Hati-Hati Terhadap Kebohongan Musuh (Pesan Gembala, 14 Januari 2024)

HATI-HATI TERHADAP KEBOHONGAN MUSUH

Yosua 9:4-6 (4) maka mereka pun bertindak dengan memakai akal: mereka pergi menyediakan bekal, mengambil karung yang buruk-buruk untuk dimuatkan ke atas keledai mereka dan kirbat anggur yang buruk-buruk, yang robek dan dijahit kembali,

Ketika mendengar bahwa bangsa Israel telah mengalahkan kota Yerikho dan Ai, maka sadarlah penduduk kota-kota yang berada di tanah Kanaan bahwa cepat atau lambat bangsa Israel akan mendatangi mereka. Raja-raja dari beberapa bangsa di wilayah sana yang memilih untuk menghimpun kekuatan untuk melawan Yosua dan bangsa Israel, namun ada pula penduduk kota Gibeon yang mengatur siasat dengan membuat skenario kebohongan terhadap bangsa Israel agar mereka tidak ditumpas.

Orang-orang Gibeon ini telah mengatur sebuah kebohongan yang sudah mereka rencanakan dengan amat baik, yang membuat mereka berhasil mengikat perjanjian dengan bangsa Israel sehingga mereka tidak ditumpas. Mereka mengirim utusan yang menyamar sebagai rombongan yang datang dari negeri yang jauh (memakai pakaian dan kasut yang buruk, membawa roti yang telah mengeras dan tinggal remah-remah, serta memakai kirbat anggur yang telah robek), padahal sebenarnya mereka tinggal sangat dekat. Mereka mengatakan bahwa mereka telah mendengar kabar tentang Tuhannya bangsa Israel, yakni segala yang dilakukan-Nya.

Kebohongan yang dilakukan oleh orang-orang Gibeon ini membuat Yosua dan bangsa Israel terjebak ke dalam logika pemikiran orang-orang Gibeon, sehingga mereka memutuskan untuk mengikat perjanjian dengan orang-orang Gibeon. Kesalahan Yosua dan bangsa Israel adalah bahwa mereka membuat keputusan untuk mengikat perjanjian hanya berdasarkan apa yang mereka lihat dan apa yang mereka dengar. Orang-orang Gibeon yang tidak bertuhan memakai nama Tuhannya orang Israel untuk memerdaya Yosua dan bangsa Israel. Orang-orang Gibeon juga mengatakan bahwa mereka diutus oleh para tua-tua mereka dari negeri yang jauh. Mendengar alasan ini, Yosua dan bangsa Israel pun begitu memahami bagaimana rasanya diutus dalam suatu perjalanan jauh.

Dari sini kita dapat mengerti bahwa ketika si musuh berniat untuk membohongi kita, mereka tidak menggunakan cara-cara canggih atau alasan-alasan yang hebat yang malah mudah untuk terdeteksi. Mereka justru menggunakan isu-isu yang biasa yang sudah kita pahami dan biasa kita lakukan. Musuh memakai nama Tuhan, memuji Tuhannya bangsa Israel, dan mereka juga sama-sama menggunakan istilah pengutusan dan perjalanan jauh yang sangat mudah menyentuh hati bangsa Israel. Melalui peristiwa ini tahulah kita bahwa untuk menjatuhkan orang percaya, iblis cukup menggunakan kebohongan sehari-hari.

Sama halnya, ketika iblis pertama kali menjatuhkan manusia ke dalam dosa, ia tidak datang dengan intimidasi atau dengan serangan-serangan yang menakutkan. Ia menggunakan cara yang sederhana, yaitu percakapan sehari-hari yang mudah dipahami oleh manusia, dalam hal ini Hawa. Ia membawa isu sederhana tentang “buah.” Iblis tahu bahwa ada buah “pengetahuan baik dan jahat” yang atas perintah Tuhan Adam dan Hawa tidak boleh memakannya, maka ia masuk melalui hal itu. Ingat, iblis berbuat seolah-olah ia bersimpati pada umat Tuhan.

Inilah yang menjadi pesan Tuhan bagi kita. Tuhan memeringatkan kita sebagai orang percaya untuk berhati-hati dengan segala tipu dusta iblis. Sengat iblis memang sudah dipatahkan, namun ada senjata yang masih bisa iblis gunakan, yaitu mulutnya melalui tipu muslihat atau dusta. Seperti yang sering kita dengar bahwa iblis adalah musuh yang tidak kreatif. Dari sejak ribuan tahun lalu ia selalu menggunakan strategi yang sama. Itu lagi-itu lagi. Yang menjadi masalah bukan soal iblis yang tidak kreatif, namun pihak manusianya yang seringkali begitu mudah untuk dibohongi. Iblis seringkali mendustai manusia (orang percaya) dengan isu-isu yang sederhana. Isu sehari-hari yang mungkin sedang digumuli orang percaya saat ini.

Minimal ada lima dusta yang sering dilontarkan iblis terhadap orang percaya yang olehnya kita harus waspada. Pertama, perubahan adalah sesuatu yang sulit, jadi jangan banyak berharap. Kedua, mengambil jalan pintas yang licik adalah suatu kecerdikan. Ketiga, nikmatilah hidup, jangan terlalu serius ikut Tuhan, jadilah seperti orang-orang pada umumnya. Keempat, mujizat adalah sesuatu yang hanya terjadi di masa lalu saja. Kelima, hidup ini ditentukan oleh masa lalu, sehingga engkau menjadi seperti ini.

Oleh karena itu, apa yang harus kita lakukan untuk mengatasi dusta si musuh yang kadang masuk dengan begitu halus. Beberapa prinsip yang harus kita pahami, di antaranya adalah:

(1). Jangan biarkan pandangan mata jasmani kita atau telinga jasmani kita mengalahkan perkataan Tuhan atau janji Tuhan

Yosua 9:3-5 (3) Tetapi ketika terdengar kepada penduduk negeri Gibeon apa yang dilakukan Yosua terhadap Yerikho dan Ai, (4) maka mereka pun bertindak dengan memakai akal: mereka pergi menyediakan bekal, mengambil karung yang buruk-buruk untuk dimuatkan ke atas keledai mereka …

Umumnya orang mudah tersentuh dengan hal-hal yang sifatnya menyentuh hati sehingga rela melakukan apa saja. Mata yang mudah merasa kasihan ketika diperlihatkan suatu keadaan yang kurang baik, telinga yang tidak tega ketika mendengar sebuah kisah pilu. Hal yang sama terjadi pada Yosua dan para pemimpin bangsa Israel. Hati mereka tersentuh ketika melihat sejumlah orang-orang Gibeon yang mengaku-ngaku datang dari negeri yang jauh dengan pakaian lusuh dan roti sudah kering.

Orang-orang Gibeon menyadari bahwa orang umumnya akan mudah tersentuh hatinya ketika disuguhkan perkara-perkara yang memelas. Namun hal ini seharusnya tidak perlu terjadi pada bangsa Israel yang Tuhannya sudah mewanti-wanti agar ketika mereka menginjakkan kaki ke Tanah Perjanjian mereka harus mengalahkan penduduk negerinya, kuasai wilayahnya, bukan berkompromi apalagi membuat perjanjian.

Namun lagi-lagi mata yang melihat, telinga yang mendengar, dan hati yang tersentuh seringkali mengalahkan apa yang Tuhan sudah janjikan atau perkatakan.

Itulah pentingnya orang percaya harus senantiasa membangun dirinya. Beribadah itu bukan sekedar hadir memenuhi kewajiban agama semata-mata, namun sebagai ajang untuk melatih diri. Belajar memegang teguh janji Tuhan, terbiasa dengan menghidupi pesan Tuhan, berjalan dalam arahan dan kepenuhan Roh Kudus. Hal ini akan membuat orang percaya terbiasa memegang perkataan Tuhan tidak peduli keadaan apapun yang terjadi. 

(2). Jangan hidup menggunakan definisi yang sama dengan yang  digunakan musuh

Yosua 9:4 maka mereka pun bertindak dengan memakai akal: mereka pergi menyediakan bekal, mengambil karung yang buruk-buruk untuk dimuatkan ke atas keledai mereka dan kirbat anggur yang buruk-buruk, yang robek dan dijahit kembali,

Alkitab bahasa Indonesia menuliskan apa yang dilakukan oleh bangsa Gibeon sebagai tindakan yang memakai akal, namun terjemahan NKJV menulisnya dengan lebih tajam, yaitu “they worked craftily” yang artinya mereka telah bertindak dengan licin. Terjemahan versi lain menggunakan kata “cunningly” yang artinya bertindak dengan licik. Bahasa asli menggunakan kata “ormah” yang berarti tipu daya. Maksud dari poin ini adalah pentingnya kita orang percaya waspada karena seringkali musuh membungkus sesuatu yang jahat atau menipu dengan sesuatu yang baik dan lugu.

Pemahaman ini yang perlu diperbaiki oleh orang percaya agar biasa mendudukkan suatu perkara sesuai dengan maksud dan tujuan yang seharusnya. Tidak membiasakan diri membungkus sesuatu yang salah dan buruk dengan sesuatu yang terlihat benar dan indah. Apabila salah hendaklah katakan salah dan perbaiki, apabila benar hendaklah katakan benar tanpa berdalih-dalih. Sehingga dengan membiasakan diri seperti ini kita akan terbiasa dan mudah membedakan mana standar yang biasa musuh gunakan dan mana standar yang Kerajaan Sorga gunakan.

Bangsa Israel menganggap masuknya Gibeon sebagai suatu tindakan ketidaktelitian atau kekhilafan. Namun bagi Tuhan itu adalah suatu tindakan ketidaktaatan. Bagi orang dunia, “harga” mereka dinilai berdasarkan apa yang mereka miliki, namun di dalam Tuhan “harga” kita dinilai berdasarkan Siapa yang memiliki dan telah menebus kita. Sekarang ini tidak sedikit orang percaya menilai dirinya seperti cara dunia menilai. Mereka baru merasa berharga apabila memiliki banyak ini dan Itu.

Mari jemaat Tuhan, apabila kita tidak teliti dan tidak mendasarkan pijakan kita sungguh-sungguh di atas kebenaran firman Tuhan, musuh akan dengan mudah membohongi dan memerdayai dengan cara yang “halus”, terlebih ketika orang percaya sedang berada di tengah pergumulan yang dihadapi.

Tuhan Yesus memberkati!

Hati-Hati Terhadap Kebohongan Musuh (Pesan Gembala, 14 Januari 2024)

| Warta Jemaat |
About The Author
-