Mazmur 57:1-6 (1) Untuk pemimpin biduan. Menurut lagu: Jangan memusnahkan. Miktam Dari Daud, ketika ia lari dari pada Saul, ke dalam gua. (2) Kasihanilah aku, ya Allah, kasihanilah aku, sebab kepada-Mulah jiwaku berlindung; dalam naungan sayap-Mu aku akan berlindung, sampai berlalu penghancuran itu.
Sejak rakyat menyambut Saul dan Daud yang baru pulang dari medan peperangan dengan sebuah nyanyian “Saul mengalahkan beribu-ribu musuh, tetapi Daud berlaksa-laksa”, belum lagi ditambah dengan tersebarnya beberapa kisah kepahlawanan Daud, maka dengkilah Saul terhadap Daud. Rasa dengki Saul tidak hanya tersimpan di dalam hatinya saja, melainkan diwujudkan ke dalam bentuk tindakan untuk membinasakan Daud. Karuan saja, di dalam berbagai kesempatan, baik ketika Daud sedang berada di dalam istana maupun di luar istana berkali-kali Saul berusaha untuk membunuhnya, hingga akhirnya Daud memutuskan untuk lari dan bersembunyi dari satu tempat ke tempat lain yang dirasa aman dari kejaran Saul. Dalam banyak mazmur yang ditulisnya, Daud mengakui bahwa tidak ada tempat yang paling aman di dunia ini selain masuk ke dalam perlindungan Tuhan.
Sikap yang ditunjukkan Saul terhadap Daud merupakan gambaran sikap kebanyakan manusia hari-hari ini. Rasa marah, iri, dan dengki dapat timbul begitu saja ketika melihat ada orang-orang yang lebih berhasil dalam hidupnya. Mereka lebih memilih untuk melukai, menyerang bahkan mematikan sesamanya daripada berjuang lebih giat lagi untuk mencapai prestasi yang sama atau bahkan lebih tinggi lagi. Inilah salah satu ciri kehidupan manusia di akhir zaman ini.
Bukan suatu kebetulan kalau pesan Tuhan minggu lalu mengatakan bahwa hari-hari ini adalah jahat. Tuhan meminta agar setiap kita tidak menjadi umat yang bodoh (senseless), yang tidak peka dan tidak peduli atas apa yang sedang terjadi di dunia nyata hari-hari ini. Betapa perbuatan manusia semakin hari semakin jahat, bukan semakin baik. Fakta membuktikan bahwa sejak kejatuhan manusia ke dalam dosa, maka kualitas hidup manusia terus semakin menurun, bukan meningkat. Kualitas hidup manusia semakin memburuk, bukannya membaik. Dari waktu ke waktu manusia digulung di dalam seluruh kehidupan, sehingga kita terus melihat bagaimana dosa bertumbuh dan berkembang.
Sejak dulu dosa sudah ada dan sekarang pun masih ada, tetapi manifestasi semakin mengerikan. Dulu, pelanggaran terhadap nilai-nilai tertentu masih dinilai sebagai dosa, dan manusia yang melanggar nilai-nilai itu dianggap telah melakukan dosa. Namun sekarang, dosa bisa disebut bukan dosa, malah dianggap, oleh sebagian orang, sebagai sebuah kebenaran. Bukankah ini sudah keterlaluan. Makin hari, cara berpikir dan cara menempatkan dosa itu semakin mengerikan. Dulu ada juga orang yang melawan Tuhan, tapi sekarang, orang bukan hanya berani melawan Tuhan, karena saat melawan Tuhan itu dia justru merasa benar. Oleh karena itu saat ini perjuangan orang percaya semakin berat, namun kita harus terus berjuang karena memang Tuhan memanggil kita seperti domba di tengah serigala, jadi jangan pernah takut.
Inilah yang menjadi pesan Tuhan bagi kita di minggu ini. Di tengah situasi yang terjadi, Tuhan mau kita masuk ke dalam perlindungan Tuhan. Namun yang dimaksud dengan masuk ke dalam perlindungan Tuhan bukan seperti anak kecil yang lari tunggang langgang ketakutan bersembunyi dan masuk ke dalam selimut lalu berseru-seru minta tolong. Tuhan mau kita belajar bersikap tepat sepert Daud ketika ia berada dalam kejaran Saul.
(1). Menguatkan hati dan membangun diri
Maz. 57:8-9 (8) Hatiku siap, ya Allah, hatiku siap; aku mau menyanyi, aku mau bermazmur. (9) Bangunlah, hai jiwaku, bangunlah, hai gambus dan kecapi, aku mau membangunkan fajar!
Kalau orang biasa berada di posisi Daud sangat mungkin ia akan semakin stres dan sulit mengucap syukur. Namun justru saat berada di dalam gua Adulam inilah Daud menumpahkan carut-marut perasaannya. Itulah sebabnya Daud terus membangun imannya dengan bermazmur dan menaikkan puji-pujian bagi Tuhan, bahwa hatinya siap untuk Tuhan, dan siap untuk melakukan apa pun yang Tuhan ingin ia lakukan selanjutnya. Ia memotivasi jiwanya sendiri untuk bangkit dan tidak larut dalam kesedihan, mengingat bahwa orang yang hendak mencelakakannya tidak lain adalah salah satu orang terdekatnya, yaitu Saul, mertuanya sendiri.
Ketika berada di gua Adulam Daud tetap membangun cara hidup sebagaimana yang biasa dilakukannya setiap hari, yaitu bersekutu dan memuji Tuhan sehingga Roh Tuhan mengurapinya. Karena Roh Tuhan ada padanya, ditambah dengan pemulihan jiwa yang dialaminya, maka keberadaan Daud akhirnya membawa dampak yang luar biasa terhadap orang-orang yang ada di sekitarnya. Pada waktu itu selain Daud, ada juga bersama-sama dengan dia ratusan orang-orang yang terbelit berbagai masalah sedang bersembunyi bersama-sama di dalam gua. Dan terbukti “… ia menjadi pemimpin mereka.” (1 Sam. 22:2), artinya pulihnya jiwa Daud membuat ia rindu menuntun semua orang yang berada bersama-sama dia di dalam gua Adulam. Dan Daud beroleh kepercayaan dari mereka karena ia telah menunjukkan keteladanan hidup yang baik.
(2). Mau naik ke tempat yang tinggi
Maz. 57:3 Aku berseru kepada Allah, Yang Mahatinggi (= my High Tower), kepada Allah yang menyelesaikannya bagiku.
Di tengah ketakutan dan ketidakmengertiannya Daud tidak mau berlama-lama dalam kebingungan. Ia memutuskan untuk mencari Tuhan dan berseru kepada-Nya. Berlindungnya Daud kepada Tuhan digambarkan sebagai seorang yang sedang naik ke atas menara yang tinggi. Artinya, Daud datang kepada Tuhan bukan untuk sekedar menangis dan mengadukan nasibnya yang malang, melainkan naik ke atas “Menara yang tinggi”, yaitu Pribadi Tuhan sendiri untuk mencari tahu tujuan Tuhan dalam kehidupannya. Ia menyadari bahwa di balik perkara yang sedang dihadapi, pasti ada rencana Tuhan yang luar biasa.
Seseorang tidak akan pernah mengetahui rencana Tuhan dalam kehidupannya sampai ia sendiri bersedia “naik” ke tempat yang Mahatinggi untuk mendapatkan jawabannya. Kita harus bisa melihat segala sesuatu dari jauh, dari “menara yang tinggi”, dengan cara pandang Tuhan. Jangan hanya bisa melihat sesuatu dari “tempat yang rendah” (cara pandang manusia pada umumnya), seperti melihat kesukaran, kekurangan, kebutuhan, ancaman, tekanan, dan lain-lain sebagai masalah dan penghalang dalam kehidupan. Kita harus bisa melihat satu atau beberapa langkah ke depan mengenai apa yang sedang Tuhan siapkan bagi kita dengan cara naik lebih tinggi lagi dalam hadirat Tuhan.
Mari umat Tuhan, ternyata bersembunyi dan masuk ke dalam perlindungan bukanlah sebuah tindakan rasa takut, melainkan sebuah jeda waktu yang kita ambil untuk mengenal Tuhan sehingga kita dapat melihat jalan-jalan-Nya dengan lebih jelas dalam kehidupan kita, yang pada akhirnya membuat kita menjadi umat Tuhan yang lebih dahsyat.
Tuhan Yesus memberkati!