Jangan Meragukan Tuhan (Pesan Gembala, 19 November 2023)

JANGAN MERAGUKAN TUHAN

Bilangan 21:6 Lalu TUHAN menyuruh ular-ular tedung ke antara bangsa itu, yang memagut mereka, sehingga banyak dari orang Israel yang mati.

Peristiwa ini terjadi ketika bangsa Israel masih mengembara di padang gurun dan mereka sedang dalam perjalanan dari gunung Hor. Gunung Hor adalah tempat dimana Harun diperintahkan Tuhan untuk mengakhiri perjalanannya sekaligus akhir daripada hidup Harun. Lalu mereka meneruskan perjalanan. Karena tidak ada roti dan air, mereka berkata-kata melawan Allah dan Musa. Betapa bosannya mereka dengan segala makanan dan keadaan yang sama terus.

Dengan mudahnya, mereka melupakan mujizat-mujizat yang telah Tuhan lakukan sejak dari Mesir. Bahkan sebelum peristiwa ini, Tuhan baru saja menolong mereka dari raja Arad yang menangkap beberapa dari orang Israel. Awalnya mereka kalah, namun karena penyertaan dan kesetiaan Tuhan, bangsa Israel berhasil mengalahkan musuhnya.

Melihat hal ini, seharusnyalah bangsa Israel semakin percaya kepada Tuhan. Yang terjadi justru sebaliknya. Mereka kembali mengeluh dan melawan Tuhan dan Musa, seolah-olah Tuhan sama sekali tidak memperhatikan dan menyertai mereka. Sungut-sungut mereka membuat Tuhan murka dan mengirim ular-ular untuk membinasakan umat-Nya ini sehingga banyak yang mati karenanya. Tuhan membuat bangsa Israel bertekuk lutut dan mengakui keberdosaan mereka. Melalui Musa, mereka memohon agar ular-ular tersebut dijauhkan dari mereka.

Solusinya adalah Musa membuat ular tembaga yang ditaruh pada sebuah tiang sesuai dengan perintah Tuhan, sehingga setiap orang yang terpagut, jika ia melihatnya, akan tetap hidup. Jangan disalahpahami bahwa Tuhan menyuruh bangsa Israel untuk membuat patung berhala untuk disembah. Melalui ular tembaga itu, Tuhan ingin mengajarkan satu hal kepada umat-Nya bahwa berkat dan keselamatan dapat diperoleh dengan beriman kepada-Nya.

Inilah yang menjadi pesan Tuhan bagi kita. Jangan memandang hal-hal yang tidak enak yang mungkin sedang kita hadapi sebagai bukti bahwa Tuhan tidak peduli dengan kita. Mungkin tidak sedikit hari-hari ini ada keluhan-keluhan seperti: “Mengapa setiap hari keadaanku seperti begini terus?,” “Mengapa masih belum ada perubahan-perubahan yang berarti?,” “Mengapa orang ini susah sekali untuk berubah?,” dan lain sebagainya. Secara sadar mungkin ucapan keluhan tersebut tidak pernah diucapkan , namun ada hati yang protes yang tersimpan di dalamnya.

Ingat satu hal, bahwa Tuhan tetap setia pada janji-Nya walaupun kita sebetulnya yang sering tidak setia. Sudah semestinya kita lebih banyak bersyukur ketimbang mengeluh. Alangkah indahnya apabila kita menjadikan syukur sebagai gaya hidup sehari-hari. Hari demi hari baiklah kita mensyukuri kebaikan dan pertolongan Tuhan.

Tuhan mau kita belajar pada peristiwa bangsa Israel yang sedang berada di tengah perjalanan ini. Bukankah Tuhan tidak pernah meninggalkan umat-Nya sedikitpun? Pembelaan Tuhan begitu nyata. Lihat, mana ada musuh yang berani menyentuh bangsa Israel ini. Masalahnya adalah bangsa Israel sudah tidak melihat penyertaan Tuhan lagi. “Ketika mujizat sudah dianggap sebagai sesuatu yang biasa, maka yang muncul adalah keluhan.”

Tuhan sudah pasti tidak mau umat-Nya terkena “pagutan ular” akibat merasa Tuhan sudah tidak peduli atau sudah tidak melakukan hal-hal yang signifikan lagi. Oleh sebab itu  beberapa hal yang perlu kita pahami berkaitan dengan pesan Tuhan ini agar Tuhan yang luar biasa ini senantiasa dialami oleh setiap pribadi orang percaya, beberapa di antaranya:

(1). Belajar kembali memandang kepada pribadi Tuhan yang berdaulat

Bilangan 21:8 Maka berfirmanlah TUHAN kepada Musa: “Buatlah ular tedung dan taruhlah itu pada sebuah tiang; maka setiap orang yang terpagut, jika ia melihatnya, akan tetap hidup.”

Ketika orang percaya dikelilingi oleh ujian, kesukaran, kekurangan, dan tantangan, seringkali berdoa kepada Tuhan memohon untuk segera mengangkat hal-hal tersebut dari mereka. Ini yang seringkali membuat seolah-olah doa serasa tidak dijawab Tuhan. Karena orang percaya seringkali “mengatur” Tuhan agar Ia mengangkat masalah yang kita hadapi. Tetapi cara Tuhan menolong kita bukan dengan mengangkat masalah sesuai dengan yang kita inginkan. Sebaliknya, Tuhan membiarkan kita tetap berada menghadapi masalah untuk kita berseru dan berharap kepada-Nya sambil melihat kedahsyatan Tuhan. Melihat bagaimana Tuhan menjaga dan melindungi umat-Nya. Yang kedua adalah, Tuhan yang membiarkan kita berada dalam pengujian agar kita bertumbuh dewasa.

Ketika bangsa Israel bersungut-sungut kepada Tuhan dan Musa karena kekurangan makanan dan sumber air, Tuhan membiarkan ular tedung ada di antara mereka sehingga banyak yang mati karena dipagut ular. Menghadapi hukuman yang mengerikan itu, bangsa Israel menyesal dan bertobat, memohon agar Musa meminta kepada Tuhan untuk mengusir ular tedung itu.

Namun cara Tuhan menolong mereka bukanlah dengan melenyaplan ular tedung seperti yang mereka inginkan, melainkan Tuhan memerintahkan Musa untuk membuat ular tembaga pada sebuah tiang yang tinggi, dan mereka yang memandangnya dapat selamat. Meskipun ular tedung masih ada, namun Tuhan berkata bahwa mulai hari itu setiap orang yang terpagut ular, jika ia melihat ular tembaga, maka ia akan mendapat kesembuhan. 

Hari ini, untuk medapatkan damai sejahtera, kita tidak lagi memandang kepada ular tembaga, melainkan kepada Tuhan Yesus. Ketika Tuhan Yesus dijunjung di atas kayu salib demi dosa manusia, orang yang percaya kepada-Nya dapat memperoleh hidup kekal (Yoh. 3:14-15). 

(2). Belajar kembali memandang bahwa mujizat Tuhan senantiasa ada di sekitar kita, untuk itulah kita selayaknya bersyukur

Bilangan 21:8 … maka setiap orang yang terpagut, jika ia melihatnya, akan tetap hidup.”

Bangsa Israel bersungut-sungut kembali, merasa hidup begini-begini saja adalah karena mereka sudah tidak heran lagi akan perbuatan Tuhan yang besar yang terjadi di sekeliling mereka. Roti Manna yang tersedia tiap hati dan tidak pernah terlambat sudah dianggap hal biasa. Tiang awan atau tiang api yang jelas-jelas terlihat dan begitu terasa fungsinya di depan mata mereka sudah tidak membuat mereka menjadi terheran-heran. Semua sudah dianggap hal biasa. Jangan sampai mujizat yang Tuhan sedang berikan kepada kita setiap hari dianggap sebagai hal yang biasa.

Umat Israel dibawa Tuhan mundur (lewat jalan yang berputar) hingga sampai ke wilayah Laut Teberau agar mengingat kembali akan awal perbuatan Tuhan yang besar. Jangan sampai kita dibawa mundur ke bagian perjalanan awal lagi hanya untuk mengingat bagaimana dulu kita pernah terheran-heran akan perbuatan Tuhan atas hidup kita

Itulah sebabnya Tuhan mau kita terus memandang kepada Dia. Luangkan waktu untuk merenungkan karya Tuhan, dari hal-hal yang kecil sampai kepada hal-hal yang besar, meskipun semua mujizat Tuhan adalah dahsyat.

Mari jemaat Tuhan pesan ini diberikan Tuhan bukan semata-mata untuk menegur, namun Tuhan ingin kita menyadari bahwa Ia selalu ada bersama dengan kita. Dan jangan berkata Ia belum melakukan apa-apa terhadap kita. Itu karena seringkali kita tidak menganggapnya sebagai perbuatan Tuhan yang ajaib. Fokuskan pandangan kita senantiasa kepada-Nya, maka kita akan dibuat-Nya terheran-heran.

Tuhan Yesus memberkati!

Jangan Meragukan Tuhan (Pesan Gembala, 19 November 2023)

| Warta Jemaat |
About The Author
-