Jangan Membiarkan “Pintumu” Tertutup!

JANGAN MEMBIARKAN “PINTUMU” TERTUTUP!

Yohanes 20:19 Ketika hari sudah malam pada hari pertama minggu itu berkumpullah murid-murid Yesus di suatu tempat dengan pintu-pintu yang terkunci karena mereka takut kepada orang-orang Yahudi. Pada waktu itu datanglah Yesus dan berdiri di tengah-tengah mereka dan berkata: “Damai sejahtera bagi kamu!”

Peristiwa ini terjadi tepat di hari kebangkitan Yesus dari kematian. Pada waktu itu para murid sedang dalam keadaan ketakutan dan bersembunyi di sebuah ruangan dengan pintu-pintu yang terkunci, mereka takut para pemimpin orang Yahudi akan mengejar dan menangkap mereka. Tiba-tiba Yesus menampakkan diri di tengah mereka dan berkata: “Damai sejahtera bagi kamu!” Dan sesudah berkata demikian, Ia menunjukkan tangan-Nya dan lambung-Nya kepada mereka. Bisa dibayangkan, betapa murid-murid itu bersukacita ketika melihat Yesus.

Betapa sebelumnya murid-murid sedang dalam keadaan ketakutan. Ketakutan janganlah dianggap sebagai hal yang biasa. Begitu ketakutan menguasai seseorang, ketakutan itu akan melumpuhkan orang tersebut. Dan ketika seseorang dalam keadaan kelumpuhan, ia dapat merasa sangat kecil dan tidak berdaya. Keadaan seperti itulah yang sedang dialami para murid.

Mereka saat itu telah menjadi sekelompok orang-orang yang dapat dikatakan “tidak berdaya.” Padahal mereka adalah murid-murid Yesus. Pintu-pintu rumah tempat para murid berkumpul terkunci karena takutnya kepada orang-orang Yahudi. Setelah peristiwa ditangkap dan disalibnya Yesus, mereka sadar bahwa para penguasa Yahudi tetap akan mengejar dan menangkap mereka.

Tetapi Yesus yang telah bangkit tidak meninggalkan mereka sendirian di balik pintu yang tertutup. Hal yang sama, ketika kita berada di balik “pintu yang tertutup,” oleh berbagai sebab, Ia juga tidak akan meninggalkan kita sendirian di sana. Ia datang kepada para pengikut-Nya untuk mengangkat mereka dari rasa takut dan membebaskannya. Dan cara Ia membebaskan mereka dari rasa takut adalah dengan memberi mereka damai sejahtera.

Damai sejahtera itu diberikan sehingga mereka mampu mengatasi rasa takut. Rasa takut dan damai sejahtera keduanya adalah hal yang sangat konkret. Keduanya dapat memengaruhi hidup seseorang, tetapi keduanya pula berada di dua kutub yang berlawanan. Hati yang penuh rasa takut akan membawa seseorang kepada keterpurukan, sebaliknya hati yang penuh damai itu seperti kekuatan serta keyakinan yang membawa seseorang siap untuk menangani masalah dan berbagai tantangan hidup.

Kedamaian yang Yesus berikan masuk ke dalam diri mereka dan segera “menelan” rasa takut mereka. Dan kemudian Yesus melarang murid-murid untuk terus tinggal di balik pintu yang tertutup lalu mengutus mereka keluar (ayat 21). Itulah yang Yesus katakan. Mereka tidak akan terus tinggal di situ. Mereka harus menjalani apa yang seharusnya mereka lakukan, bukan untuk berdiam diri di balik pintu yang tertutup rapat.

Inilah yang menjadi pesan Tuhan bagi kita. Tuhan tidak ingin kita umat-Nya menjadi orang-orang percaya yang terkungkung dalam ruangan dengan “pintu” yang tertutup dan merasa nyaman di dalamnya. Bayangkan apabila kita pernah berada di dalam sebuah ruangan dengan pintu yang terkunci. Entahkah kita sendiri yang menutup dan mengunci pintu itu atau sesuatu yang membuat kita terkunci di dalamnya. Kita akan menjadi orang yang terpenjara tanpa dapat melakukan apa-apa.

“Pintu” tertutup yang dimaksud ini bisa berupa beberapa hal. Yang pertama, hati yang tidak mudah dibuka untuk melakukan sesuatu, untuk menerima hal yang baru atau sesuatu yang bermanfaat. Firman Tuhan mengatakan bahwa sesuatu yang luar biasa dapat terjadi ketika hati seorang percaya mau dibuka. Yang kedua, situasi atau keadaan yang membuat seseorang memilih untuk tidak melakukan apa-apa. Tertutupnya pintu membuat orang percaya tidak mengalami apa-apa dalam hidupnya.

Beberapa prinsip yang harus kita pahami berkaitan dengan pesan Tuhan ini agar kita sebagai orang percaya dapat melakukan hal-hal luar biasa bersama Tuhan, di antaranya adalah:

(1). Selalu terbuka untuk hal-hal baru yang berasal dari Tuhan.

Yohanes 20:21b …Sama seperti Bapa mengutus Aku, demikian juga sekarang Aku mengutus kamu.”

Mungkin hal yang baru buat sebagian orang adalah sesuatu yang tidak terlalu nyaman. Karena memang pada dasarnya, orang akan nyaman dengan hal-hal yang ia sudah terbiasa di dalamnya. Ada istilah “zona nyaman” yang artinya wilayah dimana orang sudah terbiasa merasa enak di dalamnya sehingga enggan untuk mengalami hal-hal yang baru. Padahal Tuhan itu selalu ingin membawa kita kepada sesuatu yang baru, sesuatu yang membuat kita semakin naik bukan turun.

Kemunculan Yesus tidak serta merta mengasihani atau memanjakan para murid yang sedang mengalami ketakutan pasca penangkapan dan kematian-Nya. Yesus justru hadir untuk membawa para murid memasuki “zona” yang yang baru yang belum pernah mereka alami. Ada hal-hal baru selanjutnya yang harus segera ditangkap oleh para murid. Itulah sebabnya, Yesus tidak mau murid-murid berlama-lama berada di satu tempat tanpa melakukan apa-apa. Tuhan mau mereka segera “move on.”

Artinya, apabila ingin mengalami hal-hal yang baru dan luar biasa bersama Tuhan, jangan berlama-lama di zona yang tidak diperuntukkan bagi kita. Kadang tidak sedikit orang percaya terlalu lama di zona luka, zona kepahitan, zona kebencian, dan zona-zona lemah lainnya. Itu pilihan bagi kita orang percaya. Mau bertumbuh, segeralah melangkah maju! Tuhan siap mencurahkan Roh Kudus-Nya untuk memampukan kita (ayat 22).

(2). Selalu percaya akan rencana Tuhan yang besar dalam hidup kita

Yohanes 20:21b  …Sama seperti Bapa mengutus Aku, demikian juga sekarang Aku mengutus kamu.”

Apabila dipadankan dengan pesan Tuhan minggu lalu yang sekaligus adalah Visi 2025 bagi kita, gambaran murid-murid Yesus yang memilih untuk bersembunyi dalam ruang dengan pintu yang terkunci ini mirip dengan penduduk kota Yerikho yang dikelilingi oleh tembok atau benteng yang tinggi dan tebal, dimana di dalamnya tinggal orang-orang yang masih terbelenggu (para penyembah berhala, orang-orang dengan perbuatan-perbuatan yang menyimpang, dan lain-lain).

Ketika Rahab mengetahui bahwa ada dua orang yang masuk ke dalam kota Yerikho yang ternyata adalah pengintai dari bangsa Israel yang diutus untuk menyelidiki keadaan kota dan negeri, maka tahulah Rahab bahwa rombongan bangsa Israel sudah begitu dekat untuk masuk ke wilayah mereka.

Rahab yang telah lama mendengar akan kedahsyatan Allah Israel, merasa bahwa inilah saatnya ia juga harus melakukan sesuatu bagi bangsa yang memiliki Tuhan yang dahsyat. Maka tanpa ada rasa ragu atau takut, Rahab melakukan tindakan-tindakan yang heroik dengan membela kedua pengintai tersebut. Ia tidak mau berlama-lama terkungkung dalam kehidupan lamanya. Ia harus keluar dan segera “membuka pintu.” Ia tahu bahwa ada keselamatan bagi dia dan keluarga bahkan kaumnya apabila ia berpihak kepada Tuhan yang dahsyat (ayat 12-13).

Mari jemaat Tuhan, jelas sekali bahwa melalui pesan-Nya ini Tuhan menekankan agar kita tidak berlama-lama berada di dalam zona lemah yang tidak diperuntukan bagi kita. Ada “wilayah” baru yang Tuhan sudah sediakan bagi kita di depan sana. Bagian kita adalah ambil keputusan benar dan jalani kehidupan mengiring Yesus dengan pandangan mata yang terus tertuju kepada Dia yang memiliki rencana dahsyat atas kita.

Tuhan Yesus memberkati!

Jangan Membiarkan “Pintumu” Tertutup!

| Warta Jemaat |
About The Author
-