Kegigihan yang Menghasilkan Pencapaian (Mengejar Tuhan) (Pesan Gembala, 16 Oktober 2022)

KEGIGIHAN YANG MENGHASILKAN PENCAPAIAN (MENGEJAR TUHAN)

Lukas 11:5-13 (8) Aku berkata kepadamu: Sekalipun ia tidak mau bangun dan memberikannya kepadanya karena orang itu adalah sahabatnya, namun karena sikapnya yang tidak malu itu, ia akan bangun juga dan memberikan kepadanya apa yang diperlukannya.

Perumpamaan yang disampaikan Yesus kepada murid-murid-Nya ini adalah tentang seseorang yang kedatangan sahabatnya di tengah malam. Memang waktu yang agak kurang pas untuk seseorang berkunjung ke rumah orang lain. Namun hal ini tidak begitu aneh di negara-negara panas Timur Tengah dimana orang tidak mengadakan perjalanan apabila matahari masih terik bersinar.

Orang-orang biasanya akan menunggu hingga matahari terbenam terlebih dahulu baru kemudian memulai perjalanannya, dan oleh karenanya, tibanyapun bisa pada malam atau dini hari. Alkitab menyebutkan bahwa orang tersebut tiba di tempat sahabatnya pada waktu tengah malam. Dikisahkan bahwa ketika sang sahabat tiba-tiba muncul dan sebagai tuan rumah ia merasa kelabakan karena tidak menyiapkan bahan apa-apa yang bisa dihidangkan.

Jadi apa yang tuan rumah lakukan? Ia pergi ke rumah tetangganya untuk meminjam beberapa lembar roti sambil menjelaskan bahwa apa yang ia lakukan adalah untuk menjamu sahabatnya yang tiba mendadak pada tengah malam. Dijelaskan, bahwa seandainya sang tetangga merasa terganggu mengingat hari sudah larut malam dan iapun juga sudah tidur, maka ia akan tetap membangunkan juga sampai tetangganya memberikan apa yang dimintanya.

Namun perumpamaan ini jangan disalah-artikan bahwa seseorang boleh datang kapan saja ke rumah tetangganya untuk meminjam sesuatu dan ngotot sampai diberikan apa yang ia inginkan. Yesus sedang menekankan tentang pentingnya suatu usaha yang gigih dalam diri seseorang dalam memerjuangkan sesuatu untuk tujuan yang baik. Konteks perumpamaan ini adalah tentang “hal berdoa” kepada Tuhan. Yesus menekankan bahwa pentingnya seseorang memiliki kegigihan apabila yang ia perjuangkan memang baik, sepadan dan sesuatu yang dikehendaki Tuhan.

Inilah yang menjadi pesan Tuhan bagi kita. Tuhan sedang mengajarkan murid-murid-Nya termasuk kepada kita saat ini untuk tidak menjadi orang yang mudah menyerah dan tidak memiliki daya juang, namun menjadi orang yang berani gigih berjuang. Bukan saja sekedar berjuang untuk perkara-perkara jasmani seperti roti untuk dimakan, yang orang dunia umumnya lakukan, namun memiliki kegigihan untuk berjuang akan perkara-perkara ilahi yang jauh lebih penting, yang memiliki nilai kekal.

Ketiadaan daya juang atau ketiadaan persistensi membuat banyak manusia termasuk orang percaya telah kehilangan banyak hal. Bahkan Yesus sendiri mengajarkan bahwa apabila seorang percaya tidak memiliki persistensi “yang tak kenal malu” (shameless persistence) yaitu daya juang atau kegigihan yang tidak memedulikan apa yang akan dikatakan orang lain kepadanya, maka tidak banyak pintu-pintu yang akan dibukakan.

Melalui pesan-Nya ini Tuhan sedang mengatakan bahwa sebetulnya banyak hal-hal bernilai dari sorga yang layak kita peroleh dan nikmati. Banyak pintu-pintu yang Tuhan siap bukakan, namun keengganan untuk berjuang lebih lagi membuat banyak orang percaya kehilangan kesempatan untuk menikmatinya. Dan orang percaya seringkali menghibur dirinya dengan berkata-kata rohani bahwa semua adalah anugerah Tuhan.

Beberapa prinsip kegigihan yang perlu kita pahami berkaitan dengan pesan Tuhan ini, di antaranya adalah:

(1). Kegigihan atau persistensi adalah karakter yang dipercayakan Tuhan kepada kita dalam memenangkan sesuatu.

Lukas 11:9-10 (9) Oleh karena itu Aku berkata kepadamu: Mintalah, maka akan diberikan kepadamu; carilah, maka kamu akan mendapat; ketoklah, maka pintu akan dibukakan bagimu. (10) Karena setiap orang yang meminta, menerima dan setiap orang yang mencari, mendapat dan setiap orang yang mengetok, baginya pintu dibukakan

Yesus tidak sedang mengajarkan murid-murid-Nya atau kepada kita untuk menjadi orang yang “ngoyo” atau ngotot mengejar sesuatu yang tidak diperuntukkan bagi kita lalu kemudian kita memaksakan diri. Sama sekali tidak. Yesus sedang mengajarkan bahwa apabila kita menjadi orang percaya, jangan menjadi orang yang ogah-ogahan, yaitu orang percaya yang enggan memerjuangkan sesuatu dengan kesungguhan hati apa yang seharusnya bisa kita peroleh. Memang ada bagian-bagian yang otomatis kita sebagai orang percaya diberikan Tuhan begitu saja, namun seiring dengan pertumbuhan usia, ada bagian-bagian yang sudah saatnya kita bangun dan kejar untuk mencapainya.

Alkitab mencatat bahwa hidup mengiring Tuhan adalah bagaikan pelari yang sedang mengikuti perlombaan lari jarak jauh dimana setiap orang percaya diwajibkan untuk ikut di dalamnya (Ibr. 12:1b). Rasul Paulus dalam 1 Korintus 9:24 mengatakan bahwa orang percaya yang sadar bahwa ia adalah pelari yang dimaksud, maka yang dibutuhkan adalah berlari begitu rupa sehingga memperolehnya! Artinya, ada hal-hal yang kita sebagai orang percaya perlu lakukan dengan kesungguhan hati. Kalau anda rindu memeroleh hadiah di garis akhir, maka anda harus berlari sedemikian rupa. Dibutuhkan persistensi di dalam mencapainya. Dan persistensi ini diberikan Tuhan kepada setiap orang percaya untuk menjalani hidup dan memeroleh apa yang dijanjikan Tuhan.

(2). Kegigihan atau persistensi adalah sesuatu yang mudah dilakukan apabila seseorang memiliki tujuan yang kuat

Lukas 11:8 Aku berkata kepadamu: Sekalipun ia tidak mau bangun dan memberikannya kepadanya karena orang itu adalah sahabatnya, namun karena sikapnya yang tidak malu itu, ia akan bangun juga dan memberikan kepadanya apa yang diperlukannya.

Apa yang membuat orang yang mendatangi tetangganya untuk meminjam roti dapat dengan gigih terus meminta sekalipun tetangganya sudah berkata bahwa ia sudah menutup pintu rumahnya dan tidur? Jawabannya adalah karena ada seorang sahabat yang perlu diberi makan. Sahabat yang baru tiba tengah malam dari perjalanan jauh. Orang tersebut memiliki alasan yang kuat menurut dirinya sehingga ia memberanikan diri meminta pinjaman roti kepada tetangganya. Alasan itulah yang menjadi dasar atau motivasi orang tersebut bertindak.

Jadi apa yang mendasari seseorang hingga ia bertindak dengan gigih bahkan rela melakukan shameless persistence? Jawabannya adalah sederhana, motivasi yang kuat atau tujuan yang sangat ia pahami. Tanpa tujuan yang kuat, orang tidak akan dapat melakukan suatu tindakan dengan gigih sampai ia memerolehnya, sekalipun tantangan menghadang. Datang beribadah dan bersekutu dengan Tuhan adalah hak istimewa bagi semua orang percaya. Ada begitu banyak keuntungan ilahi yang setiap orang percaya dapat peroleh ketika melakukannya. Namun ternyata tidak banyak orang percaya melakukannya dan mengejarnya dengan kesungguhan hati.

Demikian halnya dengan kepenuhan Roh Kudus. Tuhan memberikan janji sekaligus perintah agar setiap orang percaya mengalami kepenuhan-Nya terus menerus, dimana Ia siap untuk memenuhinya. Namun seberapa banyak orang percaya yang tidak sungguh-sungguh mengejarnya. Pertama-tama, dibutuhkan pemahaman yang benar terlebih dahulu akan apa yang akan dikejarnya. Tujuan yang benar akan memotivasi orang percaya untuk melakukan pengejaran dengan persisten.

Mari jemaat Tuhan, melalui pesan-Nya ini Tuhan sedang memeringatkan kita bahwa hari-hari ke depan tidak semakin baik. Kejahatan sedang menuju kepada kejahatan yang sempurna. Tantangan tidak semakin mudah. Dibutuhkan orang-orang percaya yang tidak mudah menyerah kepada keadaan, tidak mudah loyo, melainkan dibutuhkan orang-orang percaya yang memiliki persistensi tinggi di dalam mengiring Tuhan. Bukan pemercaya yang sekedar berdoa, namun pemercaya yang mengejar hadirat Tuhan, mengalami Tuhan dan mendapatkan perkataan-Nya. Kepenuhan Roh Kudus adalah standar yang harus dialami oleh semua orang percaya.

Tuhan Yesus memberkati!

Kegigihan yang Menghasilkan Pencapaian (Mengejar Tuhan) (Pesan Gembala, 16 Oktober 2022)

| Warta Jemaat |
About The Author
-