Bahu-Membahu di Garis Depan (Pesan Gembala, 21 November 2021)

BAHU-MEMBAHU DI GARIS DEPAN

Ulangan 25:17-19 (18) bahwa engkau didatangi mereka di jalan dan semua orang lemah pada barisan belakangmu dihantam mereka, sedang engkau lelah dan lesu. Mereka tidak takut akan Allah.

Tidak lama setelah bangsa Israel menyeberangi Laut Teberau selepas keluar dari Mesir, mereka berkemah di Rafidim, sebuah wilayah tandus di Gurun Sinai. Waktu itu orang Israel mengalami kehausan akan air yang amat sangat sehingga mereka melontarkan keluh kesah kepada Musa, lalu Tuhan menyediakan air dengan menyuruh Musa memukul gunung batu dengan tongkatnya maka keluarlah air. Peristiwa itu terkenal dengan sebutan peristiwa Masa dan Meriba.

Sementara mereka masih di Rafidim, belum lama pulih dari kehausannya, tiba-tiba datanglah bangsa Amalek melancarkan serangan mendadak kepada mereka. Hal ini sangat mengejutkan bangsa Israel, karena mereka sama sekali tidak menyangka akan adanya serangan yang tiba-tiba ini. Musa segera memerintahkan Yosua untuk memilih pasukan untuk keluar bertempur melawan Amalek. Sedangkan Musa naik ke gunung terdekat untuk berdoa demi keselamatan bangsa Israel.

Pasukan Israel di bawah kepemimpinan Yosua singkat cerita berhasil mengalahkan Amalek dalam pertempuran.

Setelah pertempuran, Tuhan memerintahkan Musa untuk merekam kisah serangan berbahaya Amalek ini demi kelangsungan keturunan bangsa Israel ke depan, dan sekaligus memerintahkan calon pengganti Musa kelak yaitu Yosua untuk sungguh-sungguh mengingat akan serangan hari itu. Tuhan memerintahkan bangsa Israel untuk sepenuhnya menghapus memori Amalek dari bumi, serta mengobarkan perang abadi dengan Amalek di setiap generasi.

Empat puluh tahun setelah peristiwa Rafidim, ketika bangsa Israel bersiap-siap untuk menyeberang sungai Yordan dan memasuki Tanah Perjanjian, kembali Musa mengulang untuk mengingatkan bangsa Israel tentang perintah untuk memerangi Amalek. Mengapa Tuhan melalui Musa sampai perlu mengingatkan kembali ancaman Amalek bagi umat Tuhan?

Inilah yang menjadi pesan Tuhan bagi kita. Amalek adalah bangsa yang menyimpan kebencian yang sangat besar kepada bangsa Israel. Mereka dipandang sebagai musuh utama bangsa Israel. Mereka tidak takut kepada Allah. Meskipun bangsa Amalek sudah lama tiada, namun cara kerja “amalek” yang dilakukan si musuh terhadap orang-orang percaya hari ini masih giat bekerja. Ini yang harus diwaspadai senantiasa oleh orang-orang percaya. Peperangan yang dilakukan oleh bangsa Israel terhadap Amalek ini adalah gambaran peperangan yang terus dilakukan oleh gereja Tuhan sampai hari ini melawan “amalek-amalek” yang mencoba menghadang perjalanan orang percaya ke tujuan Tuhan.

Tuhan mau setiap kita waspada tentang adanya gerakan si musuh yang bekerja menurut cara kerja bangsa Amalek, yaitu mendatangi di tengah jalan dan menghantam mereka yang kedapatan lemah, letih dan lesu pada barisan belakang.
Betapa menyedihkan ketika masih didapati adanya orang-orang percaya yang mengalami kekalahan.

Beberapa hal yang perlu kita perhatikan agar tidak menjadi orang percaya yang mudah dihantam oleh “amalek” di masa sekarang adalah:

(1). Terhubung dengan Tuhan, dapatkan kehendak dan kekuatan-Nya

Ulangan 25:17-19 (18) bahwa engkau didatangi mereka di jalan dan semua orang lemah pada barisan belakangmu dihantam mereka, sedang engkau lelah dan lesu. Mereka tidak takut akan Allah.

Pada saat bangsa Israel beristirahat dan berkemah di Rafidim setelah perjalanan cukup jauh, Amalek menyerang Israel. Strategi perang Amalek ialah menyerang pertahanan bagian belakang. Amalek sendiri berarti “dweller in a valley”, bangsa yang senang hidup di lembah dan mereka ingin agar orang lain juga berada di tempat yang sama seperti mereka: lembah penyesalan, lembah putus asa, lembah kehancuran, lembah menyalahkan diri sendiri atau menyalahkan orang lain, lembah keterpurukan, dan lain-lain. Tanpa disadari, tidak sedikit dijumpai orang-orang percaya yang terperosok ke wilayah “lembah” dalam hidupnya.

Siapakah orang-orang percaya yang mudah dihantam untuk dibawa turun ke “lembah”? Mereka yang memilih hanya untuk menjadi pengikut biasa (follower) tanpa tahu kemana dan harus melakukan apa. Orang yang demikian lama kelamaan akan mudah menjadi lelah dan lesu. Bayangkan diri anda berada di rangkaian paling belakang dari sebuah rombongan, dimana anda hanya mengikuti tanpa tahu akan dibawa kemana, bukankah ini sesuatu yang menjemukan? Orang-orang yang seperti ini adalah mereka yang mengiring Tuhan, namun tidak memiliki tujuan yang jelas. Mengiring Tuhan tanpa mau dibimbing dan diarahkan. Type ini sangat mudah untuk dihantam dari belakang dan dibawa turun ke “lembah.” Mentalitas seperti ini sulit untuk menaikkan panji-panji kemenangan di dalam Tuhan. Ingat, bahwa panji kemenangan hanya dikibarkan di tempat tinggi sedangkan mentalitas “amalek” adalah mentalitas “lembah.”

(2). Terhubung dengan baik/ bahu membahu di antara orang percaya/keluarga

Ulangan 25:17-19 (18) bahwa engkau didatangi mereka di jalan dan semua orang lemah pada barisan belakangmu dihantam mereka, sedang engkau lelah dan lesu. Mereka tidak takut akan Allah.

Bangsa Amalek adalah bangsa yang suka berperang dan menyergap tiba-tiba ketika barisan sedang berfokus pada “sesuatu.” Strategi yang sering dipakai oleh Amalek adalah menyerang bagian belakang dalam barisan peperangan secara tiba-tiba. Dalam barisan peperangan, bagian terdepan cenderung menjadi bagian yang terkuat, dan bagian belakang sering ditempatkan sebagai bagian yang terlemah. Karena berfokus pada peperangan di depan Medan area, kita kadang melupakan penjagaan di bagian belakang.

Pada peristiwa Ziklag, Daud lengah untuk menjaga kota Ziklag itu sendiri selagi perhatian mereka teralih pada hal lain. Di kota Ziklag, ada terdapat keluarga serta harta benda Daud dan para pengikutnya yang akhirnya berhasil ditawan oleh Amalek. Amalek masa kini berbicara tentang roh. Jangan sampai karena kita berfokus pada sesuatu yang kita anggap penting, namun keluarga atau hal-hal yang kian yang seharusnya kita jaga malah menjadi habis diserang oleh “Amalek.” Ingat, Israel akhirnya dapat menang karena kekuatan kesatuan tim yang saling terhubung dengan baik satu dengan yang lainnya. Karena hanya dengan kekuatan bersama yang saling terhubung dengan baiklah, maka Amalek baru dapat dikalahkan.

Mari jemaat Tuhan, “Amalek” sesungguhnya bukan suatu kekuatan yang harus ditakuti, asalkan kita sungguh-sungguh berada di pihak Tuhan dan melakukan apa yang dikehendaki Tuhan. Namun “Amalek” akhirnya bisa menjadi sosok yang menakutkan dan bisa menghancurkan ketika orang percaya berjalan dengan kepala yang tertunduk lesu, tanpa tahu apa yang harus dilakukan.

Tuhan Yesus memberkati!

Bahu-Membahu di Garis Depan (Pesan Gembala, 21 November 2021)

| Warta Jemaat |
About The Author
-