Setelah Masa Penantian (Pesan Gembala, 30 April 2023)

SETELAH MASA PENANTIAN 

Kejadian 21:2 Maka mengandunglah Sara, lalu ia melahirkan seorang anak laki-laki bagi Abraham dalam masa tuanya, pada waktu yang telah ditetapkan, sesuai dengan firman Allah kepadanya.

Perikop ini diawali dengan keadaan Sara yang mengandung dan kemudian melahirkan seorang anak laki-laki—yaitu Ishak—yang sudah dinantikan oleh Abraham dan Sara selama dua puluh lima tahun. Tuhan sedang menyatakan kepada pasangan tersebut bahwa janji-Nya tidak pernah salah dan tidak pernah terlambat, sekalipun Tuhan kerap disalahpahami. Apa yang diharapkan oleh pihak yang menantikan janji Tuhan seringkali tidak selaras dengan cara dan waktu dari Tuhan yang menggenapinya.

Penggenapan janji Tuhan kepada Abraham dan Sara merupakan bukti bahwa Tuhan setia dan tidak lupa akan janji-Nya. Hal ini sekaligus menunjukkan kemahakuasaan dan kebesaran Allah yang tidak terbatas, bayangkan Abraham pada waktu janji digenapi sudah berumur 100 tahun dan Sara pun sudah lanjut usia. Bahkan Alkitab mengatakan bahwa ia sudah mati haid. Sesuatu yang sudah sangat tidak mungkin bagi seorang wanita untuk mengandung.

Bicara soal penantian, siapapun tentu tidak terlalu menyukainya. Apalagi bagi generasi yang saat ini hidup di zaman dimana teknologi sudah demikian canggih. Semua diciptakan untuk mengejar kepada sebutan “serba cepat” atau “serba instan.” Kopi instan, mie instan, restoran cepat saji, kursus kilat, dan sebagainya. Cara serba cepat di berbagai sektor ini yang seringkali akhirnya menjadikan ‘penantian’ menjadi sesuatu yang tidak favorit. Termasuk orang percaya sekalipun, penantian seringkali menjadi sesuatu yang tidak mudah, karena harus menanti untuk suatu rentang waktu yang penggenapannya tidak diketahui.

Sebagai umat Tuhan, apa yang kita lakukan dan bagaimana kita membawa diri kita dalam proses penantian sangatlah penting, sebab, bagi seorang pemercaya bukan hanya tentang kapan janji itu digenapi, tetapi juga tentang perjalanannya hingga janji itu digenapi. Bagi Tuhan, menggenapi apa yang Ia janjikan adalah sesuatu yang mudah, namun Ia lebih tertarik kepada sikap dan perjalanan orang percaya dalam bersikap sejak menerima janji hingga penggenapan janji.

Inilah yang menjadi pesan Tuhan bagi kita. Melalui pesan-Nya ini Tuhan sedang mengingatkan kepada kita umat-Nya, bahwa ada benih janji Tuhan yang apabila benih itu sungguh “dierami” dengan baik, maka penggenapan adalah sesuatu yang pasti. Namun mungkin ada yang bertanya, bagaimana seorang percaya dapat mengetahui bahwa ada janji yang harus ditangkap dan dierami?

Beberapa hal yang perlu kita pahami berkaitan dengan “benih” janji penantian ini. Yang pertama, mungkin seseorang tidak tahu persis yang mana benih janji itu, namun karena sikap benar yang ia miliki dalam meresponi setiap firman maupun pesan Tuhan dan merenungkannya dengan baik, tanpa disadari ada benih-benih firman yang mulai “ter-erami” hari lepas hari. Seiring dengan berjalannya waktu, proses kedewasaan yang tumbuh dari sikap menghidupi firman dengan baik, maka benih itu suatu saat akan “menetas” masuk kepada fase kelahiran, meskipun ia tidak berharap di bagian mana dalam hidupnya yang mengalami penggenapan janji. 

Yang kedua, seseorang mungkin sudah mengetahui secara jelas apa “benih” firman-Nya, artinya Tuhan secara spesifik telah menyampaikan kepadanya bahwa suatu hari akan dipercayakan sesuatu atau mengalami suatu perluasan. Sama seperti ketika Tuhan menyampaikan kepada Abraham dan Sara bahwa suatu hari mereka akan memiliki keturunan, atau suatu posisi penting kepada Yusuf dimana orang-orang akan sujud kepadanya.

Satu hal yang harus kita ingat, bahwa semua “benih-benih” yang dimaksud di atas ini semuanya berasal dari Tuhan, bukan “benih buatan sendiri” yaitu sesuatu yang diri sendiri inginkan. Hal ini yang seringkali disalahpahami oleh tidak sedikit orang percaya dimana mereka menantikan sekian lama “benih yang salah”, benih yang bukan berasal dari Tuhan, untuk menetas namun tidak kunjung tiba, dan ini yang seringkali berujung dengan kekecewaan tetmasuk kepada Tuhan.

Oleh sebab itu, beberapa hal yang perlu kita pahami berkaitan dengan pesan Tuhan ini agar kita benar-benar mengerami benih “bakal anak” yang memang Tuhan berikan sehingga berujung pada penggenapan pada waktunya, beberapa di antaranya adalah:

(1). Perkataan Tuhan merupakan benih yang harus kita jaga

Kejadian 21:1 TUHAN memperhatikan Sara, seperti yang difirmankan-Nya, dan TUHAN melakukan kepada Sara seperti yang dijanjikan-Nya.

Satu hal yang harus kita sadari terus menerus adalah bahwa perkataan Tuhan itu sungguh amat dahsyat. Bayangkan Tuhan menciptakan langit dan bumi dengan kuasa perkataan-Nya. Berfirmanlah Allah: “Jadilah terang.” Lalu terang itu jadi.

Betapa luar biasanya perkataan Tuhan itu bukan? Nah, bayangkan apabila Tuhan menyampaikan pesan-Nya secara spesifik kepada kita atau memberikan janji-Nya secara spesifik kepada Abraham bahwa ia akan memiliki keturunan di saat Abraham dan Sara sudah menjadi sepasang kakek dan nenek yang sudah lanjut usianya, tentunya ini sesuatu yang luar biasa bukan? Apakah perkataan Tuhan itu sanggup membuat mereka memiliki keturunan? Tentu saja sanggup.

Meskipun butuh 25 tahun untuk penggenapan janji Tuhan itu, sejak Abraham dan Sara menerima janji Tuhan atau “benih” dari Tuhan sesungguhnya mereka sudah mulai “mengandung.” Meski kadang “kandungan” mereka hampir mengalami keguguran di dalam berbagai kesempatan, misalnya ketika Sara berpikir dirinya lama tidak kunjung hamil ia berharap bisa mempercepat kehamilan tersebut dengan menyerahkan hambanya Hagar kepada Abraham. Namun hal itu bukanlah sesuatu yang dikehendaki Tuhan. Atau ketika Abraham berpikir bahwa jangan-jangan yang akan menjadi ahli warisnya adalah Eliezer hambanya. Itulah sebabnya, sang penerima janji itu harus sungguh-sungguh menjaga “benih” janji yang Tuhan berikan.

Prinsip yang sama, Tuhanpun bisa menaruhkan perkataan janji-Nya kepada kita, sadari bahwa perkataan Tuhan adalah “benih” yang dahsyat yang suatu hari akan menetas, dimana kita harus baik-baik menjaga “kandungan” kita agar jangan sampai benih yang telah ditaruhkan mengalami keguguran.

Tuhan Yesus mengajarkan para murid agar benih firman yang ditabur jangan sampai jatuh ke pinggir jalan, tanah yang berbatu, tanah yang bersemak duri, namun harus jatuh ke atas tanah yang baik dan subur. Itulah sebabnya, mengapa Yusuf dapat memelihara kandungan benih janji yang ia terima dari sejak awal hingga penggenapannya meskipun situasi yang ia hadapi tidak mudah. Salah satu penyebabnya adalah ia berusaha untuk menyingkirkan tanah hati yang ia miliki jauh dari godaan jalan pintas, kekotoran dendam, batu-batu kerikil, dan semak duri.

Kejadian 105: 19 sampai saat firman-Nya sudah genap, dan janji TUHAN membenarkannya. 

(2). Perkataan Tuhan memerlukan kesiapan untuk penggenapannya

Kejadian 18:10 Dan firman-Nya: “Sesungguhnya Aku akan kembali tahun depan mendapatkan engkau, pada waktu itulah Sara, isterimu, akan mempunyai seorang anak laki-laki.” Dan Sara mendengarkan pada pintu kemah yang di belakang-Nya.

Untuk terjadinya penggenapan benih yang dikandung, selain benih itu harus dijaga, dari pihak si penerima janji pun harus mempersiapkan diri. Sama seperti seorang wanita yang sedang mengandung janin di dalam kandungannya, cepat atau lambat ia akan menjadi seorang ibu bagi bayinya tersebut. Ia tidak sekedar menunggu datangnya hari kelahiranbegitu saja, namun sejak jauh-jauh hari ia sudah memersiapkan perlengkapan bayi, ranjang, termasuk kesiapan mentalitas bagi dirinya untuk menjadi seorang ibu.

Kadang bukannya Tuhan sengaja berlambat-lambat dalam menepati apa yang Ia janjikan, keterlambatan akan penggenapan seringkali terjadi karena ketidaksiapan daripada pihak si penerima janji. Ketika Tuhan menjanjikan Yusuf untuk suatu hari menjadi seorang penguasa di Mesir dimana cakupan wilayah yang akan dikelolanya begitu besar dan luas, dibutuhkan seorang yang memiliki integritas, kapabilitas dan kapasitas yang berada di atas rata-rata kebanyakan orang. Betul, Tuhan telah menjanjikan posisi itu pada Yusuf sejak Yusuf berusia 17 tahun, namun penggenapan baru terjadi setelah Yusuf mengalami berbagai gemblengan dan ujian hingga mencapai kualitas yang Tuhan tetapkan.

Mari jemaat Tuhan, satu hal yang harus kita pahami bahwa Tuhan tidak pernah lalai menepati janji-Nya. Apa yang Ia firmankan dan janjikan Ia bertanggung jawab untuk menggenapinya. Sesuai dengan judul pesan Tuhan-Nya, bahwa “Setelah masa penantian”, pasti akan datang masa penggenapan. Apabila hari ini mungkin kita masih berada di fase penantian, pastikan bahwa yang kita nantikan adalah sungguh janji yang berasal dari perkataan Tuhan, bukan keinginan diri sendiri, sehingga kita tidak “mengandung” benih yang salah. Menanti-nantikan Tuhan sambil membangun diri ke dalam pengenalan akan Tuhan adalah sikap benar yang membuat tanah hati kita senantiasa dalam keadaan subur, ideal untuk bertumbuhnya “benih” janji yang Tuhan percayakan.

Tuhan Yesus memberkati! 

Setelah Masa Penantian (Pesan Gembala, 30 April 2023)

| Warta Jemaat |
About The Author
-