Sadari Tuhan Sedang Melakukan Sesuati yang Luar Biasa (Pesan Gembala, 26 Maret 2023)

SADARI TUHAN SEDANG MELAKUKAN SESUATU YANG LUAR BIASA

Yohanes 13:7 Jawab Yesus kepadanya: “Apa yang Kuperbuat, engkau tidak tahu sekarang, tetapi engkau akan mengertinya kelak.” (AMP. “You do not realize now what I am doing, but you will [fully] understand it later.”)

Percakapan ini terjadi pada saat perjamuan makan malam sebelum hari raya Paskah. Yesus menyadari bahwa tugas-Nya di bumi sudah hampir berakhir. Melihat kondisi yang terjadi pada para murid, Yesus merasa perlu untuk mengambil suatu tindakan di depan para murid-Nya. Lalu bangunlah Yesus dan menanggalkan jubah-Nya. Ia mengambil sehelai kain lenan dan mengikatkannya pada pinggang-Nya, kemudian Ia menuangkan air ke dalam sebuah basi, dan mulai membasuh kaki murid-murid-Nya lalu menyekanya dengan kain yang terikat pada pinggang-Nya itu.

Maka sampailah Ia kepada Simon Petrus. Kata Petrus kepada-Nya: “Tuhan, Engkau hendak membasuh kakiku?” Simon merasa sangat sungkan sekali melihat Yesus Gurunya melakukan pembasuhan kaki. Biasanya tindakan membasuh kaki adalah tugas seorang budak atau pembantu. Tujuan pembasuhan yang dilakukan  Yesus adalah tentang pembersihan dan keteladanan. Yesus juga sedang mengajarkan para murid tentang kerendahan hati sekaligus persiapan penebusan menjelang kematian-Nya di kayu salib. Kerendahan hati, karena di Injil lain diceritakan bahwa para murid malam itu masih berdebat satu sama lain mengenai siapa yang terbesar di antara mereka. Bayangkan, menjelang perpisahan dengan Gurunya murid-murid masih sibuk dengan dirinya sendiri.

Pertanyaan ketidakmengertian Simon Petrus kemudian dijawab Yesus kepadanya dengan berkata: “Apa yang Kuperbuat, engkau tidak tahu sekarang, tetapi engkau akan mengertinya kelak.” Memang tidak mudah bagi para murid untuk memahami apa yang Yesus sedang lakukan itu.

Seringkali hal seperti ini juga terjadi di dalam kehidupan orang-orang percaya. Di tengah berbagai situasi atau peristiwa yang dihadapi, sering orang percaya dibuat tidak mengerti oleh Tuhan, yang mana ujung-ujungnya barulah suatu hari nanti mengerti. Artinya, ada jarak atau rentang waktu antara ‘ketidakmengertian’ dengan ‘akhirnya mengerti’ suatu hari. Nah, di rentang waktu inilah yang disebut sebagai “titik kritis”. Sebuah titik dimana seorang percaya dapat menjadi lemah, kecewa dan menjauh dari Tuhan (bahkan jatuh) atau menjadi biasa-biasa (dingin) sama Tuhan, atau bersyukur dan percaya bahwa ada perbuatan Tuhan di balik semua yang terjadi.

Inilah yang menjadi pesan Tuhan bagi kita. Sama seperti Petrus yang tidak memahami apa yang Yesus sedang lakukan, demikian pula halnya saat ini dengan kita. Apa yang sedang kita hadapi saat ini, mungkin kita belum mengerti. Apalagi ketika yang dihadapi adalah sesuatu yang dianggap “tidak enak” atau “tidak baik” di mata kita, seperti kegagalan (gagal dalam pekerjaan, urusan cinta, hubungan dengan sesama, dan lain-lain), kekecewaan, dijahati, diperlakukan tidak adil, ditinggal orang yang kita kasihi atau menghadapi sesuatu yang tidak mudah saat ini, dan berbagai hal lainnya. Namun sadarilah bahwa ada “skenario besar” Tuhan di balik semua yang terjadi saat ini yang belum kita pahami.

Memang betul, bahwa kita manusia tidak dapat memahami semua yang Tuhan lakukan. Namun cobalah pertimbangkan kehebatan-Nya. Alkitab memberi tahu kita bahwa Tuhan itu tidak terbatas, kekal, Mahakuasa, Mahahadir, Mahatahu, dan sebagainya. Di ayat pertama Alkitab pun kita telah diberitahu bahwa Tuhan melalui kuasa-Nya menciptakan langit dan bumi dan seluruh alam semesta. Bumi kita sendiri tampak besar bagi kita, tetapi itu hanya setitik jika dibandingkan dengan semua yang Tuhan ciptakan. Sungguh Tuhan kita itu terlalu hebat!

Apa saja yang harus kita lakukan ketika mungkin saat ini kita berada di fase dimana banyak hal yang tidak kita pahami?

(1). Tetap percaya akan kontrol kuasa Tuhan yang sedang bekerja atas hidup kita 

Yohanes 13:8 Kata Petrus kepada-Nya: “Engkau tidak akan membasuh kakiku sampai selama-lamanya.” Jawab Yesus: “Jikalau Aku tidak membasuh engkau, engkau tidak mendapat bagian dalam Aku.”

Menjelaskan masalah pembasuhan kaki membutuhkan penjelasan yang sangat mendalam, bagaimana Yesus memersiapkan orang-orang untuk mengalami karya penebusan-Nya di kayu salib. Tetapi Intinya adalah, mungkin kita belum mengerti akan apa yang Tuhan sedang lakukan, namun Tuhan menghendaki agar kita tetap ikuti saja tuntutan-Nya, tidak perlu berbantah-bantahan. Tetap mendekat dan ikuti langkah demi langkah-Nya. Jangan ambil tindakan yang berlawanan dengan kebenaran firman Tuhan. Kadang di tengah ketidak mengertian tidak sedikit orang percaya yang akhirnya “memberontak” pada Tuhan, yaitu ingin berjalan menggunakan cara sendiri.

Mungkin kita ingat kisah tentang Yusuf yang pada usia 17 tahun, di saat sedang enak-enaknya hidup bersama ayahnya, tiba-tiba mengalami begitu banyak penderitaan tanpa ia memahami mengapa hal-hal itu terjadi pada dirinya. Bayangkan tiba-tiba dijebloskan ke dalam sumur oleh kakak-kakaknya, dijual kepada pedagang Midian sebagai budak belian, dibeli oleh kepala pengawal kerajaan Mesir yang bernama Potifar, kerja sebagai pembantu rumah tangga di sana, dan berbagai kesulitan lainnya. Butuh rentang waktu 13 tahun sampai akhirnya Yusuf suatu hari diangkat sebagai orang nomor dua di Mesir oleh Firaun. Akhirnya, setelah melewati masa 13 tahun, baru Yusuf mengerti bahwa semua yang terjadi adalah bagian dari rencana Tuhan yang luar biasa dalam menyelamatkan sebuah bangsa pilihan Tuhan.

(2). Tetap selesaikan dengan baik setiap fase demi fase yang Tuhan ijinkan untuk kita hadapi. (Jadilah pemeran utamanya, jangan pemeran antagonisnya).

Yohanes 13:17 Jikalau kamu tahu semua ini, maka berbahagialah kamu, jika kamu melakukannya.

Yesus dengan tulus dan dengan kerendahan hati membasuh kaki para murid-Nya, sekalipun ada satu orang dari antara murid-Nya itu yang akan melakukan sesuatu yang jahat terhadap-Nya, yaitu Yudas (ayat 2).

Melalui peristiwa pembasuhan Yesus sedang memersiapkan para murid untuk menghadapi goncangan dimana murid-murid akan mengalami masa-masa dimana mereka akan tercerai berai ketika melihat Gurunya ditangkap dan disalib. Mereka bagaikan bagian dari kelompok orang jahat yang dimusuhi. Namun akhir dari semuanya itu mereka menjadi paham, bahwa semua bertujuan untuk kebaikan mereka atau bahkan kebaikan bagi seluruh umat manusia. Mereka yang percaya mendapat bagian dari karya penebusan Yesus.

Hanya saja, salah seorang murid bernama Yudas mengalami kebalikannya, ia mati gantung diri. Sangat ironis sekali bukan? Di saat murid-murid lain mulai mengerti mengapa Gurunya melakukan pembasuhan di malam itu dan mereka semua berbahagia ketika melihat Yesus bangkit dari kematian, justru Yudas hidupnya berakhir dengan tragis. Sayang sekali bukan? Padahal ia termasuk murid-murid yang dibasuh oleh Yesus. Artinya, ketika kita sedang menjalani masa-masa yang tidak mudah, yang mungkin kita belum memahaminya saat ini, mari kita “mainkan peran” kita sebagai orang percaya dengan baik, bukan seorang “pemeran antagonisnya”, yaitu menjadi biang penyebab kekacauan yang terjadi. Mainkanlah peran kita dengan baik sampai akhir. Sebagaimana Yusuf menyelesaikan perannya di fase itu dengan baik.

Mari jemaat Tuhan, apabila kita sudah tahu saat ini bahwa kelak kondisi kita akan mengalami kemenangan dan semua peristiwa yang terjadi adalah bagian dari rencana Tuhan dan tidak ada rencana Tuhan yang gagal. Melalui pesan-Nya ini Tuhan sedang mengatakan kepada kita untuk jangan menjadi gentar dan jangan pula kita mengeluh tentang keadaan kita saat ini apalagi sampai meragukan kuasa Tuhan yang punya rencana atas hidup kita. Tetaplah bergairah dan optimis dalam menjalani hidup ini karena kelak kita tahu bahwa ada sesuatu yang luar biasa di balik semuanya ini selama kita melekat kepada-Nya.

Tuhan Yesus memberkati!

Sadari Tuhan Sedang Melakukan Sesuati yang Luar Biasa (Pesan Gembala, 26 Maret 2023)

| Warta Jemaat |
About The Author
-