Kisah Para Rasul 2: 3-4 dan tampaklah kepada mereka lidah-lidah seperti nyala api yang bertebaran dan hinggap pada mereka masing-masing. Maka penuhlah mereka dengan Roh Kudus, lalu mereka mulai berkata-kata dalam bahasa-bahasa lain, seperti yang diberikan oleh Roh itu kepada mereka untuk mengatakannya.
Setelah beberapa lama murid-murid Yesus berkumpul bersama-sama menantikan janji Tuhan di sebuah kamar loteng di Yerusalem, maka kemudian tibalah penggenapannya. Tampak kepada mereka lidah-lidah seperti nyala api hinggap pada masing-masing pribadi. Mereka mengalami hal yang dinamakan kepenuhan Roh Kudus. Maka mulailah mereka berkata-kata dalam berbagai bahasa. Terheran-heranlah, baik para murid maupun orang-orang yang menyaksikannya. Namun keheranan mereka tidak berhenti hanya sampai melihat murid-murid berbahasa lidah saja, namun berlanjut terus pada pekerjaan-pekerjaan Roh Kudus yang dilakukan melalui para murid sejak saat itu. Kobaran api Roh Kudus menyala semakin besar di antara mereka.
Lidah api Roh Kudus membuat para pengikut Yesus berbicara di dalam bahasa-bahasa yang baru. Mereka bersaksi tentang perbuatan-perbuatan besar Tuhan dan orang-orang yang mendengar mengerti apa yang mereka katakan. Meskipun orang-orang itu berasal dari bangsa dan latar belakang yang berbeda dengan para pengikut Yesus. Tembok-tembok bahasa didobrak. Sesudah kotbah Petrus di ayat-ayat selanjutnya, disaksikan Alkitab ada sekitar tiga ribu orang bertobat, percaya kepada Tuhan Yesus dan memberi diri mereka dibaptis. Pada hari Pentakosta itu lahirlah gereja.
Kuasa Roh Kudus digambarkan sebagai nyala api. Sesuai dengan fungsinya, api memiliki kemampuan untuk melakukan hal-hal yang luar biasa. Api sanggup menghantarkan panas kepada apapun dan siapapun yang ada di sekelilingnya dan sanggup pula memberikan nyala terang di tengah-tengah kegelapan. Api dapat membersihkan dan memurnikan seperti api dari tukang pandai besi. Api dapat meghanguskan dan membakar sehingga dari situ akan muncul sesuatu yang baru. Ingat saja pekerjaan pandai besi, pengrajin gerabah, pembuat gelas dari kaca, semua menggunakan kobaran api.
Namun seberapa api itu dapat melakukan fungsi-fungsinya secara maksimal tersebut tergantung kepada seberapa besar api itu menyala. Apa yang dapat dilakukan oleh api yang nyalanya hanya sebesar nyala sebuah lilin kecil? Tentunya tidak terlalu banyak yang dapat dilakukannya bukan?
Inilah yang menjadi pesan Tuhan bagi kita di minggu ini. Apa yang dapat dilakukan oleh para pemercaya hari-hari ini di tengah-tengah dunia yang gelap ini, apabila nyala api yang ada di dalam dirinya hanyalah sebuah nyala api kecil saja? Apa yang dapat dilakukan oleh sebuah api kecil ketika di atasnya ditaruh sebilah besi untuk dibentuk menjadi sebuah pedang oleh seorang pandai besi? Tuhan mau setiap kita orang percaya senantiasa bangkit dan tampil menjadi pribadi-pribadi yang memiliki roh berkobar-kobar seperti para murid di hari Pentakosta. Berjalan bersama Tuhan dalam keintiman tidak akan terjadi apabila roh seseorang ada di dalam kondisi kesuaman.
Bagaimana kita dapat mengobarkan api Roh Kudus di dalam diri kita?
(1) . Hidup dekat dengan Sumber kobaran api
Yohanes 15:4-5 “Tinggallah di dalam Aku dan Aku di dalam kamu. Sama seperti ranting tidak dapat berbuah dari dirinya sendiri, kalau ia tidak tinggal pada pokok anggur, demikian juga kamu tidak berbuah, jikalau kamu tidak tinggal di dalam Aku.
Salah satu tugas penting imam-imam di Perjanjian Lama adalah menjaga supaya api di mezbah Tuhan tetap menyala. Sepertinya ini merupakan suatu tugas yang sederhana, tetapi ternyata tidaklah mudah untuk melakukannya. Bayangkan, selama berpuluh-puluh tahun para imam harus menjaga api agar tetap menyala satu hari dua puluh empat (24) jam. Untuk ini perlu kesetiaan, ketekunan, persistensi dalam melakukannya. Mereka harus konsisten di dalam menaruh kayu dan korban ke atas mezbah.
Di dalam Perjanjian Baru, kitalah imam-imam itu (1 Pet. 2:9). Kita yang telah ditebus oleh kematian Yesus di atas kayu salib sekarang adalah imam-imam Perjanjian Baru. Sebagai imam, tugas kita juga sama, menjaga secara konsisten supaya api di mezbah kita jangan sampai padam. Lalu di mana api itu? Api itu sekarang ada di dalam kita, bukan lagi mezbah yang kelihatan. Mezbah ini jangan sampai dingin apalagi padam. Perlu ada “kayu-kayu” yang terus ditaruh di atas mezbah, ada korban-korban yang harus senantiasa diletakkan di atasnya. Ini berbicara tentang hubungan dengan Tuhan yang harus terus-menerus dilakukan lewat persekutuan intim dengan-Nya. Ingatlah bahwa kekristenan bukan soal datang beribadah dengar kotbah, dan beraktifitas, tetapi berbicara tentang intimate relationship.
(2). Hidup dan menjalin hubungan dengan orang-orang yang ”rohnya” berkobar-kobar
Ams.13:20 Siapa bergaul dengan orang bijak menjadi bijak, tetapi siapa berteman dengan orang bebal menjadi malang.
Mau jadi apa Anda nantinya, salah satunya ditentukan dengan siapa Anda bergaul. Kalau Anda bergaul dengan orang-orang yang bersemangat untuk Tuhan, maka Anda akan ketularan semangat. Jadi bergaulah dengan mereka yang rohnya menyala-nyala, dan otomatis Anda akan menjadi sama dengan mereka. Pertemanan akan membuat seseorang saling mengimpartasi satu dengan yang lain. Itulah sebabnya Amsal mengatakan “Siapa bergaul dengan orang bijak menjadi bijak, tetapi siapa berteman dengan orang bebal menjadi malang.”, seseorang akan menjadi sama dengan siapa ia bergaul.
Banyak ayat-ayat yang menuliskan tentang pergaulan, dengan siapa kita bergaul, bahkan ada ayat-ayat yang memperingatkan dengan siapa kita duduk. Artinya, impartasi negatif itu tidak perlu memakan waktu pergaulan yang lama. Ketika seseorang duduk bergaul dengan orang yang kecewa sama Tuhan, maka tidak terlalu lama roh kekecewaan mulai ditularkan. Sebaliknya, ketika kita bergaul dengan orang-orang yang diurapi Tuhan, maka orang-orang tersebut akan membuat roh kita berkobar-kobar dan siap untuk lakukan perkara-perkara luar biasa sesuai dengan rencana Tuhan.
Mari jemaat Tuhan, sekali lagi kita diingatkan bahwa Tuhan punya rencana besar di dalam hidup kita. Berbagai karunia dan talenta telah Tuhan berikan untuk memperlengkapi kita. Semua itu diberikan untuk diaktifasikan melalui kehidupan kita. Dengan melakukannya, tanpa kita sadari ada roh yang terbangun dan bernyala-nyala keluar dari dalam diri kita untuk “membakar” orang-orang yang ada di sekeliling kita.
Tuhan Yesus memberkati!