Cinta yang Sungguh akan Rumah Tuhan (Pesan Gembala, 30 Januari 2022)

CINTA YANG SUNGGUH AKAN RUMAH TUHAN

Yohanes 2:13-25 (17) Maka teringatlah murid-murid-Nya, bahwa ada tertulis: “Cinta untuk rumah-Mu menghanguskan Aku.”

Bagi orang Yahudi hari raya Paskah merupakan hari raya besar. Pada hari raya itu, semua laki-laki dewasa wajib berziarah ke Yerusalem. Acara utama dalam perayaan tersebut adalah persembahan korban anak domba dan perjamuan Paskah dalam keluarga-keluarga. Selain itu, para peziarah juga diwajibkan untuk membayar derma ke Bait Suci. Mata uang yang dipakai adalah hanya mata uang Yerusalem. Dua kewajiban ini menjadi kesulitan bagi orang-orang yang berasal dari luar Yerusalem.

Perjalanan yang jauh membuat mereka sulit untuk membawa hewan kurban sendiri, begitu pun dengan uang derma, karena mereka memiliki mata uang berbeda yang tidak berlaku di Bait Suci. Atas dasar kesulitan ini, maka demi “memfasilitasi” para peziarah maka bermunculanlah para pedagang hewan (kambing, domba, dan merpati) dan para penukar uang ada di sana. Kehadiran mereka terkesan sangat membantu para peziarah.

Mengapa Yesus begitu marah hingga Ia membuat cambuk dari tali lalu mengusir mereka semua dari Bait Suci dengan semua kambing domba dan lembu mereka; uang penukar-penukar dihamburkan-Nya ke tanah dan meja-meja mereka dibalikkan-Nya? Yesus ternyata mengetahui adanya ketidakjujuran dan ketidakadilan dalam praktik tersebut dan para pemuka agama ada di balik itu. Ada praktik bisnis yakni meraup keuntungan dengan dalih demi ibadah keagamaan.

Kepada pedagang-pedagang merpati Ia berkata agar jangan mereka membuat rumah Bapa-Nya menjadi tempat berjualan. Yesus sangat mencintai rumah Bapa-Nya. Bahkan para murid teringat akan sebuah ayat yang mengatakan “Cinta untuk rumah-Mu menghanguskan Aku.” Ini yang tidak dimiliki oleh para pemuka agama Yahudi juga para pedagang tersebut. Mereka seolah-olah tampak sibuk menyelenggarakan ibadah di Bait Suci, namun mereka sesungguhnya hanya menjalankannya secara jasmani, namun tanpa memiliki relasi dan kasih terhadap Allah dan sesama.

Inilah yang menjadi pesan Tuhan bagi kita. Adalah mudah untuk mengucapkan bahwa kita mengasihi Tuhan atau mengasihi seseorang dengan perkataan yang keluar dari mulut kita. Namun makna mengasihi yang sesungguhnya itu bukan semata-mata cukup hanya melalui ucapan, namun perlu dinyatakan melalui tindakan bahwa sungguh-sungguh kita mengasihi pribadi yang kita maksud. Ada perbedaan yang mencolok akan makna mengasihi Tuhan dan Bait-Nya yang dipraktikkan para pemuka agama dengan apa yang dipraktikkan oleh Yesus. Para pemuka merasa sudah melakukan kasih dengan menyediakan fasilitas meja-meja penukar uang dan bangku-bangku pedagang hewan bagi para peziarah. Sedangkan Yesus menyatakannya dengan cara mengusir orang-orang yang berjual beli dan membalikkan meja-meja di sana. Mana yang tampak terlihat “lebih baik”? Umumnya orang lebih menyukai apa yang dilakukan para pemuka agama, yaitu sesuatu yang terlihat baik dari luar.

Beberapa prinsip yang perlu kita pahami berkaitan dengan memahami arti mencintai rumah Tuhan agar menjadi Bait yang penuh dengan kuasa, di antaranya adalah:

(1). Kecintaan akan rumah Tuhan adalah kesediaan untuk “dijungkir-balikkan”

Yohanes 2:15 Ia membuat cambuk dari tali lalu mengusir mereka semua dari Bait Suci dengan semua kambing domba dan lembu mereka; uang penukar-penukar dihamburkan-Nya ke tanah dan meja-meja mereka dibalikkan-Nya.

Kita tinggal dalam dunia yang berdosa. Dari sejak zaman dahulu, kita bisa membayangkan sudah ada begitu banyak tempat-tempat yang berdosa, kotor, dan penuh dengan segala bentuk penipuan. Tapi waktu Yesus melakukan penyucian, yang pertama kali Ia bersihkan adalah rumah Tuhan. Bukan tempat pelacuran, bukan dunia politik yang sangat kotor, bukan persoalan keluarga yang memang bisa rumit sekali dan harus dibersihkan oleh Tuhan, bukan persoalan-persoalan dalam perusahaan, dan sebagainya, tapi yang pertama dibersihkan adalah rumah Tuhan atau Bait Allah. Tuhan ingin memberkati dan memakai gereja-Nya secara luar biasa.
Itulah sebabnya, gereja yang mau menjadi alat Tuhan adalah gereja yang terus menerus terbuka bagi teguran.

Di dalam kisah ini, waktu Yesus Kristus mendapati keadaan Bait Allah seperti demikian, hati-Nya “terbakar” dengan kemarahan. Yesus marah bukan semata-mata ada orang berjualan di luar Bait Allah sehingga Ia terbawa perasaan emosi. Ini bukan sekedar melarang ada orang berjualan di depan Bait Allah, kemudian harus diusir. Namun hal ini terjadi dari suatu sistem yang sudah sangat korup. Hewan dijual dengan harga dinaikkan sedemikian sehingga orang diperas, padahal mereka tulus mau mempersembahkan korban sembelihan atau korban bakarannya kepada Tuhan. Lagipula, orang-orang yang berjualan ini sudah pasti setor kepada pemuka-pemuka agama. Maka waktu Yesus datang, ia perlu menjungkir-balikkan semua struktur yang ada di sana. Yesus mau membersihkan sistem yang sudah lama salah.

(2). Kecintaan akan rumah Tuhan adalah kesediaan untuk dibangun dengan cara Tuhan

Yohanes 2:20 Lalu kata orang Yahudi kepada-Nya: “Empat puluh enam tahun orang mendirikan Bait Allah ini dan Engkau dapat membangunnya dalam tiga hari?”

Kehadiran Yesus kelihatannya seperti mengacaukan, tapi sebenarnya merapikan; yang kacau adalah mereka, bukan Yesus. Yesus mau membersihkan, menyucikan Bait Allah. Tapi orang Yahudi tidak bisa menerimanya, mereka minta suatu tanda. Tanda seringkali dikaitkan dengan mujizat, tapi sebenarnya pembersihan di Bait Allah ini sendiri sebenarnya juga tanda. Tanda yang menunjuk kepada pribadi Kristus. Sebenarnya bukan masalah ada perdagangan di sana, Yesus mau menyatakan tanda, bahwa tubuh-Nya, Yesus sendiri, adalah Bait Allah, bukan bait dalam kondisi kotor yang Tuhan tidak berkenan hadir di dalamnya.

Lalu kata orang Yahudi kepada-Nya: “Empat puluh enam tahun orang mendirikan Bait Allah ini dan Engkau dapat membangunnya dalam tiga hari?” (ayat 20). Apa yang disampaikan mereka adalah tidak salah. Bahwa benar Bait Allah yang megah tersebut memang didirikan oleh Herodes selama masa empat puluh enam tahun. Ada kebanggaan bagi orang-orang Yahudi akan betapa megah dan kokohnya Bait tersebut. Memang seperti itulah cara orang dunia umumnya membanggakan sesuatu. Dunia seringkali menggunakan angka dan durasi untuk menunjukkan kehebatan sesuatu. Angka 46 tahun pembangunan Bait Allah bagi mereka terlihat jauh lebih besar dibandingkan dengan angka 3 hari-Nya Yesus, namun mereka tidak menyadari bahwa sesuatu yang dibangun oleh Yesus jauh lebih dahsyat.

Mari jemaat Tuhan, Bait Allah adalah tentang diri pribadi kita umat Tuhan. Tuhan ingin setiap kita dibangun dengan dasar yang benar, dengan menggunakan cara-Nya Tuhan, dan untuk mencapai tujuan Tuhan.

Tuhan Yesus memberkati!

Cinta yang Sungguh akan Rumah Tuhan (Pesan Gembala, 30 Januari 2022)

| Warta Jemaat |
About The Author
-