1 Tesalonika 5:19 Janganlah padamkan Roh,
Dalam suratnya kepada jemaat Tuhan di Tesalonika rasul Paulus mendorong agar mereka melakukan hal-hal yang membuat pekerjaan Roh Kudus di antara mereka terus bergerak secara berkesinambungan, dengan mengatakan: “Janganlah padamkan Roh, dan janganlah anggap rendah nubuat-nubuat. Ujilah segala sesuatu dan peganglah yang baik.” Jemaat di Tesalonika diberikan dorongan seperti ini karena pada waktu itu mereka sedang mengalami masa kebangunan rohani yang luar biasa, seperti yang digambarkan rasul Paulus dalam surat-surat yang ia tulis untuk jemaat gembalaannya tersebut. Rasul Paulus rindu agar jemaat Tesalonika mengalami kegerakan Roh Kudus yang luar biasa serta memiliki dasar kebenaran yang kuat, supaya dapat terus mengerjakan pekerjaan dan rencana besar Tuhan melalui keberadaan mereka.
Setidaknya ada sembilan karakteristik gereja yang mengalami kebangunan rohani seperti yang terjadi di Tesalonika, yaitu: 1. Gereja yang mengalami kuasa dan demonstrasi dari Injil Yesus Kristus (1 Tes. 1:5-6); 2. Gereja yang menolak masuk dan menyusupnya segala bentuk penyembahan berhala (1 Tes. 1:9); 3. Gereja yang tidak tergoncang hanya karena penderitaan dan aniaya yang dialami (1 Tes. 3:2-5); 4. Gereja yang tetap menjaga kekudusan moral baik korporat maupun individual (1 Tes. 3:13-4: 1-8); 5. Gereja yang mengajarkan terus dikembangkannya rohani yang sehat yang terpancar melalui etos kerja yang sehat pula, baik dalam lingkup pekerjaan maupun pelayanan (1 Tes. 4:9-12); 6. Gereja yang menghormati otoritas kepemimpinan yang disahkan (1 Tes. 5:12-13); 7. Gereja yang mengajarkan agar setiap pribadi memelihara roh, jiwa, dan tubuh secara keseluruhan dalam proses penantian datangnya Sang Mempelai (1 Tes. 5:23-24); 8. Gereja yang melakukan segala sesuatu atas dasar pengajaran firman, bukan sekedar tren agama ataupun pengalaman spiritual (2 Tes. 1:5-12, 2:10-11); dan 9. Gereja yang dapat menjaga diri lewat kebenaran yang dimiliki, sehingga terhindar dari segala kebodohan dan penyesatan (2 Tes. 2:9-17).
Inilah yang menjadi pesan Tuhan bagi kita, bahwa Tuhan sedang membawa kita gereja-Nya ke dalam suatu proses pertumbuhan yang luar biasa, dimana kebangunan rohani bukan hanya terjadi pada segelintir orang saja, tetapi terjadi dan dialami oleh seluruh anggota jemaat dan gereja-Nya. Itulah sebabnya diperlukan cara berpikir yang benar dari seluruh jemaat untuk menangkap rencana besar Tuhan. Gagalnya umat Tuhan menangkap rencana dan tujuan Tuhan bagi gereja-Nya ini hanya akan memadamkan pekerjaan Roh Kudus yang sedang melanda. Karena sesungguhnya kegerakan yang terjadi di antara murid-murid Kristus, sejak zaman para rasul hingga sekarang, tidak pernah dapat dipisahkan dari peran Roh Kudus dan manifestasinya.
Apa yang dimaksud dengan memadamkan Roh?
(1). Menolak atau meremehkan pekerjaan Roh Kudus
1 Tes. 5:20-21 dan janganlah anggap rendah nubuat-nubuat. Ujilah segala sesuatu dan peganglah yang baik.
Salah satu ciri kegerakan murid-murid Yesus yang dimulai sejak zaman Kisah Para Rasul adalah keterlibatan kuasa Roh Kudus dan manifestasinya, dimana Roh Kudus bekerja secara luar biasa tanpa dapat dibendung. Semua itu dimulai menjelang kenaikan Yesus ke Sorga, yaitu ketika Yesus berpesan kepada para murid untuk tinggal di Yerusalem, menantikan janji Bapa bahwa mereka akan diperlengkapi oleh kuasa Allah yang Mahatinggi, yaitu dipenuhi oleh kuasa Roh Kudus. Maka benarlah seperti yang dijanjikan oleh Tuhan Yesus, bahwa tepat di hari Pentakosta penuhlah seratus dua puluh orang murid dengan Roh Kudus. Mereka semua mengalami kepenuhan Roh Kudus dan mulai berbicara dalam bahasa-bahasa yang lain seperti yang diberikan Roh Kudus kepada mereka untuk mengatakannya, sebagai tanda awal kepenuhan itu.
Waktu itu Yerusalem merupakan tempat berkumpulnya orang-orang Yahudi dari berbagai penjuru dunia. Ketika Roh Kudus memenuhi para murid, berkerumunlah orang banyak itu. Mereka bingung karena masing-masing mendengar rasul-rasul itu berkata-kata dalam berbagai bahasa tempat asal mereka sendiri. Mereka semua tercengang-cengang dan heran sambil berkata bahwa setahu mereka, para murid yang berkata-kata itu adalah orang Galilea, jadi bagaimana mungkin mereka tiba-tiba bisa berkata-kata dalam bahasa yang lain, yaitu bahasa yang mereka pakai di negeri asal mereka. Beberapa orang mulai meragukan keberadaan para murid yang sedang berbicara dalam bahasa Roh dan yang lain mulai mencemooh bahwa para murid sedang mabuk oleh anggur. Ada yang percaya, ada yang mengejek, dan ada pula yang menolak serta meremehkan. Dan faktanya, hal ini masih terus terjadi hingga sekarang, dimana tidak sedikit orang yang mengolok-olok mereka yang dipenuhi oleh Roh Kudus dan karunia-karunia-Nya.
(2). Sikap tidak mendukung pekerjaan yang sedang Tuhan lakukan
Neh. 4:3 Lalu berkatalah Tobia, orang Amon itu, yang ada di dekatnya: “Sekalipun mereka membangun kembali, kalau seekor anjing hutan meloncat dan menyentuhnya, robohlah tembok batu mereka.”
Tantangan yang dialami oleh Nehemia dan bangsa Israel ketika mereka hendak membangun tembok Yerusalem yang sudah hancur lebur bukan hanya berasal dari faktor sulitnya medan yang harus mereka hadapi, karena kondisi tembok itu hanya tinggal puing reruntuhan belaka, tetapi juga datang dari orang-orang yang ada di sekitar mereka, yaitu adanya orang-orang yang berusaha mematahkan semangat bangsa Israel. Mereka terus mengata-ngatai bahwa apa yang mereka bangun merupakan sesuatu yang sia-sia. Kalaupun tembok itu berdiri, maka tembok itu akan runtuh seketika bahkan oleh lompatan anjing hutan saja sekalipun.
Tuhan punya rencana besar bagi gereja-Nya, dimana dalam kebangunan rohani yang sedang Ia lakukan ini diperlukan keterlibatan seluruh jemaat Tuhan. Ketika kita mengalami transformasi di dalam cara berpikir kita, maka pikiran yang sudah diperbaharui itu dapat menangkap dan mendukung seluruh rencana Tuhan bagi gereja-Nya. Namun, bagi orang yang cara berpikirnya belum mengalami pembaharuan, tentu akan kesulitan untuk menangkap visi dan rencana Tuhan. Dampak yang akan timbul adalah bukan hanya membuat dirinya tidak melakukan apa-apa, tapi juga berusaha melemahkan semangat orang yang sedang bernyala-nyala untuk bekerja dan melayani Tuhan. Orang seperti itu sesungguhnya sedang memadamkan api Roh Kudus yang sedang berkobar di antara orang percaya.
Mari umat Tuhan, betapa pentingnya kita harus tetap menjaga roh kita untuk tetap bernyala-nyala melayani Tuhan. Kegagalan untuk mengobarkan api Roh Kudus di dalam hidup kita, bukan hanya membuat diri kita menjadi statis dan apatis, tidak mau melakukan apa-apa bagi kemuliaan Tuhan, lebih parah lagi, akan memadamkan pekerjaan Roh Kudus yang ada pada orang-orang di sekeliling kita.
Tuhan Yesus memberkati!