Bangun dari Ketertiduran Rohani (Pesan Gembala, 15 Januari 2023)

BANGUN DARI KETERTIDURAN ROHANI

Efesus 5:14 Itulah sebabnya dikatakan: “Bangunlah, hai kamu yang tidur dan bangkitlah dari antara orang mati dan Kristus akan bercahaya atas kamu.”

Dalam suratnya kepada jemaat di Efesus ini rasul Paulus sedang memberikan seruan keras untuk mereka bangun dari ketiduran, bahkan bangkit dari antara orang mati. Dan seruan seperti ini tidak hanya ditujukan kepada jemaat di Efesus saja, melainkan apabila kita perhatikan ia tujukan juga kepada jemaat di Roma, kepada jemaat di Korintus, jemaat di Tesalonika, dan kepada jemaat di Kolose. Artinya, roh yang membuat orang-orang percaya menjadi tertidur rohani (spiritual slumber atau spiritual coma) sedang beredar-edar mencoba melumpuhkan hidup banyak orang percaya pada waktu itu.

Dalam suratnya ini rasul Paulus menyerukan dan memanggil mereka yang dalam ketertiduran untuk datang kepada terang ilahi dan mengalami sesuatu yang luar biasa. Ayat dalam Efesus 5:14 di atas sebetulnya diadaptasi dari Yesaya 60:1 yang berbunyi, “Bangkit dan menjadi teranglah; sebab terangmu datang, dan kemuliaan Tuhan terbit atasmu.” Paulus menunjukkan makna kenabian dari teks itu dengan menyatakan bahwa “kemuliaan Tuhan telah terbit” tidak lain adalah tentang nubuat akan kedatangan Kristus sebagai Mesias. Dan kita tahu, apabila Mesias datang, Ia bukan sekedar menyelamatkan manusia tetapi juga mengembalikan kondisi manusia kepada rencana Allah semula yang telah menciptakan manusia menurut gambar dan rupa-Nya.

Perkataan “Bangunlah kamu yang tidur” atau “awake you who sleep” yang diserukan rasul Paulus ini bukan sekedar seruan seperti membangunkan seseorang dari tidur dalam arti literal. Bobot maknanya lebih dari sekedar itu. Kalimat tersebut bermakna bahwa apabila orang percaya membiarkan rohaninya tertidur, maka segala jerat dosa dan kegelapan mulai mengintai, sehingga apabila tidak menyadari kondisinya yang demikian, maka jangan sampai berakhir tragis.

Kalimat “Bangunlah, kamu yang tidur” ini juga bermakna bangun dari rasa aman yang palsu. Dalam keadaan “tidur”, meskipun hidup, namun seseorang percaya menjadi tidak peka terhadap bahaya apapun yang mungkin datang mendekat. Seseorang yang tidur tidak sadar akan apa yang sedang terjadi di sekelilingnya.

Inilah yang menjadi pesan Tuhan bagi kita. Tuhan melalui Firman-Nya ini sedang berkata kepada kita gereja-Nya untuk “bangun dari tidur.” Jangan larut dalam “mimpi-mimpi indah” berupa keinginan-keinginan pribadi manusia yang menghendaki ingin menjadi seperti ini dan itu, ingin melakukan ini dan itu dan mengejarnya sendiri. Namun ingat, ada kehendak Tuhan atau “mimpi yang Tuhan berikan” (seperti yang Tuhan berikan kepada Yusuf), sesuatu yang Ia tuangkan melalui visi dan rencana-Nya dalam berbagai cara kepada orang percaya.

Pesan ini bagaikan sebuah “lonceng pembangun” atau wake up call kepada setiap orang percaya, agar orang percaya terbangun. Ini juga suatu peringatan bahwa apabila terus larut dalam “ketiduran rohani”, maka kematian yang ada di sekeliling siap untuk menyergap. Kegelapan yang sedang beredar-edar mencoba menguasai kota dan bangsa, akan siap juga menyelimuti. Bangunlah dan biarkan Roh Kudus mengungkapkan hal-hal yang luar biasa dalam hidup orang percaya. Biarkan Yesus sungguh-sungguh bertahta, sehingga hidup orang percaya tampil menyinari dan menghilangkan kegelapan karena hanya terang-Nyalah yang mampu mengusir kegelapan yang gelap pekat.

Ayat 7 dikatakan: “Sebab itu janganlah kamu berkawan dengan mereka” (NKJV. Therefore do not be partakers with them). Ingat pesan Tuhan minggu lalu, bahwa Tuhan mengatakan jika kita adalah Partaker of God’s Kingdom atau God’s movement, bukan partaker of kingdom of darkness. Mungkin kita sebagai orang percaya sudah mengetahui bahwa kita sudah tidak mau ambil bagian lagi dalam apapun pekerjaan kegelapan. Namun seringkali, tanpa disadari, tidak sedikit orang percaya masih suka bertindak diam-diam menyelinap melakukan sesuatu yang tidak mau diketahui oleh pasangannya atau otoritas di atasnya. Hati-hati, suatu tindakan yang tidak dilakukan secara terang benderang adalah tindakan yang masuk ke dalam wilayah kegelapan.

Lalu apa yang harus kita lakukan agar spirit of slumber (roh yang membuat orang percaya tertidur) tidak dapat mengambil keuntungan atas diri kita sebagai orang percaya yang sejatinya dikatakan Tuhan bahwa kita ini adalah bagian dari Kerajaan Sorga?

(1). Menjadi pribadi yang menyadari akan ciri dan akibat dari tertidurnya rohani (memiliki kemampuan untuk mendiagnosa)

Efesus 5:10 dan ujilah apa yang berkenan kepada Tuhan.

Pesan Tuhan telah memeringatkan kita sebagai orang percaya agar tidak jatuh ke dalam “tidur atau koma” rohani. Tidak sedikit orang percaya yang aktif berkegiatan, tetapi pada kenyataannya telah tertidur secara rohani bahkan menuju kepada kondisi “koma”. Ketika seseorang terus menutup telinga atau menutup mata terhadap tuntunan Roh Kudus dan mendukakan-Nya dengan cara hidup yang tidak selaras, Tuhan pada akhirnya akan mengijinkan “roh tidur” atau “spirit of slumber” untuk membuat orang percaya tertidur secara permanen – kecuali orang itu memilih untuk bertobat dan bangun lalu memerkuat imannya. Penyakit tidur rohani dapat bermanifestasi terhadap berbagai aspek kehidupan orang percaya.

Sama seperti orang cenderung tertidur setelah perutnya diisi dengan terlalu banyak jenis makanan (food coma), orang percaya juga dapat mulai tertidur secara rohani karena hatinya dibiarkan diisi dengan hal-hal dari dunia daripada firman Tuhan dan pengurapan Roh-Nya. Ingat, roh memang penurut, tetapi daging lemah. Maka apa yang dikonsumsi si tubuh akan sedikit banyak berdampak pada sikap dan perilaku. “Roh tidur” dapat menyebabkan orang percaya mengalami ketulian rohani (deafness), kebutaan rohani (blindness), ketumpulan rohani (dullness).

Di dalam menjalankan aksinya, “roh tidur” atau spirit of slumber ini akan mencoba masuk ke berbagai wilayah kehidupan seorang percaya berikut gejalanya. Wilayah yang pertama adalah kehidupan spiritual (spiritual life).

Seseorang mungkin hadir dalam ibadah secara teratur, tetapi hampir tidak pernah merasakan apa-apa. Seperti menaruh kayu bakar basah di atas api, tidak menyulut apa-apa. Tangan bertepuk, mulut bernyanyi, tetapi hati terasa beku. Kehilangan antusiasme akan pesan dan tuntunan Tuhan. Wilayah kedua adalah kehidupan fisik (physical life). Jangan dikira spirit of slumber ini tidak masuk ke dalam kehidupan fisik. Seseorang akan menjadi begitu malas dan berat untuk menggerakkan anggota tubuhnya untuk datang melakukan aktifitas rohani di saat ia seharusnya melakukannya.

Wilayah yang ketiga adalah kehidupan emotional (emotional life). Emotional Ini berbicara berbagai ekspresi yang timbul akibat dari apa yang dirasakan dalam hati seseorang. Ingat, Kerajaan Sorga memiliki ciri khas dalam berekspresi dampak dari sukacita, damai sejahtera, rasa bersyukur, rasa kagum terhadap Tuhan, dan lain-lain yang kemudian termanifestasikan ke dalam mimik wajah, gestur, dan tindakan orang percaya yang memancarkan kemuliaan. Spirit of slumber akan membuat semuanya itu menjadi redup dan mati. Wilayah yang keempat adalah kehidupan mental (mental life). Yesus pernah menegur dua orang murid yang mengalami kekecewaan dengan mengatakan bahwa betapa bodoh dan lambannya mereka di dalam merespon dan bertindak untuk sesuatu yang Tuhan katakan.

(2) Menjadi “lonceng atau alarm pembangun” bagi sekeliling kita.

Efesus 5:11 Janganlah turut mengambil bagian dalam perbuatan-perbuatan kegelapan yang tidak berbuahkan apa-apa, tetapi sebaliknya telanjangilah perbuatan-perbuatan itu.

Kadang kita memerlukan jam wekker atau lonceng pembangun untuk membangunkan kita dari tidur agar tidak terlambat di dalam melakukan berbagai aktifitas atau ketika kita membutuhkan pengingat dalam membuat janji dengan seseorang. Namun kita juga butuh orang-orang yang bertindak sebagai “lonceng pembangun” atau bahkan kita seharusnya menjadi “lonceng pembangun” itu sendiri yang berfungsi untuk mengingatkan banyak orang ketika mungkin langkah pengiringan mereka kepada Tuhan mulai melemah, atau ketika rohani orang-orang mulai tertidur.

Betapa menyedihkannya di dalam sebuah komunitas, baik besar ataupun kecil, gereja ataupun keluarga, ketika tidak ada satu orang pun yang berfungsi sebagai pembangun anggotanya dari ketertiduran. Dibutuhkan orang-orang yang mampu bertindak sebagai pengingat akan visi Tuhan dan tuntunan Tuhan. Dibutuhkan orang-orang yang dapat mengingatkan satu dengan yang lainnya tentang langkah yang dikehendaki Tuhan. Dibutuhkan orang-orang yang dapat mengingatkan satu dengan yang lain tentang standar kebenaran. Ingat, di dalam gereja atau keluarga perlu ada orang-orang yang bertugas menjaga standar kebenaran. Jangan dibiarkan standar menjadi turun, melainkan harus terus dijaga sesuai standar yang dikehendaki Tuhan.

Mari jemaat Tuhan, siapapun mungkin terasa tidak nyaman apabila ia dikatakan mengalami ketertiduran rohani. Namun ketika anda melakukan diagnosa dengan jujur dan menemukan ciri-ciri itu ada pada anda, maka saatnyalah anda bersegera untuk bangun. Mintalah bantuan anggota keluarga, pasangan ataupun kakak rohani untuk menjadi “alarm pembangun” bagi anda, sekiranya anda belum bisa menjadi “alarm pembangun” bagi diri sendiri. Kejujuran dan keterbukaan adalah awal terjadinya sebuah revival dalam diri seseorang. Selamat berfungsi sebagai partaker of God’s movement.

Tuhan Yesus memberkati!

Bangun dari Ketertiduran Rohani (Pesan Gembala, 15 Januari 2023)

| Warta Jemaat |
About The Author
-