Janji yang Hampir Digenapi (Pesan Gembala, 22 Oktober 2023)

JANJI YANG HAMPIR DIGENAPI 

Kejadian 18:10 Dan firman-Nya: “Sesungguhnya Aku akan kembali tahun depan mendapatkan engkau, pada waktu itulah Sara, isterimu, akan mempunyai seorang anak laki-laki.” Dan Sara mendengarkan pada pintu kemah yang di belakang-Nya. 

Firman Tuhan ini diucapkan ketika Abraham sudah berusia lebih dari 99 tahun. Kurang lebih 25 tahun sebelumnya Allah pernah berjanji bahwa Ia akan menjadikan Abraham dan keturunannya sebagai bangsa yang besar. Sejak itu, mulailah Abraham “mengandung” janji Tuhan. Dan Tuhan tidak berbicara sekali itu saja, dalam beberapa kesempatan lain Tuhan mengingatkan Abraham kembali. 

Dalam awal Kejadian 18 di atas, Allah sengaja datang kepada Abraham bersama malaikat-Nya untuk mengingatkan kembali janji-Nya kepada Abraham. Disitu Allah menegaskan bahwa keturunannya akan dilahirkan melalui Sarah bukan oleh yang lain dan sudah ada waktu yang jelas, yakni pada tahun berikutnya. Meskipun di pasal sebelumnya Abraham sempat tidak percaya dan tertawa ketika mendengar Allah berbicara akan janji-Nya itu, namun kali ini Abraham memercayainya. Masalahnya bukan pada Abraham, melainkan ada pada Sarah yang giliran tertawa.

Tertawanya Sarah memang dapat dimaklumi. Bukan karena ia semata-mata tidak mempercayai perkataan Allah, namun lebih karena ia melihat kondisi fisiknya yang telah layu dan kondisi fisik Abraham yang telah menjadi tua. Seringkali tanpa disadari iman percaya seseorang dapat menjadi lemah ketika apa yang dijanjikan sepertinya bertolak belakang dengan kenyataan. 

Inilah yang menjadi pesan Tuhan bagi kita. Seperti yang Tuhan janjikan kepada Abraham dan Sarah, bahwa Ia akan memberikan keturunan kepada mereka, hal yang sama pula ia nyatakan kepada kita, bahwa Tuhan Akan menggenapi apa yang Ia telah janjikan kepada masing-masing kita. Dan ditekankan bahwa janji yang diberikan tersebut hampir “masak.” Ibarat orang menantikan masa panen, atau juga ibarat orang sedang memasak sesuatu. Ada masa makanannya sudah mendekati matang. Pertanyaannya, masihkah kita memelihara dengan setia janji Tuhan tersebut ataukah barangkali kita sudah tidak memegangnya lagi?

Itulah pentingnya kita memegang erat-erat janji Tuhan, karena kita tidak tahu kapan waktu penggenapannya itu. Karena Tuhan bisa sewaktu-waktu menggenapinya, kita tidak dapat memprediksinya. Namun sayangnya, yang seringkali jadi masalah, bukan Tuhan tidak menggenapi apa yang Ia janjikan, melainkan pihak orang percaya yang sudah tidak memegang lagi janji Tuhan.

Bicara tentang janji Tuhan, kita tahu bahwa ada yang disebut “unconditional promises”, janji yang tidak membutuhkan syarat apapun. Misalnya ketika Tuhan berjanji bahwa Ia akan memelihara kehidupan manusia dengan memberikan hujan dan panas matahari. Namun ada yang disebut “conditional promises” dimana untuk terjadinya penggenapan janji-Nya, Tuhan memberikan persyaratan. Misalnya, adanya keterlibatan iman percaya kita didalam menantikan apa yang dijanjikan Tuhan atau ada keterlibatan tindakan dari pihak penerima janji.

Oleh sebab itu, beberapa hal yang harus kita perhatikan berkaitan dengan pesan Tuhan ini, agar penggenapan janji-Nya menjadi sesuatu yang nyata bagi kita, di antaranya adalah: 

(1). Pentingnya memiliki hati yang memelihara benih janji Tuhan (hamil janji Tuhan)

Kejadian 18:10 Dan firman-Nya: “Sesungguhnya Aku akan kembali tahun depan mendapatkan engkau, pada waktu itulah Sara, isterimu, akan mempunyai seorang anak laki-laki.” Dan Sara mendengarkan pada pintu kemah yang di belakang-Nya.

Pada waktu Tuhan mengatakan hal ini sebetulnya ini sudah yang kesekian kalinya Tuhan mengingatkan Abraham. Tuhan tidak ingin Abraham dan Sarah lupa akan apa yang Tuhan pernah janjikan. Ini berbeda sekali dengan perlakuan Tuhan terhadap Yusuf, dimana Yusuf hanya pernah sekali-sekalinya mendapatkan janji Tuhan pada waktu ia bermimpi di rumahnya. Sejak itu Tuhan tidak pernah menyatakan apa-apa lagi kepada Yusuf hingga pada hari penggenapannya tiga belas tahun kemudian.

Tuhan mau kita hidup dalam “pengetahuan hati” (heart knowledge atau discernment revelation knowledge) pengetahuan yang diperoleh berdasarkan penyingkapan dari Tuhan, bukan “pengetahuan kepala” (head knowledge). Sangat tidak mudah untuk melatih “heart knowledge” jika kita selalu mencoba memecahkan segala sesuatu dengan akal pikiran kepala kita sendiri. Tetapi ketika kita bersedia berkata kepada Tuhan: “Tuhan aku tidak mengerti, tetapi aku memilih untuk mempercayai-Mu, berikan aku pengertian (penyingkapan) maka aku akan mengerti.”

Mempercayai Tuhan seringkali tidak perlu kita mengetahui cara Tuhan mengerjakannya dan tidak perlu mengetahui kapan Ia akan melakukannya. Karena di dalam masa waktu penantian kita, Tuhan akan menggunakannya untuk melebarkan iman kita, menumbuhkan kedewasaan kita. Apakah kita bersedia menunggu dengan “cara yang cantik” atau dengan “cara yang buruk”? Jika kita menunggu dengan cara yang salah, hidup kita akan menjadi resah. Tetapi jika kita memutuskan untuk menunggu dengan cara Tuhan, kita bisa menjadi sabar dan menikmati masa-masa penantian itu sambil membangun kedalaman bersama Tuhan.

(2). Pentingnya memiliki persiapan untuk terjadinya waktu penggenapan 

Kej. 18:10 Dan firman-Nya: “Sesungguhnya Aku akan kembali tahun depan mendapatkan engkau, pada waktu itulah Sara, isterimu, akan mempunyai seorang anak laki-laki.”

Untuk terjadinya penggenapan janji (conditional promises), tidak serta merta terjadi begitu saja tanpa kita ikut terlibat dalam mempersiapkannya sejak sekarang ini. Bukannya Tuhan lalai  atau berlambat-lambat dalam menepati janji-janji-Nya, keterlambatan akan penggenapan seringkali terjadi karena ketidaksiapan daripada si penerima janji-janji-Nya tersebut, yaitu kita sebagai orang-orang percaya. 

Ketika Tuhan mengatakan: “Sesungguhnya Aku akan kembali tahun depan mendapatkan engkau…”, kata “tahun depan” (Ibr. Chay/ khai), diterjemahkan sebagai “according to the time of life, ” memiliki arti bukan semata-mata “tahun depan”, melainkan: saat terjadi kehidupan atau saat terjadinya sebuah kebangunan (revival) dalam sebuah hidup atau musim. 

Untuk Sarah dapat mengandung diperlukan sebuah “kehidupan” terlebih dahulu. Mengapa perlu kehidupan terlebih dahulu? Karena, bukankah Sarah telah berkata bahwa ia sudah tua, sudah layu, sudah mati haid dan suaminya sudah tua. Sedangkan untuk terjadinya proses kelahiran perlu terjadinya pembuahan  terlebih dahulu. Berbeda dengan kisah Maria, yang mengandung  bayi Yesus dari Roh Kudus yang tanpa proses sebuah hubungan. Untuk lahirnya suatu keturunan bagi Sarah perlu adanya hubungan suami istri terlebih dahulu. Ada sesuatu yang harus mereka bangun dan hidupi terlebih dahulu.

Mari jemaat Tuhan, dari peristiwa Abraham dan Sarah yang mengalami penggenapan janji Tuhan ini kita dapat belajar banyak hal bahwa di dalam masa penantian dari penggenapan janji, Tuhan ingin kita tetap antusias, ada kehidupan rohani yang kita bangun hari lepas hari bersama Tuhan. Tuhan mau kita berada di posisi “menunggu dengan cantik,” yaitu menunggu sambil memersiapkan diri kita. Jangan berharap memeroleh sesuatu begitu saja dari Tuhan tanpa melibatkan iman percaya kita. Selamat memersiapkan diri!

Tuhan Yesus memberkati! 

Janji yang Hampir Digenapi (Pesan Gembala, 22 Oktober 2023)

| Warta Jemaat |
About The Author
-