Berjalan Karena Percaya, Bukan Karena Melihat (Pesan Gembala, 4 Desember 2022)

BERJALAN KARENA PERCAYA, BUKAN KARENA MELIHAT

2 Korintus 5:7 sebab hidup kami ini adalah hidup karena percaya, bukan karena melihat (NKJV.: For we walk by faith, not by sight).

Latar belakang dari ayat ini adalah ketika rasul Paulus harus berhadapan dengan kenyataan bahwa ia mengalami tekanan dari berbagai sisi. Dari pihak orang-orang Yahudi ia mengalami ancaman dan dari pihak orang percaya sendiri ia sempat menghadapi penolakan terkait status kerasulannya dan banyak hal lainnya. Hal ini sangatlah tidak mudah. Bagaimana rasul Paulus dapat bertahan di tengah tekanan ini dan tetap setia mewartakan Kristus? Inilah perkataan yang diucapkan rasul Paulus, bahwa apabila ia hidup dan berjalan hanya berdasarkan melihat seperti orang melihat pada umumnya dengan mata jasmani, maka rasanya ia ingin memilih untuk menyerah dan beralih ke wilayah lain. Namun ia bersyukur bahwa ia berjalan karena percaya bahwa Tuhan tidak pernah salah memanggil dirinya. Ada rancangan Tuhan yang luar biasa yang ia tangkap di balik semua yang terjadi.

Jika pandangan kita hanya didasarkan pada yang kelihatan, kita akan sangat mudah terombang-ambing. Apa yang tampak tidak dapat menjadi ukuran. Kata ‘melihat’ menggunakan kata eidos yang artinya penglihatan mata jasmani, laporan dari penglihatan mata. Artinya, kalau mau hidup jangan bergantung pada penampakan yang dari luar. Karena mata seringkali memberikan laporan yang salah. Lalu, apa dasar kita untuk tetap hidup dan mengerjakan tugas panggilan kita demi Kristus? Seperti yang Paulus katakan, “Kalau mau hidup, hiduplah karena percaya, bukan hidup berdasarkan laporan penglihatan mata.”

Kata ‘percaya’ dan ‘iman’ mengandung makna yang sama. Keduanya menggunakan kata pistis atau pisteo, artinya keyakinan yang teguh terhadap kebenaran firman Allah. Rasul Paulus katakan, kalau kamu mau hidup kamu harus punya keyakinan yang teguh akan kebenaran firman Tuhan. Kita tidak bisa memiliki iman yang teguh hanya berdasarkan laporan penglihatan mata. Mengapa? Karena firman Tuhan tidak bisa menipu. Kalau Tuhan berfirman, firman itu penuh kuasa.

Inilah yang menjadi pesan Tuhan bagi kita. Menghadapi hari-hari ke depan, melalui pesan-Nya ini, Tuhan memeringatkan agar jangan menggantungkan hidup kita kepada apa yang kita lihat berdasarkan penglihatan mata jasmani, karena apa yang kita lihat itu bisa sesuatu yang menakutkan, melemahkan, dan mengecewakan. Apabila hidup kita hanya bergantung pada apa yang kita lihat berdasarkan laporan mata jasmani, kita hanya akan menjadi orang terpuruk dan mudah terombang-ambingkan oleh berbagai situasi, yang ujung-ujungnya berakhir dengan kekalahan.

Keadaan di hari-hari ke depan tidak semakin baik. Bencana alam seakan-akan sambung menyambung, ekonomi global sedang mengalami kesuraman, suhu politik bangsa semakin menghangat, teror dari pihak yang mencoba menciptakan ketakutan di tengah masyarakat terus mencoba hadir. Belum lagi ditambah dengan problem pribadi yang mungkin belum kunjung usai, dan sebagainya. Apabila berjalan hanya berdasarkan mata yang melihat, kita mudah menjadi lemah dan berakhir dengan keputusan-keputusan yang salah.

Mata jasmani akan sangat mudah membuat orang percaya menjadi takut dan lemah. Namun janji penyertaan Tuhan begitu nyata. Pilihannya jelas, apakah kita mau berjalan dengan menggunakan laporan mata jasmani atau berdasarkan iman percaya. Iman percaya itu tidak muncul begitu saja, melainkan melalui ketekunan dan relasi yang dijalin bersama dengan Tuhan hari lepas hari. Tanpa relasi dan ketekunan, kita hanya akan berjalan berdasarkan laporan mata yang salah terus.

Oleh sebab itu, bagaimana agar kita bisa memulai perjalanan kita dengan berdasarkan percaya bukan karena melihat, beberapa di antaranya adalah:

(1). Belajar berjalan dengan penyerahan diri kepada Tuhan

2 Korintus 5:8 tetapi hati kami tabah, dan terlebih suka kami beralih dari tubuh ini untuk menetap pada Tuhan.

Rasul Paulus menyadari bahwa tantangan yang ia hadapi tidaklah mudah, kadang terpikir bahwa seandainya suatu hari masa tugasnya di bumi berakhir dimana “kemah tempat kediamannya” di bumi dibongkar, yaitu tubuh jasmaninya, Tuhan telah menyediakan suatu tempat kediaman di sorga baginya, suatu tempat kediaman yang kekal, yang indah, dimana tidak ada kepusingan lagi. Tetapi sekalipun belum, artinya, Tuhan masih memercayakan diri untuk tetap berada di bumi dengan segala permasalahannya, ia memutuskan untuk menyerahkan segala permasalahannya kepada Tuhan dengan berjalan dalam iman percayanya kepada Tuhan.

Nah, tinggal yang namanya berjalan dalam penyerahan diri kepada Tuhan ini yang harus kita pahami. Berjalan dalam penyerahan diri kepada Tuhan itu bukan sekedar perkataan di mulut semata-mata yang mengatakan “Aku mau berserah kepada Tuhan.” Ingat pada “prinsip surrender” (prinsip penyerahan diri), bahwa pihak yang melakukan surrender harus benar-benar angkat tangan menyerah, rela untuk diperlakukan apapun oleh pihak yang menang. Rela untuk menyerahkan senjatanya, rela untuk diikat dan diperlakukan apa saja. Dan mulai hari itu ia tinggal mengikuti apa saja yang diperintahkan untuk dilakukan.

Apabila kita mau berjalan dalam iman percaya kepada Tuhan kita (to walk by faith) kita harus benar-benar menyerahkan seluruh kehendak dan cara kepada cara-Nya Tuhan. Artinya kita berjalan berdasarkan keyakinan yang teguh terhadap kebenaran firman Tuhan atau janji Tuhan. Objeknya jelas, Tuhan dan janji-Nya. Caranya adalah cara Tuhan. Itulah yang dikatakan beriman benar. Sedangkan, ketika mulut berkata mau melakukan penyerahan diri, tetapi cara dan kehendaknya masih menggunakan cara sendiri, maka itulah yang dinamakan beriman palsu atau buta.

(2). Belajar untuk memfokuskan ulang apa yang sudah ditetapkan Tuhan

2 Kor. 5:9 Sebab itu juga kami berusaha, baik kami diam di dalam tubuh ini, maupun kami diam di luarnya, supaya kami berkenan kepada-Nya.

Daripada rasul Paulus memikir-mikirkan tentang kapan “kemah kediaman di bumi dibongkar”, yang artinya saat ia pulang ke rumah Bapa, di mana ia beristirahat dari segala jerih lelah. Tanpa mau berlama-lama memikir-mikirkan hal itu, maka rasul Paulus kembali kepada apa yang sedang ia hadapi. Mungkin tantangan yang ia hadapi tidak mengenakkan, namun ia harus menyelesaikan semua rangkaian pelayanannya dengan baik. Ia melakukan refocusing, memfokuskan ulang apa yang dipercayakan Tuhan kepadanya.

Mungkin selama ini kita telah menjalani kehidupan dengan menggunakan berbagai cara. Tidak sedikit orang percaya telah kehilangan arah dan tujuan hidupnya. Merasa bahwa hidup yang dijalani ini adalah tentang pergumulan diri pribadi. Entah pergumulan tentang sakit penyakit, masalah rumah tangga, masalah ekonomi (karir, pekerjaan dan usaha), masalah studi hingga mencari pasangan hidup, dan lain sebagainya. Sehingga tidak sedikit orang datang kepada Tuhan hanya dengan tujuan ingin agar pergumulannya diselesaikan Tuhan menurut apa yang dikehendakinya. Ingat, bahwa pengiringan kita kepada Tuhan adalah tentang Tuhan dan rencana-Nya. Untuk itulah kita diselamatkan.

Mari jemaat Tuhan, oleh sebab itu inilah saatnya kembali kita melakukan refocusing atau memfokuskan ulang. Apabila kita ingin berjalan dalam hati yang percaya, fokus kita adalah tentang apa yang Tuhan mau ingin kita lakukan bagi kepentingan Kerajaan Sorga. Bagaimana dengan masalah pribadi kita? Kita punya Bapa sorgawi yang mengetahui apa yang terbaik bagi kita anak-anak-Nya.

Tuhan Yesus memberkati!

Berjalan Karena Percaya, Bukan Karena Melihat (Pesan Gembala, 4 Desember 2022)

| Warta Jemaat |
About The Author
-