Mazmur 90:12 Tuhan, ajarlah kami menghitung hari-hari kami sedemikian sehingga kami beroleh hati yang bijaksana.
Mazmur ini merupakan salah satu sastra yang paling kuno di antara karya sastra yang pernah ditulis. Mazmur ini ditulis oleh Musa, seorang pemimpin masyarakat, politik, militer, sekaligus pemimpin rohani yang luar biasa. Secara umum, kehidupan Musa dapat dibagi menjadi tiga periode. Kesatu, periode empat puluh tahun pertama, dimana Musa lahir lalu diangkat sebagai anak oleh puteri Firaun hingga dibesarkan di kerajaan Mesir sebagai seorang pangeran muda yang hebat. Periode kedua adalah masa empat puluh tahun berikutnya di Tanah Median, dimana ia bekerja sebagai penggembala kambing domba milik mertuanya dan menjadi seorang yang dianggap tidak berarti apa-apa. Periode terakhir dimulai ketika ia diperintahkan Tuhan memimpin bangsa Israel keluar dari Mesir dan berjalan selama empat puluh tahun di padang gurun menuju Tanah Perjanjian, dimana saat itulah ia sadar bahwa Tuhan adalah segalanya sekaligus menjadi sandaran hidup baginya.
Pada masa tuanya Musa menulis syair yang tercatat di dalam Mazmur 90 ini: “Masa hidup kami tujuh puluh tahun, dan jika kami kuat, delapan puluh tahun, dan kebanggaannya adalah kesukaran dan penderitaan; …” (ayat 10). Lalu di ayat ke-12 Musa menulis: “Ajarlah kami menghitung hari-hari kami sedemikian, hingga kami beroleh hati yang bijaksana.” Dalam tulisan mazmurnya ini, Musa banyak merenungkan tentang makna perjalanan hari-hari hidup manusia, khususnya hari-hari perjalanan hidupnya sendiri. Apakah umur panjang yang Tuhan anugerahkan kepadanya telah ia isi dengan hal-hal yang bermanfaat ataukah justru sebaliknya, hal-hal yang sia-sia.
Meskipun Musa mengalami perkara-perkara yang hebat di sepanjang kehidupannya, namun ia tetap berdoa memohon pemahaman yang benar dari Tuhan tentang singkatnya hidup manusia di bumi dengan maksud agar hari-hari yang dilaluinya itu diisi oleh perkara-perkara yang sarat dengan muatan kehendak Allah. Ia menyadari bahwa sepanjang-panjangnya usia seseorang di dunia, tetap akan datang juga masa dimana Tuhan akan memanggilnya pulang. Oleh sebab itu, hidup yang dijalaninya di bumi seharusnya menjadi masa persiapan menjelang kehidupan di alam kekekalan kelak. Manusia diperhadapkan dengan dua waktu yang tidak pernah diketahuinya, yaitu waktu kelahiran dan waktu kematian. Tuhan mau kita bertanggung jawab di antara kedua waktu tersebut.
Inilah yang menjadi pesan Tuhan bagi kita. Adakah kita menyadari bahwa ada detik-detik waktu yang tidak dapat kita lihat secara kasat mata, namun faktanya waktu itu terus berjalan sampai datangnya Sang Mempelai. Apakah kita telah menggunakan waktu-waktu kita seperti yang Tuhan kehendaki. Sama seperti doa yang Musa naikkan, Tuhan mau kita juga memiliki hati yang bijaksana di dalam menghitungnya, karena jangan-jangan tanpa disadari kesibukan yang kita jalani hanyalah berupa hal-hal yang tidak dikehendaki Tuhan.
Beberapa hal yang perlu kita ketahui berkaitan dengan penggunaan waktu yang Tuhan berikan, di antaranya:
(1). Kita selalu disadarkan bahwa betapa sedikitnya dan terbatasnya hari-hari hidup kita di bumi ini.
Mazmur 90:10 Masa hidup kami tujuh puluh tahun dan jika kami kuat, delapan puluh tahun, dan kebanggaannya adalah kesukaran dan penderitaan; sebab berlalunya buru-buru, dan kami melayang lenyap.
Ada sebuah kenyataan yang perlu kita pahami mengenai waktu hidup manusia di bumi ini dan bagaimana menanggapi pengertian bahwa hidup ini sangat singkat dan sementara. Manusia biasanya tidak pernah sadar bahwa waktunya terbatas sampai suatu saat dimana sudah tidak ada kesempatan lagi, barulah dia sadar bahwa waktunya terbatas. Manusia jarang merasa bahwa waktunya terbatas saat dia dalam keadaan sehat-sehat. Tetapi ketika sakit keras dan tidak ada obatnya lagi, pada saat itu barulah sadar kalau waktu yang ia miliki sangat terbatas.
Periode empat puluh tahun kedua Musa diisi oleh perkara-perkara yang biasa dan sangat menjemukan. Tidak ada hal-hal yang menggairahkan selain diisi oleh hari-hari menggembalakan kambing domba mertuanya di Tanah Median. Itulah sebabnya, Musa berdoa agar hidupnya diisi oleh perkara-perkara ilahi yang dari Tuhan, karena ia kuatir kondisi tubuhnya selepas usia tujuh puluh tahun akan diwarnai oleh penderitaan demi penderitaan. Dia rindu hidupnya menjadi sesuatu yang sangat berarti di tangan Tuhan, dan doa Musa terjawab. Tepat di usia ke delapan puluh, Tuhan memanggilnya lewat peristiwa semak belukar yang menyala dan sejak saat itu Tuhan mengutus Musa pergi ke Mesir untuk membebaskan bangsa Israel dari perbudakan Mesir.
(2). Evaluasilah hidup yang sudah kita jalani selama ini
Ef. 5:16 dan pergunakanlah waktu yang ada, karena hari-hari ini adalah jahat (NKJV. Redeeming the time, because the days are evil)
Terjemahan Yunani untuk kata “pergunakanlah” adalah sebuah kata “redeem” atau “menebus”. Kalau hari-hari ini kita sering mendengar istilah “membeli kembali” atau “buy back”. Istilah ini biasanya digunakan ketika seseorang membeli barang di sebuah toko namun ternyata barangnya tidak sesuai dengan yang diharapkan, maka toko tersebut bersedia membelinya kembali. Istilah itu juga digunakan orang-orang zaman dulu yang hendak membebaskan seorang budak dari belenggu tuannya, dimana ia harus membayar uang penggantian terlebih dahulu sebesar yang diajukan oleh pemilik lamanya. Nah, kata “redeem” ini pulalah yang digunakan ketika Yesus mati di atas kayu salib untuk menebus dosa kita. Saat ini kita sudah bukan milik siapa-siapa lagi, tetapi milik Yesus Kristus, karena Ia sudah membelinya dan harganya sudah lunas dibayar. Harga yang sudah lunas dibayar itu bukan hanya harga untuk tubuh kita saja, tetapi termasuk juga di dalamnya “waktu” kita.
Sebelumnya kita memang memiliki waktu-waktu yang sudah kita jalani secara sia-sia. Namun, ketika kita ditebus, maka waktu itu menjadi milik Tuhan. Dengan waktu yang sudah menjadi milik Tuhan tersebut, maka waktu yang tersisa otomatis harus kita gunakan untuk hal-hal tentang Kristus. Sekarang, bagaimana dengan waktu sia-sia yang sudah kita gunakan jauh sebelum Kristus menebus kita? Itulah waktu-waktu yang harus kita tebus. Dengan apa kita menebusnya? Sama seperti yang dilakukan oleh Musa. Ia meminta kepada Tuhan agar ia dapat dipakai sebagai alat untuk melakukan hal-hal yang dikehendaki Tuhan.
Mari umat Tuhan, perkara apa yang Tuhan kehendaki untuk kita lakukan di tahun 2015 ini? Kita tentu tidak lupa. Inilah tahun di mana Tuhan mau kita bergerak dan memberitakan Injil damai sejahtera. Dengan melakukannya, maka kita sedang menebus waktu kita, dari waktu yang sia-sia menjadi waktu yang berarti bagi Tuhan.
Tuhan Yesus memberkati!