Tuhan Mengajak Kita Berjalan Intim (Pesan Gembala, 07 Maret 2020)

Hakim-hakim 6:16-17 (16) Berfirmanlah TUHAN kepadanya: “Tetapi Akulah yang menyertai engkau, sebab itu engkau akan memukul kalah orang Midian itu sampai habis.” (17) Maka jawabnya kepada-Nya: “Jika sekiranya aku mendapat kasih karunia di mata-Mu, maka berikanlah kepadaku tanda, bahwa Engkau sendirilah yang berfirman kepadaku. 
 
Tuhan tidak pernah mengajak seseorang berjalan dengan-Nya tanpa sebuah maksud yang biasa. Alasan awal penyebabnya memang bisa berbeda-beda satu dengan yang lain. Masalah peristiwa serbuan dan pendudukan bangsa Midian atas tanah Israel adalah alasan mengapa mereka berseru-seru kepada Tuhan meminta pertolongan. Tuhan lalu menjawabnya dengan mengutus malaikat-Nya mendatangi Gideon yang pada waktu itu sedang bersembunyi di sebuah tempat pemerasan anggur. Tokoh Gideon mewakili orang percaya pada umumnya. 
 
Meskipun awalnya Gideon merasa kecil dan tidak layak, namun pemilihan Tuhan atas dirinya adalah hak prerogatif Tuhan yang tidak dapat diintervensi oleh siapapun. Sayangnya, Gideon tidak merasa yakin atas ajakan Tuhan yang telah berencana untuk memakai dirinya sebagai alat Tuhan. Padahal ini adalah cara Tuhan sedang membawa masuk seseorang dalam sebuah perjalanan yang intim dengan-Nya. 
 
Akses untuk keintiman dengan Tuhan sebetulnya sudah tersedia bagi setiap kita orang percaya sebagaimana yang telah Tuhan janjikan. Keintiman adalah apa yang biasa disebut sebagai pengalaman untuk mengenal dan dikenal oleh pribadi yang satunya. Dan pengalaman intim akan mulai terjalin ketika seseorang mau berjalan bersama ke satu tujuan yang sama. 
 
Keintiman bukanlah tentang sekedar pengetahuan tentang Tuhan. Ini yang seringkali disalahpahami oleh banyak orang percaya. Keintiman lebih dari sekedar pengetahuan semata-mata. Satu kesalahan umum orang percaya adalah berpikir bahwa keintiman dengan Tuhan dapat dicapai melalui akumulasi pengetahuan. Meskipun, bukan artinya pengetahuan akan kebenaran itu tidak penting. Namun keintiman adalah berbicara tentang relasi kita dengan Tuhan yang, tentu saja, tidak dapat dipisahkan dengan kebenaran firman. 
 
Inilah yang menjadi pesan Tuhan bagi kita di minggu ini. Banyak orang percaya yang kurang tepat di dalam mengartikan makna berjalan intim dengan Tuhan. Adalah betul bahwa berjalan dalam keintiman itu bagaikan perjalanan sepasang kekasih yang saling mencintai. Namun pengertian keintiman yang dimaksud Tuhan, dalam banyak hal, berbeda dengan keintiman yang seringkali dipahami oleh manusia. 
 
Manusia seringkali memaknai dan menyamakan keintiman semata-mata dengan menggunakan kondisi perasaan. Apabila keadaan baik, maka rasa cinta kepada Tuhan menggebu-gebu. Ketika keadaan tidak baik, maka perasaan cinta dapat menjadi surut, bahkan timbul rasa curiga kepada Tuhan. Apabila suasana hati baik, maka rasa mengasihi kepada sesama timbul, dan sebaliknya. Cinta akan pekerjaan Tuhan pun akhirnya sangat bergantung dengan berbagai rasa-rasa dari dalam diri kita. 
 
Beberapa hal yang perlu kita perhatikan berkaitan dengan makna berjalan dalam keintiman bersama Tuhan ini, di antaranya adalah:
 
(1). Menyadari dengan siapa kita berjalan, seharusnya tidak membuat kita menjadi kuatir (Trust). 
 
Hak. 6:16 Berfirmanlah TUHAN kepadanya: “Tetapi Akulah yang menyertai engkau, sebab itu engkau akan memukul kalah orang Midian itu sampai habis.” 
 
Sebelum Tuhan mengucapkan janji penyertaan-Nya pada Gideon ini, di bagian awal sebetulnya Tuhan sudah mengatakannya lebih dahulu bahwa Ia pasti akan menyertainya (ayat 12). Hanya saja Gideon masih belum yakin apakah benar Tuhan akan menyertai dan memampukannya melakukan tugas yang dipercayakan kepadanya, mengingat dirinya hanyalah seorang lemah yang merasa sendirian. Ia belum sepenuhnya memercayai Tuhan. 
 
Apa yang sesungguhnya membuat seseorang bisa intim dengan Tuhan? Meskipun ada berbagai nasihat dan berjenis-jenis teori tentang kunci keintiman, namun kunci yang paling esensi untuk terjadinya keintiman adalah adanya kepercayaan atau trust. 
 
Kepercayaan adalah inti dari sebuah keintiman. Seseorang tidak dapat mengatakan bahwa ia intim dengan Tuhan, sedangkan hidupnya dipenuhi oleh rasa kuatir? Semakin seseorang memercayai dengan siapa ia berjalan, dalam hal ini Tuhan, seharusnya semakin ia yakin bahwa Tuhan sanggup memelihara dan memampukannya. Namun ada banyak orang yang mulai menggantikan nilai keintiman dengan kecukupan materi. Akibatnya, ketika datang masalah dan kekurangan maka rasa cemas dan kuatirlah yang muncul. Keintiman yang berlandaskan kepercayaan penuhlah yang sanggup membuat seseorang tetap bergairah mengiring dan melayani Tuhan di tengah keadaan yang tidak baik sekalipun. 
 
(2). Mengalami Tuhan secara pribadi, seharusnya tidak membuat kita menjadi ragu (Experience). 
 
Hak. 6:17 Maka jawabnya kepada-Nya: “Jika sekiranya aku mendapat kasih karunia di mata-Mu, maka berikanlah kepadaku tanda, bahwa Engkau sendirilah yang berfirman kepadaku. 
 
Pengalaman Gideon didatangi malaikat sorgawi sambil membawa pesan Tuhan jelas merupakan sebuah pengalaman supranatural yang luar biasa bagi siapapun. Namun tidak bagi Gideon, ia perlu diyakinkan lagi. Ia kemudian meminta tanda lain dari Tuhan bahwa apakah benar perintah tersebut datang dari Tuhan. Dan Tuhan kembali menjawabnya. Seharusnya pengalaman ini menjadikan Gideon yakin sekali dengan apa yang Tuhan kehendaki. Namun, lagi-lagi Gideon tak lama setelah itu kembali meminta dua tanda fisik lagi kepada Tuhan (ayat 36-39) untuk meyakinkan dirinya bahwa apakah benar Tuhan memilih dirinya. 
 
Memang, tidaklah salah apabila seseorang meminta suatu tanda dari Tuhan. Namun apabila ia terus menerus meminta tanda berulang-kali demi dirinya diyakinkan bahwa Tuhan tidak salah telah memanggil dirinya, bukankah sebetulnya hal itu membuktikan bahwa ia kurang memiliki hubungan yang baik dengan Tuhan.  Sebagai contoh, ketika Tuhan memanggil Abraham pertama kalinya untuk keluar dari tanah kelahirannya ke tujuan yang Tuhan tidak katakan kemana persisnya, Abraham memilih untuk taat dan terus berjalan tanpa ragu. Abraham lebih memilih mendekat dan membangun mezbah dengan Tuhan sepanjang perjalanannya. Keintiman adalah ketika seseorang datang mendekat dan menjalin keterkoneksian dengan Tuhan secara terus menerus. 
 
Mari jemaat Tuhan, berjalan dalam keintiman bersama Tuhan bukanlah semata-mata bergerak sambil menggunakan nama Tuhan, melainkan memercayai penuh Tuhan atas hasil jalinan keterhubungan dengan-Nya. Selamat berjalan dalam keintiman yang sejati! 
 
Tuhan Yesus memberkati! 

Tuhan Mengajak Kita Berjalan Intim (Pesan Gembala, 07 Maret 2020)

| Warta Jemaat |
About The Author
-