Perluas Wilayah Tuaianmu! (Pesan Gembala, 18 Oktober 2020)

PERLUAS WILAYAH TUAIANMU!

Pengkotbah 11:1-8 (6) Taburkanlah benihmu pagi-pagi hari, dan janganlah memberi istirahat kepada tanganmu pada petang hari, karena engkau tidak mengetahui apakah ini atau itu yang akan berhasil, atau kedua-duanya sama baik.

Apabila hal menabur dan menuai ini dipadankan terlebih dahulu ke dalam pengertian bercocok tanam atau berkebun, tentu kita akan lebih mudah memahami bagaimana hukum tabur tuai bekerja. Apabila misalnya kita menabur benih jagung di ladang, maka jelas yang akan tumbuh di ladang adalah tanaman jagung yang menghasilkan buah jagung yang sehat apabila memang kita merawatnya dengan baik. Apabila kita menabur lebih dari satu benih jagung, maka sangat memungkinkan untuk kita mendapat lebih banyak lagi tanaman jagung.

Di dalam kehidupan ini semuanya tidak lepas dari hukum menabur dan menuai. Berbicara mengenai tuaian, kita perlu memahami prinsip menabur dan menuai. Alkitab menyatakan bahwa, “Selama bumi masih ada, takkan berhenti-henti musim menabur dan menuai, dingin dan panas, kemarau dan hujan, siang dan malam.” (Kejadian 8:22). Di sini kita akan melihat bahwa prinsip menabur dan menuai itu akan selalu berlangsung terus menerus selama bumi masih ada.

Segala sesuatu dalam kehidupan ini berasal dari benih, baik itu tanaman, hewan atau juga manusia. Pertama-tama harus ada benih terlebih dahulu yang dilepaskan. Bahkan Yesus mengatakan tentang diri-Nya dengan gambaran biji gandum. Bahwa jikalau biji gandum tidak jatuh ke dalam tanah dan mati, ia tetap satu biji saja; namun jika ia mati, ia akan menghasilkan banyak buah. Artinya Ia harus mati terlebih dahulu, karena jika tidak, Ia tetap tinggal seorang; namun apabila Ia mati dan bangkit akan memunculkan banyak anak Tuhan, yaitu orang-orang percaya di bumi ini.

Alkitab menjelaskan bahwa apa saja yang ditabur orang, itu juga yang akan dituainya (Gal. 6:7). Sebab itu, perhatikanlah baik-baik apa yang kita tabur. Bila selama ini kita menabur sebutir benih jagung, maka kita akan menuai sejumlah jagung. Hukum natural mengajarkan bahwa hasil tuaian itu lebih banyak dari pada yang ditaburkan. Sebab mereka yang menabur angin pun, akan menuai puting beliung (Hos. 8:7). Oleh sebab itu, waspadalah bila selama ini mungkin kita menabur sesuatu yang kita pikir “tidak apa-apa.”

Inilah yang menjadi pesan Tuhan bagi kita. Sejak Tuhan menyatakan pesan-Nya tentang adanya dataran berupa tanah gersang, yang
kemudian berubah menjadi dataran hijau yang dipenuhi dengan berbagai tumbuhan, Tuhan terus membukakan kepada kita hal-hal yang berkaitan dengan pertumbuhan dan tuaian. Apapun jenis pertumbuhan dan tuaian yang terjadi, semua tergantung dari apa yang ditaburkan sebelumnya. Lewat pesan-Nya ini Tuhan menghendaki agar kita terus menabur tanpa henti di berbagai area. Kita memasuki sebuah “musim semi,” dimana akan banyak “pepohonan” yang bermunculan di berbagai area melalui benih-benih yang ditabur.

Beberapa hal yang perlu kita perhatikan berkaitan dengan pesan Tuhan ini, di antaranya adalah:

(1). Mulailah menabur di manapun dan kapanpun

Pkh. 11: 6a Taburkanlah benihmu pagi-pagi hari, dan janganlah memberi istirahat kepada tanganmu pada petang hari, …

Pengkotbah memahami betul bahwa penabur tidak akan tahu persis benih yang mana yang akan berhasil. Karena yang membuat benih itu tumbuh bukanlah si penabur, melainkan Tuhan. Maka penabur diminta untuk terus menabur di setiap waktu, dari pagi hingga petang.Tidak sedikit orang percaya yang suka berdalih soal waktu. Selalu merasa bahwa saat ini bukanlah waktu yang tepat bagi dia untuk menabur. Saat sekarang justru saat dimana ia sedang
membutuhkan banyak hal. Seringkali kita merasa bahwa Tuhanlah yang tidak memahami soal waktu.

Disaat kita merasa bahwa sekarang bukanlah waktu yang tepat, justru Tuhan berbicara tentang persiapan untuk menuai dari apa yang ditabur. Seringkali kita terpaku dengan musim yang berlaku secara umum. Memang ada musim-musim yang Tuhan tetapkan secara teratur di alam ini, dimana sedikit banyak kita bisa memprediksi apakah hujan akan turun atau tidak. Melihat cuaca kurang bagus, maka memutuskan untuk tidak melakukan atau mengusahakan sesuatu (ayat 5). Namun kita tidak dapat menduga kapan waktu Tuhan menyatakan penggenapan dari “musim” yang Ia tetapkan bagi umat-Nya. Jangan sampai, di saat musim menuai tiba, banyak orang percaya hanya bisa menggigit jari.

(2). Mulailah menabur yang terbaik dan serahkanlah semua itu kepada Tuhan.

Pkh. 11:1 Lemparkanlah rotimu ke air, maka engkau akan mendapatkannya kembali lama setelah itu.

Seringkali hidup seseorang begitu mudah kehilangan sukacita, karena ia merasa apa yang dikerjakannya seperti tidak ada hasilnya. Merasa tidak ada manfaat yang bisa diraihnya di balik apa yang Ia telah keluarkan. Bayangkan, membuang roti ke air bukankah itu sebuah kesia-siaan? Membuang sesuatu yang berharga tanpa melihat hasilnya, dimana roti tersebut akan hilang dan hanyut begitu saja terbawa air. Jangan salah sangka, justru firman Tuhan tersebut mengatakan, melemparkan roti ke tempat yang berair tidak akan pernah sia-sia, karena ia akan mendapatkannya lagi meskipun lama setelah itu.

Selama yang kita lakukan bukan didorong oleh motivasi agar suatu hari kelak orang-orang akan balik menolong kita, tetaplah jalani hidup yang generous (bermurah hati) di dalam segala hal sambil memberi yang terbaik kepada siapapun dan dimanapun, maka apa yang kita lakukan tidak akan pernah menjadi hidup yang tidak berarti atau tidak menghasilkan apa-apa. Sukacita hidup itu ada bukan karena seseorang sekedar bisa mengumpulkan banyak, namun karena ia menjadi orang yang mampu berbagi dalam banyak hal.

Mari jemaat Tuhan, apabila kita merenungkan kembali siapa Tuhan yang adalah sumber segalanya bagi kita dan untuk tujuan apa kita dipanggil-Nya, maka seharusnya tidak ada alasan bagi kita untuk tidak mampu menjadi saluran untuk membagikan segala sesuatu, karena pada waktu kita terkoneksi dengan Dia, banyak hal sesungguhnya yang dapat kita bagikan.

Tuhan Yesus memberkati!

Perluas Wilayah Tuaianmu! (Pesan Gembala, 18 Oktober 2020)

| Warta Jemaat |
About The Author
-