Jangan Lalai dalam Penantian (Pesan Gembala, 16-01-2022)

JANGAN LALAI DALAM PENANTIAN

Matius 25:5 Tetapi karena mempelai itu lama tidak datang-datang juga, mengantuklah mereka semua lalu tertidur.

Menunggu seringkali menjadi hal yang tidak mudah untuk dilakukan. Betapa menunggu itu dapat menjadi sesuatu yang sangat membosankan. Apalagi menunggu sesuatu yang entah kapan terwujud seakan tidak ada kepastian yang akan terjadi. Tetapi mau tidak mau, menunggu adalah pilihan yang selalu diperhadapkan dalam kehidupan kita setiap hari. Saat ini mungkin kita sedang menantikan sesuatu yang kita dambakan atau menunggu penggenapan atas suatu janji. Mungkin tidak sedikit juga yang menunggu kapan pandemi Covid-19 akan berlalu.

Banyak hal tentang menunggu yang bisa dialami oleh masing-masing pribadi orang percaya. Secara khusus Yesus memberikan sebuah pengajaran yang menggambarkan masa menunggu yang dialami semua orang percaya, yaitu melalui kisah 5 gadis bijaksana dan 5 gadis bodoh. Perumpamaan ini memang berbicara tentang penantian orang percaya akan kedatangan Kristus sebagai mempelai suatu hari kelak. Namun melalui kisah ini juga Tuhan sedang mengajarkan kita bagaimana bersikap benar dalam setiap apapun yang kita nantikan. Ada prinsip-prinsip penantian yang sedang Tuhan ajarkan.

Dalam bagian ini Yesus memberikan perumpamaan dari kebiasaan di Israel menjelang pesta pernikahan. Di dalam adat Israel, mempelai pria akan datang ke pesta untuk masuk ke dalam perayaan pernikahan mereka. Ini merupakan bagian akhir dari prosesi yang harus dijalankan oleh mereka. Setelah meyakinkan pihak mertua apa saja yang akan diberikan kepada anaknya, maka barulah boleh diadakan pesta perkawinan. Dalam bagian ini para perempuan, entah hamba-hamba dari sang mempelai laki-laki, atau tetangga, atau saudara, bersiap-siap untuk menyongsong mereka dengan membawa obor untuk menerangi jalan, karena pesta ini, yang merupakan bagian terakhir dari prosesi pernikahan mempelai itu, kadang bisa dimulai ketika malam telah tiba, tergantung kapan datangnya sang mempelai pria.

Bagian yang ditekankan oleh Yesus adalah bukan tentang keterlambatan mempelai laki-lakinya. Bukan pula tentang mengapa sang mempelai bisa datang hingga demikian larut, atau apa saja yang dia kerjakan sebelumnya hingga begitu terlambat, dan lain-lain. Yang ditekankan ternyata adalah sikap para gadis-gadis penyambutnya. Yesus mengajarkan beberapa sikap yang ditunjukkan oleh para gadis-gadis yang bertugas untuk menyambutnya, sehingga muncul istilah gadis-gadis yang bijaksana dan gadis-gadis yang bodoh.

Inilah yang menjadi pesan Tuhan bagi kita. Tuhan sedang mengajarkan prinsip yang benar di dalam menanti. Istilah ‘gadis-gadis bijaksana’ dan ‘gadis-gadis bodoh’ digunakan untuk menunjukkan sikap orang-orang percaya di dalam masa penantian. Tidak sedikit didapati orang-orang percaya yang memiliki sikap yang tidak tepat di dalam masa penantian. Apapun jenis penantiannya, Tuhan ingin setiap orang percaya mulai membangun mentalitas spiritual yang benar. Sehingga paham, apa yang dimaksud dengan ‘gadis-gadis bijaksana yang membawa persediaan minyak’ dan ‘gadis-gadis bodoh yang tidak membawa persediaan minyak.’

Seringkali fokus orang percaya lebih tertuju kepada lamanya ‘masa penantian’ yang belum kunjung tiba, dibandingkan persiapan yang harus dilakukan untuk menyongsong penggenapan dari penantiannya. Karena ‘masa penantian’ erat kaitannya dengan penggenapan itu sendiri.

Beberapa prinsip penantian yang perlu kita pahami berkaitan dengan pesan Tuhan ini, di antaranya adalah:

(1). Memahami bahwa kebijaksanaan adalah tentang sikap benar yang konsisten di dalam menjalani kehidupan

Matius 25:10 Akan tetapi, waktu mereka sedang pergi untuk membelinya, datanglah mempelai itu dan mereka yang telah siap sedia masuk bersama-sama dengan dia ke ruang perjamuan kawin, lalu pintu ditutup.

Ketika menyadari bahwa mempelai pria sudah datang, para gadispun bangun lalu membereskan pelita mereka. Gadis-gadis yang bodoh dikatakan tidak membawa persediaan cukup minyak untuk dapat menyalakan lampu mereka. Mereka berkata kepada gadis-gadis yang bijaksana untuk meminta sedikit dari minyak mereka, namun permintaan mereka ditolak. Apabila kita melihat apa yang terjadi, wajarlah apabila para gadis bijaksana menolak permintaan gadis-gadis bodoh, karena bagi mereka minyak cadangan yang mereka miliki adalah hasil sebuah keputusan untuk memersiapkan minyak dalam jumlah cukup dengan segala kemungkinannya. Artinya, mereka sudah melakukan persiapan sejak dari awal.

Persediaan minyak disini berbicara bukan sekedar makna minyak secara literal yang dapat langsung dibeli begitu saja, namun ini salah satunya berbicara tentang kontinuitas atau konsistensi seseorang. Bagaimana seorang percaya dapat memertahankan perjalanannya tanpa kehabisan “bahan bakar”? Apabila anda mau menempuh sebuah perjalanan ke luar kota, hal utama apa yang anda biasanya utamakan selain membawa perlengkapan, tentu bahan bakar untuk kendaraan anda bukan? Bagaimana seseorang bisa memertahankan perjalanannya tanpa cukup bahan bakar atau bagaimana seorang percaya dapat menjaga “lampu spiritualnya” dapat tetap menyala tanpa minyak ekstra? Kebijakan ini yang perlu kita miliki. Kebijakan bukan hanya berbicara tentang bisa memulai dengan baik (a good beginner), tetapi juga harus bisa menjadi seorang penyelesai yang baik (a good finisher).

(2). Memahami bahwa masa penantian bukanlah suatu tindakan pasif yang menjemukan, melainkan suatu proses persiapan yang menggairahkan.

Matius 25:8 Gadis-gadis yang bodoh berkata kepada gadis-gadis yang bijaksana: Berikanlah kami sedikit dari minyakmu itu, sebab pelita kami hampir padam.

Sikap gadis-gadis bodoh yang meminta minyak dari gadis-gadis bijaksana bertepatan dengan waktu datangnya mempelai jelas bukan tindakan yang tepat. Menyiapkan minyak adalah tindakan yang seharusnya dilakukan di masa penantian sebelum datangnya hari “H.” Oleh sebab itu, keputusan untuk baru mau membeli minyak di saat mempelai sudah hampir tiba jelas membuat 5 gadis bodoh akhirnya tertinggal untuk masuk ke pesta pernikahan sang mempelai.

Menunggu adalah bukan hanya tentang kapan Tuhan menggenapi apa yang Ia janjikan, melainkan juga tentang apa saja yang harus kita persiapkan apabila penggenapan kelak terjadi. Seringkali tidak sedikit didapati orang hanya berfokus tentang kapan datangnya waktu penggenapan, sedangkan dirinya sendiri tidak melakukan apa-apa selain menunggu. Ini yang seringkali menjadikan penantian adalah sesuatu yang membosankan. Padahal apa yang Tuhan ingin kerjakan di dalam diri kita saat menunggu itu sama pentingnya dengan apa yang kita tunggu. Menantikan penggenapan itu berarti melekatnya orang percaya kepada Tuhan dengan penuh keyakinan, berdisiplin, penuh pengharapan, aktif dan meski kadang-kadang menyakitkan.

Mari jemaat Tuhan, tangkap baik-baik pesan Tuhan ini. Bukan Tuhan tidak menepati apa yang Ia janjikan, melainkan orang percaya yang gagal bersikap di masa penantian. Pahami dan tangkap prinsip-prinsip yang diajarkan ini, sehingga ketika Tuhan menggenapinya, kita berada di dalam kondisi yang siap untuk menerimanya.

Tuhan Yesus memberkati!

Jangan Lalai dalam Penantian (Pesan Gembala, 16-01-2022)

| Warta Jemaat |
About The Author
-