa. Masih ingatkah tentang perumpaan talenta? Bahwa kepada setiap orang yang melipatgandakan talentanya, maka kepadanya akan diberi sehingga ia berkelimpahan.
(3). Sadari semua potensi dan panggilan yang sudah Tuhan tetapkan bagi setiap kita
Kis. 22:14 Lalu katanya: Allah nenek moyang kita telah menetapkan engkau untuk mengetahui kehendak-Nya, untuk melihat Yang Benar dan untuk mendengar suara yang keluar dari mulut-Nya.
(AMP: Allah nenek moyang kita telah menetapkan dan telah memilihmu untuk mengetahui kehendak-Nya, bahkan mengenalinya dengan lebih kuat dan lebih jelas, menjadi lebih baik dan lebih intim mengenal kehendak-Nya, untuk melihat Yang Benar dan untuk mendengar suara yang keluar dari mulut-Nya dan pesan dari bibir-Nya).
Pesan itulah yang Tuhan sampaikan kepada Paulus dengan perantaraan Ananias, yaitu untuk menyadarkan bahwa dirinya dipanggil untuk mengemban mandat Kerajaan Sorga dengan cara terlebih dulu menangkap maksud dan kehendak Tuhan secara jelas dan kuat, melihat Yang Benar dan mendengar suara dari mulut-Nya dengan tepat. Sesungguhnya, pada setiap kitapun telah tersimpan potensi yang sama untuk menangkap maksud Tuhan dengan cara yang sama pula, karena bukankah setiap kita adalah buatan Allah yang diciptakan dalam Kristus untuk melakukan pekerjaan yang baik? (Ef.2:10). Hanya saja masalahnya adalah masih banyak umat Tuhan yang memandang dirinya secara salah, yaitu bahwa ia merasa tidak memiliki potensi apa-apa dan menganggap dirinya tidak ditetapkan Tuhan untuk melakukan hal-hal besar seperti kebanyakan para hamba Tuhan lainnya. Ini termasuk salah satu jenis kebutaan yang perlu dicelikkan. Ingatlah bahwa kita adalah para pembuat sejarah yang sudah Tuhan persiapkan jauh sebelumnya. Kita adalah history makers!
Umat Tuhan, hingga sekarang sudah empat minggu berturut-turut Tuhan memberikan pesan yang sama kepada kita, artinya inilah waktunya kita bangkit dan bertindak serta memberikan respons yang benar kepada Tuhan. Tuhan tidak menghendaki satu orangpun mengalami “kebutaan”. Rasul Paulus adalah contoh seorang yang telah mengambil sikap dan memberi respons yang benar di tengah kebutaannya, dengan berkata: “Tuhan, apa yang harus kuperbuat?”. Paulus meminta tuntunan Tuhan sesaat setelah ia mengalami perjumpaan dengan Yesus. Ia ingin lebih lagi mengenal panggilan dan kehendak Tuhan dalam hidupnya. Bagaimana dengan kita?
Tuhan Yesus memberkati!