Tetap Terhubung dengan Tuhan di Tengah Dunia yang Tidak Terhubung (Staying Connected to God in a Disconnected World) (Pesan Gembala, 4 Desember 2021)

TETAP TERHUBUNG DENGAN TUHAN DI TENGAH DUNIA YANG TIDAK TERHUBUNG (Staying connected to God in a disconnected world)

Yohanes 15:5 Akulah pokok anggur dan kamulah ranting-rantingnya. Barangsiapa tinggal di dalam Aku dan Aku di dalam dia, ia berbuah banyak, sebab di luar Aku kamu tidak dapat berbuat apa-apa.

Pesan Tuhan kali ini tidak asing bagi kita, setelah selama 2 tahun kemarin kita terus mendengar pesan tentang hal terkoneksi dengan Tuhan. Bahkan visi utama 2019 dan sub visi 2020 adalah tentang Connected to God. Kalau sampai di minggu ini Tuhan memberikan pesan yang sama lagi, mungkin Tuhan melihat, masih banyak orang percaya yang belum “terlalu” terhubung dengan Tuhan.

Kita tinggal di dunia yang disebut “disconnected world” (dunia yang tidak terhubung). Artinya, dunia ini dipenuhi dengan segala sesuatu yang begitu mudah untuk menjadi tercerai-berai dan porak poranda. Semua serba mendahulukan kepentingan diri sendiri.

Di tengah kondisi dunia yang seperti itulah Tuhan mau kita tetap menunjukkan jati diri kita sebagai orang-orang percaya yang tetap terhubung dengan Tuhan. Orang-orang yang bisa bergandeng tangan satu dengan yang lain untuk bersatu hati dengan Tuhan di dalam jemaat dan keluarga. Lewat pesan-Nya ini, Tuhan hanya menekankan, apabila kita terhubung baik dengan Tuhan, maka kita akan menjadi luar biasa. Ada kuasa (dunamos) yang Ia alirkan. Sebaliknya, ketika tidak terhubung secara baik dengan Tuhan, maka kita hanya akan menjadi orang percaya yang biasa sama sekali.

Kata ‘berbuah’ (Yun. Karpos) dalam kalimat “Barangsiapa tinggal di dalam Aku dan Aku di dalam dia, ia berbuah banyak” (ayat 5) bukan sekedar bicara satu buah mangga atau jeruk, melainkan bicara soal hasil panen buah-bahan di musim menuai, advantage, profit, buah keturunan secara berlimpah-limpah. Luar biasa bukan? Sebaliknya, ketika orang percaya tidak terhubung dengan sang “Pokok anggur” atau”tidak tinggal di dalam Aku,” maka dikatakan bahwa ia tidak dapat berbuat apa-apa (GW version: you cannot produce anything), tidak punya kemampuan untuk melakukan apa-apa, tidak punya kekuatan, tidak capable, atau impotent.

Artinya, di tengah dunia yang sedang dicekam berbagai krisis, berbagai kecemasan (termasuk cemas akan masuknya virus berbagai varian baru) atau dunia yang sedang terlena oleh berbagai hal, akan dikejutkan dengan orang-orang percaya yang bergerak dengan kuasa Tuhan. Amin!

Beberapa hal yang perlu kita pahami berkaitan dengan pesan Tuhan ini, agar menjadi orang percaya yang terhubung dengan Tuhan:

(1). Miliki jalinan hubungan yang disertai dengan komitmen

Yohanes 15:4 Tinggallah di dalam Aku dan Aku di dalam kamu. Sama seperti ranting tidak dapat berbuah dari dirinya sendiri, kalau ia tidak tinggal pada pokok anggur, demikian juga kamu tidak berbuah, jikalau kamu tidak tinggal di dalam Aku.

Kata ‘tinggallah’ (Yun. Meinon) adalah kata perintah yang mengandung arti tinggal menetap bersama. Tuhan memerintahkan orang percaya untuk tinggal bersama, karena Tuhan tahu bahwa manusia tidak mampu untuk melakukan apa-apa apalagi untuk menghasilkan buah. Ingat, Yesus adalah Pokok anggurnya, dari sanalah kuasa berasal. Ranting tidak bekerja apa-apa untuk menghasilkan buah. Ranting hanya membiarkan pokok anggur bekerja melalui dirinya untuk menghasilkan buah. Buah dihasilkan karena ranting melekat pada pokoknya, maka barulah ia berbuah. Indah bukan? Apabila ranting tinggal terus, maka akan berbuah terus. Orang percaya yang tinggal tetap di dalam “sang Pokok anggur” akan terus menerus menghasilkan buah.

Sayangnya, tidak sedikit orang percaya mengatakan bahwa ia intim dengan Tuhan, tetapi tidak mau tinggal menetap. Jadi hubungan yang dijalin hanya sekedar mendekat apabila sedang membutuhkan sesuatu, kemudian “pamit pulang” apabila sudah mengajukan sesuatu atau mendapatkan sesuatu. Sama seperti dunia saat ini dimana orang-orangnya banyak yang menjalani hubungan Friend With Benefit, yaitu pertemanan dua pribadi yang berhubungan intim secara fisik, namun tidak mau ada ikatan atau komitmen apa-apa. Mereka menikmati hubungan fisik bersama, meluangkan waktu sesaat, dan tidak ada cinta kasih di dalamnya. Tuhan ingin kita tinggal menetap bersama-sama dengan Dia.

(2). Miliki jalinan hubungan yang disertai dengan prioritas

Yohanes 15:6 Barangsiapa tidak tinggal di dalam Aku, ia dibuang ke luar seperti ranting dan menjadi kering, kemudian dikumpulkan orang dan dicampakkan ke dalam api lalu dibakar.

Arti lain dari kata ‘tinggal’ (Yun. Meinon) adalah menunggu atau menanti-nantikan. Kita tinggal di dunia yang begitu sibuk dan bising. Dunia memiliki prinsip “waktu adalah uang.” Siapa pula yang mau membuang-bunga waktu untuk bercengkerama dan menanti-nantikan Tuhan? Sedangkan pikir mereka waktu tersebut bisa digunakan untuk melakukan aktifitas lain yang bisa menghasilkan suatu keuntungan materi. Prinsip ini pula yang tanpa disadari dihidupi tidak sedikit oleh orang percaya. Mereka begitu “tergesa-gesa” dan sekedarnya datang kepada Tuhan.

Memilih untuk tidak meluangkan waktu untuk menanti-nantikan Tuhan adalah sama seperti ranting yang tidak tinggal atau melekat pada pokoknya, dimana akan dapat berakibat ranting menjadi kering. Ranting yang kering dikatakan akan dikumpulkan kemudian dicampakkan lalu dilempar ke dalam api.

Tetapi, mengapa ada orang yang bisa tinggal tetap dan terhubung dengan Tuhan? Ternyata itu bermuara pada satu prinsip tindakan, yaitu tindakan “mengejar Tuhan.” Kata kuncinya adalah: kejar (Ingg. pursue!). Definisi dari ‘mengejar’ adalah tindakan atau usaha yang keras untuk mendapatkan atau mencapai sesuatu. Orang yang memiliki tekad untuk mengejar demi mendapatkan sesuatu akan berusaha untuk menyingkirkan apapun yang coba menghalanginya.

Mari jemaat Tuhan, biarlah prinsip ‘mengejar Tuhan’ ini kita aplikasikan ke dalam hidup kita, dimulai dengan mengajukan sebuah pertanyaan sebagai refleksi terhadap diri kita sendiri: apakah selama ini aku sudah melakukan pengejaran seperti definisi yang dimaksud di atas demi untuk mendapatkan Tuhan dan kehendak-Nya? Selamat terhubung dengan Tuhan.

Tuhan Yesus memberkati!

Tetap Terhubung dengan Tuhan di Tengah Dunia yang Tidak Terhubung (Staying Connected to God in a Disconnected World) (Pesan Gembala, 4 Desember 2021)

| Warta Jemaat |
About The Author
-