Jubah Apa yang Anda Kenakan Saat Ini? (Pesan Gembala, 23 Juli 2023)

JUBAH APA YANG ANDA KENAKAN SAAT INI?

Kejadian 41:42 Sesudah itu Firaun menanggalkan cincin meterainya dari jarinya dan mengenakannya pada jari Yusuf; dipakaikannyalah kepada Yusuf pakaian dari pada kain halus dan digantungkannya kalung emas pada lehernya (NKJV. … and he clothed him in garments of fine linen).

Seperti yang kita ketahui, momen ini adalah momen dimana Yusuf berada di ujung perjalanan tiga belas tahun yang tidak mudah. Peristiwa ini adalah peristiwa puncak dimana setelah Firaun tidak dapat menemukan seorang yang memiliki akal budi dan kebijaksanaan untuk mengumpulkan bahan makanan di tujuh tahun masa kelimpahan dan mengelolanya dengan baik selama tujuh tahun masa kekurangan, akhirnya Firaun menunjuk Yusuf untuk memangku jabatan sesuai dengan kriteria orang yang dimaksud Yusuf. Selain Firaun mengenakan cincinnya kepada jari Yusuf, ia juga memakaikan pakaian kain halus atau jubah linen halus (garment of fine linen) pada tubuhnya.

Butuh waktu cukup lama bagi Yusuf sampai ia dapat mengenakan jubah ini. Jubah yang ia kenakan ini bukan sesuatu yang tanpa makna. Bukan sekedar, sudah mencapai kedudukan orang nomor dua di Mesir, maka wajar dan selayaknyalah Yusuf mengenakan pakaian yang bagus. Jubah ini merupakan salah satu jubah dari sekian banyak “jubah-jubah” lain yang Yusuf kenakan dalam perjalanan hidupnya. Jubah yang dikenakan Firaun pada Yusuf ini memiliki makna rohani yang disebut sebagai jubah tanggung jawab (garment of responsibility) atau jubah pelayanan (garment of ministry).

Bila menilik ke masa lalu, yaitu tiga belas tahun sebelumnya, ingatkah kita bahwa kepada Yusuf juga pernah dipakaikan sebuah pakaian oleh ayahnya, yakni sebuah jubah warna warni yang maha indah. Inilah pakaian yang diberikan sang ayah kepada diri Yusuf semata-mata karena ungkapan rasa sayang orang tua kepada anak. Pakaian atau jubah ini adalah “jubah” yang Tuhan berikan kepada kita pada waktu kita diselamatkan. Dalam arti kata lain, jubah ini disebut dengan jubah keselamatan (garment of salvation) (Ibr. ketoneth).

Di antara jubah keselamatan sampai dengan jubah tanggung jawab atau jubah pelayanan, di sela-selanya ada “jubah-jubah” lain yang Yusuf kenakan. Jubah-jubah inilah yang kelak menjadi pengantar sampai akhirnya Yusuf bisa mengenakan jubah dari kain lenan halus itu. Jubah demi jubah yang dikenakan Yusuf menjelaskan tahapan fase demi fase yang ia harus lalui, sekaligus ini juga menjelaskan bahwa seperti ini pula fase demi fase yang kita lalui dalam perjalanan kita sebagai orang percaya dalam mengiring Tuhan.

Setiap fase perjalanan kita itu ada “jubahnya” (berbicara tentang pergerakan atau peningkatan peran). Untuk memahaminya, bayangkan seragam yang kita kenakan di sekolah. Seragam demi seragam yang dikenakan kepada kita menunjukkan fase atau tahapan pencapaian peningkatan akademis kita (TK, SD, SMP, SMA, dan seterusnya). Sebelum Yusuf mengenakan jubah tanggung jawab atau jubah pelayanan, ada jubah-jubah lain, setelah jubah berwarna-warni, yang Yusuf harus kenakan. Dan “jubah-jubah” ini yang “mengantar” Yusuf mencapai jubah tanggung jawab besar kelak.

Inilah yang menjadi pesan Tuhan bagi kita. Tuhan mau kita menyadari bahwa “jubah demi jubah” yang dikenakan kepada kita seharusnya menuntun kita akhirnya mengenakan jubah tanggung jawab (garment of responsibility) atau jubah pelayanan/pengabdian (garment of ministry) seperti yang Yusuf kenakan. Jubah ini tidak otomatis dikenakan pada seseorang hanya karena ia sudah melayani di gereja, namun ini berbicara tentang keadaan seseorang yang sudah melewati berbagai fase “jubah demi jubah” sebelumnya, sehingga yang muncul adalah kerendahan hati, menangkap apa yang Tuhan kehendaki, menyadari tanggung jawab yang harus dipikul dari apa yang Tuhan percayakan, dan tidak memanfaatkan orang lain untuk melakukan sesuatu bagi dirinya melainkan memiliki mindset “apa yang dapat aku lakukan untuk orang lain dan bangsa.”

Mungkin kita berkata bahwa mana mungkin kita bisa seperti Yusuf yang bisa mengelola sebuah negeri seperti ia mengelola Mesir. Ingat, tanggung jawab besar yang akan Tuhan percayakan tidak selalu persis sama seperti Yusuf, namun tetap berupa sesuatu hal yang besar. Tetapi mari kita bisa melakukannya mulai dari lingkup yang lebih kecil terlebih dulu, namun tetap dengan mengenakan mindset “garment of  ministry” atau “garment of responsibility,” seperti misalnya mengelola rumah tangga atau keluarga yang Tuhan percayakan terlebih dahulu. Sama halnya, Yusuf pun sebelum mengelola Mesir, ia terlebih dahulu dipercayakan untuk mengelola rumah Potifar terlebih dahulu, dan ia berhasil melakukannya.

Beberapa prinsip yang harus kita pahami berkaitan dengan pesan Tuhan ini agar kita benar-benar mengenakan jubah yang Tuhan maksud, seperti yang Yusuf kenakan. Beberapa di antaranya adalah:

(1). Menyadari bahwa ternyata ada jubah-jubah pembentukan yang harus kita rela kenakan terlebih dahulu

Kejadian 37:23-24 (23) Baru saja Yusuf sampai kepada saudara-saudaranya, mereka pun menanggalkan jubah Yusuf, jubah maha indah yang dipakainya itu. (24) Dan mereka membawa dia dan melemparkan dia ke dalam sumur. Sumur itu kosong, tidak berair.

Manusia menganggap apa yang dialami Yusuf adalah sebuah tragedi. Bayangkan, seorang anak muda yang begitu disayang oleh ayahnya dikenakan jubah yang maha indah, tiba-tiba harus menanggung musibah yang tidak mudah. Jubah indahnya ditanggalkan oleh kakak-kakaknya lalu dibalur dengan darah binatang dan dilaporkan kepada Yakub ayahnya bahwa Yusuf telah diterkam binatang buas. Namun sesungguhnya di mata Tuhan, Yusuf sedang masuk ke dalam sebuah fase penting yang sesungguhnya ada dalam skenario-Nya Tuhan. Dari fase pengenaan“garment of salvation” beralih kepada fase pengenaan “garment of humiliation” (jubah kehinaan atau penderitaan) yang Yusuf harus kenakan.

Di fase inilah Yusuf sedang dipersiapkan oleh Tuhan. Dibentuk pribadinya, direndahkan hatinya, dikosongkan dirinya (no reputation), dan didewasakan imannya. Apakah enak? Tentu sangat tidak enak. Untuk tujuan apa sih kita orang percaya harus mengenakan garment of humiliation?  Tuhan ingin orang yang dimaksud dibentuk menjadi pribadi yang tahan uji, rendah hati, mudah diarahkan, dan bergantung pada Tuhan. Berapa lama seorang percaya harus mengenakan jubah pembentukan yang tidak enak ini? Sampai tercapai kriteria yang Tuhan inginkan. Masalah terbesar orang percaya yang seringkali membuat lamanya mengenakan jubah pembentukan ini adalah bukan tentang tempaan fisik, melainkan tentang kesombongan hati. Merasa diri sudah benar dan tidak pernah salah, sehingga akhirnya sering melakukan pembenaran diri.

Ternyata mengenakan garment of humiliation ini harus dibarengi juga dengan mengenakan garment of righteousness (jubah kebenaran). Seringkali gagalnya orang percaya di fase ini adalah berjalan dengan tidak mengenakan jubah kebenaran di dalam dirinya. Semakin parahnya lagi adalah malah mengenakan “pakaian kebenaran diri sendiri.”

(2). Menyadari bahwa jubah-jubah yang tidak diperlukan harus segera ditanggalkan

Kejadian 39:21 Tetapi TUHAN menyertai Yusuf dan melimpahkan kasih setia-Nya kepadanya, dan membuat Yusuf kesayangan bagi kepala penjara Itu.

Ayat ini memberikan keterangan lanjutan bahwa sebelum Yusuf mengenakan “jubah tanggung jawab” yang besar, ia masih harus mengenakan “jubah” yang disebut garment of prisoner (jubah narapidana). Sekitar dua tahun Yusuf dipenjarakan di sana. Namun sikap Yusuf di setiap fase selalu mendapat kasih setia Tuhan. Ia membuktikan di setiap fasenya ia selalu menjadi berkat. Seorang yang mudah dibentuk. Ini yang membuat Yusuf dengan mulus melewatinya dengan baik.

Yusuf mengenakan jubah narapidana untuk suatu kejahatan yang tidak ia lakukan, namun ingat, ada “jubah-jubah penjara” yang disadari atau tidak disadari telah mengkungkung hidup orang percaya ketika si orang percaya sendiri yang mengijinkan keterpenjaraan membelenggunya sendiri. Misalnya ketika ia memersilahkan kepahitan, kebencian, kekecewaan, kerendah-dirian, ketidak-berdayaan, kesombongan, kekerasan-kepalaan, dan lain-lain hadir dan menguasi hidupnya.

Apa yang seringkali membuat seseorang terlalu lama berada di salah satu fase “jubah” yang tidak seharusnya ia kenakan? Yaitu ketika ia ingin keadaan hidupnya berubah menjadi lebih baik, namun dirinya sendiri tidak mau melakukan sesuatu tindakan apapun. Banyak orang yang hidupnya mau berubah namun dirinya tidak mau melakukan perubahan apa-apa dengan berbagai alasan. Banyak orang percaya yang merasa nyaman dengan keadaannya yang terus sama. Ia berkata mau berubah, namun enggan menanggalkan “jubahnya lamanya” apalagi mengenakan “jubah yang baru”, sehingga hampir-hampir tidak terjadi perubahan apa-apa dalam hidupnya.

Mari jemaat Tuhan, kita semakin mengerti bahwa ada “jubah-jubah wajib” yang Tuhan ijinkan kita kenakan agar kita masuk ke dalam proses pembentukan dan persiapan untuk suatu tanggung jawab yang besar di depan. Namun, jangan lupa, ada “jubah-jubah yang tidak wajib” bahkan “jubah-jubah” tersebut tidak seharusnya dikenakan oleh orang percaya yang mana apabila ada, maka secepatnya harus segera ditanggalkan. Itu bukanlah “jubah pembentukan,” melainkan “jubah” yang akan menghancurkan hidup setiap orang percaya. Itulah sebabnya, ada “jubah kebenaran” (garment of righteousness) yang harus selalu melekat dalam hidup setiap kita.

Tuhan Yesus memberkati!

Jubah Apa yang Anda Kenakan Saat Ini? (Pesan Gembala, 23 Juli 2023)

| Warta Jemaat |
About The Author
-