Dimana Tuhan Ketika Kita Berada di Lembah? (Pesan Gembala, 22 November 2020)

DIMANA TUHAN KETIKA KITA BERADA DI LEMBAH?

1 Raja-raja 20:23-30 (28) Maka tampillah abdi Allah dan berkata kepada raja Israel: “Beginilah firman TUHAN: Oleh karena orang Aram itu telah berkata: TUHAN ialah allah gunung dan bukan allah dataran (=lembah), maka Aku akan menyerahkan seluruh tentara yang besar itu ke dalam tanganmu, supaya kamu tahu, bahwa Akulah TUHAN.”

Latar belakang kisah ini dimulai ketika Benhadad, raja Aram, mengumpulkan seluruh tentaranya, bergabung dengan tiga puluh dua raja beserta pasukan kuda dan keretanya hendak mengepung dan memerangi Israel. Dalam keadaan ketakutan, datanglah seorang nabi menyampaikan pesan Tuhan kepada Ahab, raja Israel, agar ia berinisiatif melakukan serangan terlebih dahulu kepada Aram. Melalui serangan Israel tersebut, maka Aram mengalami kekalahan yang sangat besar. Benhadad melarikan diri setelah prajuritnya dibantai oleh Israel.

Ia mendapatkan nasihat dari pegawai-pegawainya yang memberikan pendapat ahli mengenai perang dengan Israel. Mereka mengamati bahwa kemenangan Israel ini adalah kemenangan yang tidak wajar. Israel tidak lebih baik dalam taktik dan senjata, dan mereka sangat sedikit di dalam jumlah. Jadi bagaimana mungkin Israel dapat menaklukkan pasukan Benhadad? Maka mereka mengambil kesimpulan bahwa tentulah ini pekerjaan Allah Israel.

Penasihat raja Aram berpendapat bahwa adalah kesalahan mereka sendiri yang bertarung dengan Israel di gunung (di dataran tinggi), yaitu di tempat kekuasaan Allah Israel berada. Bukankah Allah Israel adalah Allah gunung? Maka mereka membuat rancangan serangan balasan yang berikut, yaitu kali ini melancarkan peperangan di tanah datar (Ibr.: emeq; Ing.: valley) atau lembah. Mereka mengira bahwa di lembah inilah Tuhan Israel pasti akan kehilangan kekuasaan-Nya dan karena itu mereka akan dapat menaklukkan Israel.

Ketika “peperangan” dan tantangan terjadi di dalam hidup orang percaya, tidak sedikit terjadi berbagai respon di dalam hatinya. Respon negatif diwakili oleh type “penasihat raja Aram,” yang karena rasa takut dan kuatirnya menyangka bahwa Tuhan hanya bekerja di area “atas gunung” saja, padahal Tuhan berkuasa di setiap wilayah kehidupan. Sementara respon positif diwakili oleh type “abdi Allah” yang mau mendengar tuntunan Tuhan yang luar biasa sekalipun sedang berada di tengah kondisi yang kurang baik sekalipun.

Inilah yang menjadi pesan Tuhan bagi kita. Tuhan sedang meyakinkan kita sebagai orang percaya untuk tidak menjadi kuatir, di manapun dan di dalam keadaan apapun kita berada, bahkan ketika berada di posisi “lembah” sekalipun, karena Tuhan selalu ada bagi kita dan menyertai kita. Kehidupan yang kita jalani saat ini adalah sebuah perjalanan panjang untuk mencapai tujuan-Nya Tuhan. Terkadang perjalanan itu membawa kita naik menuju ke “puncak gunung,” tetapi juga kadang perjalanan tersebut diwarnai dengan kondisi “roller-coaster” yang menukik turun hingga sampai ke titik rendah seperti lembah.

Posisi “lembah” adalah posisi yang menggambarkan kondisi sulit yang tidak enak dimana kadang pertolongan Tuhan seperti jauh dari yang diharapkan. Tuhan seperti seolah-olah jauh entah di mana, sehingga hal ini yang kerap membuat orang percaya kehilangan iman, lalu melakukan keputusan-keputusan yang ceroboh dan jauh dari kehendak Tuhan.

Beberapa hal yang perlu kita perhatikan berkaitan dengan pesan Tuhan ini, agar apapun kondisi yang kita alami, kita tetap berada di dalam “track”-Nya Tuhan, di antaranya adalah:

(1). Menyadari bahwa lembah adalah wilayah yang kadang tidak bisa dihindari.

1 Raj. 20:28b … Oleh karena orang Aram itu telah berkata: TUHAN ialah allah gunung dan bukan allah dataran, maka Aku akan menyerahkan seluruh tentara yang besar itu ke dalam tanganmu, supaya kamu tahu, bahwa Akulah TUHAN.”

Bagi bangsa Israel, lembah sendiri adalah suatu wilayah yang umum dijumpai di tanah yang mereka diami, mengingat kontur tanah di wilayah Palestina sana memang bukanlah sebuah hamparan tanah rata, melainkan wilayah yang berundak-undak. Tuhan sendiri melalui Musa sudah menjelaskan kondisi negeri yang akan mereka masuki setelah mereka berjalan melalui padang gurun, yakni negeri yang bergunung-gunung dan berlembah-lembah, yang mendapat air sebanyak hujan yang turun dari langit (Ul. 11:11).

Artinya, kondisi lembah bagi bangsa Israel adalah bagian dari kehidupan mereka. Kondisi yang tidak mudah untuk dilalui, namun akan terlewati apabila seseorang mau terus berjalan maju mendaki hingga mencapai dataran tanah yang lebih tinggi. Ingat tentang perjalanan orang-orang yang hendak ke berziarah ke Yerusalem (Maz. 84:6), dimana orang-orang mau tidak mau harus melalui lembah yang dinamakan lembah Baka (Ing.: Weeping Valley) sebelum mereka tiba di tempat tujuan. Hal itu merupakan gambaran dari kehidupan nyata kita dimana melalui perjalanan pengiringan kita kepada Tuhan, lembah adalah wilayah yang kerap diijinkan Tuhan untuk kita lalui sebelum mencapai tujuan. Yang terpenting bukanlah beratnya kondisi yang kita lalui, namun dengan siapa kita berjalan melaluinya. Ingat, Tuhan kita adalah Tuhan atas lembah juga.

(2). Menyadari bahwa lembah adalah tempat dimana kita justru seharusnya lebih mendekat kepada Tuhan.

1 Raj. 20:27 Orang Israel pun memeriksa barisannya dan setelah dibekali mereka berangkat menghadapi orang Aram. Orang Israel berkemah di hadapan mereka seperti dua kawanan kambing, sedang orang Aram telah datang membanjiri negeri itu.

Satu tahun setelah kekalahan Aram, maka berkemaslah Benhadad untuk berangkat ke Afek untuk berperang melawan Israel. Kali ini lokasi yang dipilih oleh Aram adalah lembah, mengingat Allah orang Israel hanyalah Allah gunung, sehingga mereka yakin bahwa di lembah kali ini mereka bisa mengalahkan Israel. Kedua pasukan berkemah berhadapan muka seperti dua kawanan kambing yang siap untuk diadu. Melihat keberadaan kedua kubu, sulit untuk menentukan mana pihak yang akan memenangi peperangan. Pihak Aram begitu yakin bahwa kali ini merekalah yang akan mengalahkan Israel.

Namun satu hal yang tidak diketahui pihak Aram adalah, bahwa dari pihak Israel ada abdi Allah, seorang yang mengandalkan Tuhan. Atas arahan dari Tuhanlah maka Israel mendapatkan keyakinan, bahwa di lembah sekalipun Tuhan akan menyerahkan Aram ke tangan Israel. Hal ini untuk membuktikan, bahwa apa yang seringkali dianggap sebagai kelemahan oleh pihak musuh tidak semestinya terjadi. Musuh biasanya akan membawa umat Tuhan terlebih dahulu ke posisi lembah dengan harapan di lembah umat Tuhan akan menjadi sasaran empuk. Itulah sebabnya, satu hal yang harus diingat oleh kita orang percaya, sekalipun sedang berada di posisi lembah, jangan lepaskan kepercayaan kita seperti yang biasa dilakukan banyak orang, justru mendekatlah lebih lagi kepada Tuhan.

Mari jemaat Tuhan, Tuhan kita bukanlah Tuhan seperti yang disangka oleh pihak “Aram” yang hanya mampu berperang di gunung. Ia bukanlah spesialis dalam satu bidang wilayah saja, melainkan di segala bidang. Segala predikat spesialis melekat pada diri-Nya. Artinya, apapun perkara sulit yang sedang kita hadapi, Ia mampu menyelesaikannya bagi kita. Asalkan kita percaya kepadanya. Lembah adalah saat dimana seharusnya kita menguatkan kepercayaan lebih lagi kepada Tuhan.

Tuhan Yesus memberkati!

Dimana Tuhan Ketika Kita Berada di Lembah? (Pesan Gembala, 22 November 2020)

| Warta Jemaat |
About The Author
-