Dimanakah Posisimu dalam Perarakan? (Pesan Gembala, 21-08-2022)

DIMANAKAH POSISIMU DALAM PERARAKAN?

2 Korintus 2:14 Tetapi syukur bagi Allah, yang dalam Kristus selalu membawa kami di jalan kemenangan-Nya (MSG.: Victory parade). Dengan perantaraan kami Ia menyebarkan keharuman pengenalan akan Dia di mana-mana.

Latar belakang surat ini adalah rasa syukur rasul Paulus kepada Tuhan, bahwa dimana pun ia berada, baik ketika ia tiba di Troas untuk memberitakan Injil, maupun ketika ia terpaksa pergi meninggalkan Troas untuk menuju ke Makedonia, di situ pun Tuhan telah membukakan jalan baginya untuk pemberitaan Injil. Tantangan yang di hadapi rasul Paulus mungkin tidak sedikit, namun Tuhan selalu memberikan kemenangan bagi dirinya.

Rasul Paulus mendengar kabar baik dari Titus bahwa pekerjaan Tuhan juga terjadi di Makedonia, maka ia menulis surat Korintus yang kedua ini dengan menaikkan syukur kepada Tuhan karena Kristus telah membawa mereka di jalan atau perarakan kemenangan-Nya. Didalam menggambarkan situasinya, di sini Paulus seolah-olah menempatkan diri berada dalam arak-arakan kemenangan Kristus.

Untuk memudahkan jemaat Korintus memahami apa yang ia gambarkan mengenai arak-arakan yang dimaksud, ia menggunakan gambaran akan parade kemenangan yang biasa diberikan kepada seorang jenderal Romawi yang baru pulang dari medan peperangan, dimana sang jenderal atau panglima berdiri di atas kereta kuda bersama-sama dengan para balatentaranya memasuki kota diiringi dengan sorak sorai rakyat yang menyambutnya. Biasanya, di bagian depan rombongan mereka membawa semacam altar untuk tempat para imam Romawi membakar dupa yang dibakar untuk mengeluarkan asap yang berbau harum. Ini sengaja mereka lakukan untuk menyebarkan aroma kemenangan sepanjang perjalanan pulang mereka yang dapat turut tercium baik oleh para tentara maupun rakyat yang menyambutnya.

Sebaliknya, di bagian belakang iring-iringan terdapat rombongan lain yang berjalan sambil tertunduk lesu dengan tangan dan kaki yang terikat rantai. Mereka adalah para tawanan perang yang turut dibawa pulang untuk menjalani hukuman. Mereka adalah orang-orang yang tidak memiliki pengharapan dan tujuan apa-apa lagi. Bagi mereka, aroma wangi dupa yang terbakar itu tercium seperti bau kematian yang tidak lama lagi akan mereka jalani.

Seperti itulah rasul Paulus menggambarkan orang percaya yang ditempatkan Tuhan di bumi bagaikan iring-iringan pawai yang sedang “dipamerkan” oleh Tuhan kepada dunia sebagai suatu arak-arakan kemenangan. Melalui arak-arakan orang percaya ini, seharusnya diharapkan kabar tentang karya keselamatan Kristus ditambah dengan kehidupan orang percaya yang sudah ditebus itu dapat tercium sebagai suatu aroma keharuman di hadapan Tuhan dan umat manusia.

Bagi Tuhan dan bagi orang percaya yang memahami kasih anugerah Tuhan dan tujuan Tuhan atas hidup mereka, aroma ini sungguh tercium sebagai aroma yang menyenangkan, namun ternyata bagi sebagian orang, aroma ini tercium sebagai suatu bau yang kurang menyenangkan.
Mengapa bisa demikian? Ada orang-orang yang menganggap keselamatan dari Kristus adalah sesuatu yang tidak dapat diterima oleh pengertian mereka, mereka anggap tidak penting, sehingga menolaknya.

Namun aroma yang kurang menyenangkan juga terjadi ketika ada orang-orang percaya yang sudah diselamatkan, tetapi karena tidak memahaminya, maka hidupnya tidak mencerminkan hal itu. Di rombongan ini termasuk orang-orang percaya yang hidupnya tidak lagi memiliki tujuan Tuhan yang jelas. Penuh kekecewaan, kemarahan dan luka-luka.Dari cerminan hidup yang demikian, jelas tidak lagi memberitakan kabar sukacita tentang karya Tuhan yang sedang Tuhan lakukan atas dirinya lagi. Yang diberitakan mungkin tentang kabar kekecewaan, kabar kepahitan, dan sejenisnya, sehingga aroma yang muncul sudah bukan aroma yang harum tercium kagi, namun aroma bau kematian.

Inilah yang menjadi pesan Tuhan bagi kita. Sekiranya kita menyadari diri kita sebagai orang-orang percaya yang sudah diselamatkan, kita itu bagaikan arak-arakan atau pawai kemenangan yang sengaja “dipamerkan” Tuhan di tengah-tengah dunia ini agar dunia bisa melihat sekaligus “mencium aroma” hasil karya Tuhan yang luar biasa atas hidup manusia yang sudah diselamatkan melalui kematian-Nya di kayu salib, sekaligus melihat dan “mencium aroma” dari sikap dan cara hidup yang dimunculkan oleh orang-orang percaya tersebut, sekalipun mungkin harus menjalani kehidupan yang tidak mudah bahkan penuh dengan tantangan.

Melalui pesan-Nya ini, kita diberikan sebuah pertanyaan, aroma apa kira-kira yang sedang kita tebarkan melalui hidup kita saat ini? Apakah aroma harum anugerah Tuhan melalui hidup yang penuh gairah yang disertai dengan ucapan syukur atau disebut “aroma yang menghidupkan”, aroma kelesuan akibat dari menjalani hidup yang tidak memiliki tujuan Tuhan yang jelas, ataukah “aroma bau kematian” yang muncul dari hidup yang penuh dengan ketidakpuasan, kekecewaan, kepahitan, kemarahan yang otomatis menebarkan aroma yang tidak sedap.

Apa yang harus kita lakukan berkaitan dengan pesan Tuhan ini agar hidup kita mencerminkan aroma yang harum tercium di dalam perarakan orang-orang percaya?

Tetapkan posisi kita terlebih dahulu, karena posisi menentukan aroma yang dipancarkan

2 Korintus 2:15-16 (15) Sebab bagi Allah kami adalah bau yang harum dari Kristus di tengah-tengah mereka yang diselamatkan dan di antara mereka yang binasa. (16) Bagi yang terakhir kami adalah bau kematian yang mematikan dan bagi yang pertama bau kehidupan yang menghidupkan. Tetapi siapakah yang sanggup menunaikan tugas yang demikian?

Gambaran yang diberikan rasul Paulus tentang arak-arakan tentara Romawi yang pulang dengan kemenangan jelas sekali sebuah penggambaran yang mudah dimengerti oleh jemaat Korintus yang mungkin pernah menyaksikan langsung pasukan Romawi yang masuk ke kota dengan kemenangan. Barisan terdepan adalah barisan prajurit-prajurit dengan komandan atau panglima berjalan di depan. Juga ada imam di depan menyalakan asap dupa. Jelas ini adalah barisan yang ikut andil di dalam peperangan. Inilah gambaran orang-orang percaya yang berjalan dalam kepastian dan percaya akan kemenangan yang Tuhan berikan. Mereka berjalan mengikuti pimpinan dan arahan sang Panglima, dalam hal ini tentunya Panglima bala tentara sorga.

Pada setiap iring-iringan yang dilakukan oleh bangsa Israel, entahkah di bawah kepemimpinan Musa atau Yosua selalu urutannya jelas. Ada Tuhan sebagai Panglima yang berjalan di depan. Lalu Musa dan para pemimpin bangsa, para imam dan para pemimpin suku. Inilah orang-orang yang berjalan di barisan depan yang menangkap tujuan dan arahan Tuhan.

Namun ternyata ada orang-orang berjalan di barisan selanjutnya, yaitu orang-orang yang pernah dikuasai oleh nafsu rakus, mereka adalah orang-orang yang sering mengajak orang Israel lain untuk memicu protes kepada Musa: “Kami bosan makan manna, kami mau daging!” Lalu ada juga orang-orang yang saking jauhnya dari para pemimpin di depan, merasa bahwa perjalanan begitu panjang dan melelahkan. “Kami mau dibawa kemana sama Musa?” “Masa kalian begitu percaya sekali sama Musa itu?” Ini pernah terjadi pada bani Korah yang mengajak untuk turut bersama-sama mereka melawan Musa. Perhatikan, aroma apa yang ditebarkan oleh orang-orang yang seperti ini.

Lalu ada pula mereka yang lesu di bagian belakang, hanya bisanya mengeluh dan mengeluh. Mereka adalah orang-orang yang tidak tahu kemana Tuhan akan membawa mereka. Orang-orang seperti ini sudah tidak peduli akan tujuan Tuhan, mereka hanya berjalan karena melihat ada orang yang berjalan di depannya, entah dibawa kemana.

Apakah ada pihak musuh yang tahu? Oo jelas ada. Makanya di tengah perjalanan mereka pernah dihadang oleh bangsa Amalek yang punya target untuk “menyikat” mereka yang lemah.
Ulangan 25:17-18 (17) “Ingatlah apa yang dilakukan orang Amalek kepadamu pada waktu perjalananmu keluar dari Mesir; (18) bahwa engkau didatangi mereka di jalan dan semua orang lemah pada barisan belakangmu dihantam mereka, sedang engkau lelah dan lesu. Mereka tidak takut akan Allah.

Mari jemaat Tuhan, pakailah pakaian yang seharusnya di dalam sebuah arak-arakan kemenangan orang percaya. Jangan salah mengenakan pakaian. Pakaian akan menentukan posisimu. Dan pakaian juga akan menentukan sikap dan perkataan yang keluar dari mulut seseorang. Perkataan dan sikap hidup itu pula yang selanjutnya akan menentukan aroma apa yang akan keluar dari dirimu.

Tuhan Yesus memberkati!

Dimanakah Posisimu dalam Perarakan? (Pesan Gembala, 21-08-2022)

| Warta Jemaat |
About The Author
-