Jangan Berjalan Sendiri! (Pesan Gembala, 14 April 2024)

JANGAN BERJALAN SENDIRI!

Keluaran 33:15 Berkatalah Musa kepada-Nya: “Jika Engkau sendiri tidak membimbing kami, janganlah suruh kami berangkat dari sini.

Musa adalah seorang yang dipilih dan dipersiapkan Tuhan untuk memimpin bangsa Israel berjalan keluar dari Mesir menuju tanah Perjanjian. Sejak dari awal Tuhan telah berjanji untuk menyertai Musa dan bangsa Israel, namun di tengah perjalanan bangsa Israel berubah setia terhadap Tuhan khususnya ketika mereka harus menunggu Musa yang sebetulnya sedang berada di gunung Sinai bersama dengan Tuhan.

Tanpa berlama-lama, mereka mendatangi Harun meminta agar segera dibuatkan allah. Tanpa berpikir panjang ia meminta bangsa Israel mengumpulkan perhiasan emas. Emas yang terkumpul kemudian dilebur dan dibuatnyalah patung lembu emas untuk disembah. Bisa dibayangkan apa yang ada di dalam hati bangsa Israel. Ternyata kebiasaan Mesir telah begitu kental tertanam di hati mereka.

Bangsa Israel begitu cepat lupa bahwa Tuhan mereka adalah Tuhan yang telah membawa mereka keluar dari tanah perbudakan Mesir, yang telah memerlihatkan keajaiban pada waktu peristiwa sepuluh tulah, yang telah membelah laut, dan segenap perbuatan ajaib lainnya. Mereka begitu cepat melupakan Tuhan dan perbuatan ajaib-Nya.

Memasuki Keluaran pasal 33 Tuhan berfirman kepada Musa bahwa Ia akan membawa bangsa Israel ke negeri yang Tuhan janjikan dengan mengutus seorang malaikat berjalan di depan mereka dengan tujuan untuk menghalau para musuh, namun Tuhan tidak ikut menyertainya. Karuan saja Musa merasa sedih dan keberatan apabila harus berjalan menuju Tanah Perjanjian tanpa penyertaan Tuhan. 

Musa paham sekali apa artinya disertai Tuhan itu. Bukankah dari sejak awal Musa sudah mengungkapkan ketidaksanggupannya ketika Tuhan mengutusnya menghadap Firaun? Kalaupun bangsa Israel berhasil keluar dari Mesir, itu semua karena Tuhan yang beracara, bukan karena Musa. Oleh sebab itu, Musa berkata kepada Tuhan: “Jika Engkau sendiri tidak membimbing kami, janganlah suruh kami berangkat dari sini.” Ini bukanlah suatu ancaman mogok dari Musa kepada Tuhan, melainkan ini adalah pernyataan Musa yang mengakui bahwa apalah arti sebuah perjalanan ke negeri yang dijanjikan Tuhan apabila Tuhan tidak menyertai.

Inilah yang menjadi pesan Tuhan bagi kita di minggu ini. Apabila Musa saja begitu sadar betapa berartinya berjalan dengan disertai Tuhan, Tuhan juga ingin kita umat-Nya di masa sekarang menyadari betapa pentingnya berjalan disertai Tuhan. Teknologi peta satelit yang ada di gadget kita boleh canggih, namun tidak ada suatu apapun yang dapat menggantikan penyertaan Tuhan. Pesan Tuhan begitu jelas: “Jangan berjalan sendiri!” Artinya, apabila tidak ada tuntunan Tuhan sama sekali, jangan terburu-buru memutuskan untuk melangkah.

Tuhan menginginkan adanya generasi orang percaya yang masih meminta tuntunan Tuhan atau petunjuk Tuhan dalam setiap langkahnya. Tanpa disadari, tidak sedikit hidup orang percaya di masa sekarang sudah begitu bergantung pada akal pikirannya sendiri, bahkan tidak sedikit yang bergantung pada kecanggihan teknologi.

Tuhan mau kita memerhatikan setiap langkah dan keputusan yang kita ambil. Apapun langkah yang kita tempuh, pastikan bahwa Tuhan terlibat dan menyertai di dalamnya. Tuhan tidak mau umat-Nya mengalami “kerusakan” dan penyesalan ketika tidak memerhatikan dengan saksama setiap langkah yang diambilnya. Lingkup apa saja yang harus kita libatkan Tuhan? Dalam semua lingkup! Tak dapat dipungkiri bahwa kita membutuhkan Tuhan untuk menuntun kehidupan kita setiap saat. Banyak orang percaya yang cukup dengan “merasa” disertai Tuhan, Tuhan Yesus baik, padahal Tuhan tidak dilibatkan di dalam langkah-langkahnya. 

Beberapa hal yang harus kita perhatikan berkaitan dengan pesan Tuhan ini agar kita menjadi orang-orang yang tidak berjalan sendiri, mainkan berjalan bersama Tuhan, di antaranya adalah:

(1). Menjadi orang percaya yang selalu minta tuntunan Tuhan

Keluaran 33:13 Maka sekarang, jika aku kiranya mendapat kasih karunia di hadapan-Mu, beritahukanlah kiranya jalan-Mu kepadaku, sehingga aku mengenal Engkau, supaya aku tetap mendapat kasih karunia di hadapan-Mu. Ingatlah, bahwa bangsa ini umat-Mu.”

Disadari atau tanpa disadari tidak sedikit hari-hari ini orang percaya sepertinya sudah tidak terlalu berjuang untuk suatu tuntunan atau petunjuk dari Tuhan untuk memastikan bahwa ia tidak melangkah sendiri. Ada istilah “generasi yang hanya melapor” pada Tuhan akan program yang telah ia susun, namun tidak menunggu arahan dari Tuhan.

Di Perjanjian Baru khususnya di Kisah Para Rasul kita dapat melihat perubahan yang sangat ketara di masa sebelum murid-murid kepenuhan Roh Kudus dengan masa setelah murid-murid mengalami kepenuhan Roh Kudus di hari Pentakosta (Kisah Para Rasul pasal 2). Sebelumnya, mereka banyak mengambil keputusan dengan membuang undi, namun setelah masa kepenuhan Roh Kudus mereka mengalami tuntunan langsung dari Tuhan. Biarlah kita juga saat ini adalah generasi yang haus akan bimbingan Tuhan. Generasi yang merindukan arahan.

Hal sama juga dialami Musa pada waktu membawa bangsa Israel dari tanah Mesir. Awalnya dia ingin Tuhan menunjukkan kepadanya berbagai tanda, sebuah isyarat surgawi. Hasilnya, dia menyaksikan banyak demonstrasi visual yang luar biasa yang Tuhan tunjukkan. Setelah masa tanda-tanda itu, Musa ingin sesuatu yang lebih lanjut. Dia berdoa, “Maka sekarang, jika aku kiranya mendapat kasih karunia di hadapan-Mu, beritahukanlah kiranya jalan-Mu kepadaku,” (AMP. …let me know Your ways so that I may know You [becoming more deeply and intimately acquaintance with You, recognizing and understanding Your ways more clearly]). Artinya, Musa merindukan penyertaan Tuhan yang intim dan hadir menuntun sambil mengajarkan banyak hal kepadanya.

(2). Menjadi orang percaya yang sadar akan haknya

Kel. 33:11 Dan Tuhan berbicara kepada Musa dengan berhadapan muka seperti seorang berbicara kepada temannya; kemudian kembalilah ia ke perkemahan. Tetapi abdinya, Yosua bin Nun, seorang yang masih muda, tidaklah meninggalkan kemah itu. 

Tuhan tidak pernah membeda-bedakan siapapun yang mau datang untuk mengalami diri-Nya. Entahkah itu pria atau wanita, warna kulit apapun, etnis apapun, jabatan apapun, tua atau muda, semua diberi kesempatan yang sama di hadapan Tuhan. Yang membedakan hanyalah apakah mau mengejarnya atau tidak? Kematian Yesus di kayu salib telah merobek tabir Bait Allah, sehingga sejak itu tidak ada apapun lagi yang menghalangi umat Tuhan untuk datang mendekat dan membangun hubungan dengan Tuhan. Semua mendapat hak yang sama.

Apabila kita perhatikan pemandangan yang terjadi, bukankah ini luar biasa sekali. Ketika Tuhan selesai berbicara kepada Musa dengan berhadapan muka seperti seorang teman, ada satu pribadi yang bernama Yosua ternyata belum mau meninggalkan kemah pertemuan itu. Yosua adalah seorang pelayan Musa yang bukan hanya sekedar mengikuti kemana Musa tuannya pergi, namun juga meneladani Musa dalam mencari Tuhannya.  

Pengalaman pribadi bersama Tuhan yang Musa alami juga ingin dialami secara pribadi oleh Yosua. Orang seperti Yosua inilah yang selanjutnya akan mengalami banyak tuntunan Tuhan. Memang tidak semudah memerkatakannya, namun di sinilahlah justru titik keputusan antara mengalami Tuhan dan tidak mengalami apa-apa. 

Mari jemaat Tuhan, kepada kita diperhadapkan dua pilihan, apakah mau melangkah dengan cara kita sendiri atau dengan cara Tuhan. Cara Tuhan memang tidak pernah semudah yang kita pikirkan, namun itu akan menuntun kita ada dalam rencana dan kehendak Tuhan, dan berakhir di tujuan Tuhan. Berjalan bersama Tuhan tidak berarti tanpa tantangan, namun ingat, kita tidak pernah sendiri. Ada tangan Bapa yang memegang tangan kita anak-anak-Nya dan memberikan kemenangan. Selamat melangkah bersama Tuhan! 

Tuhan Yesus memberkati! 

Jangan Berjalan Sendiri! (Pesan Gembala, 14 April 2024)

| Warta Jemaat |
About The Author
-