22 Oktober 2017 – Rela Berkorban Untuk Sesuatu Yang Lebih Penting

Filipi 2:30 Sebab oleh karena pekerjaan Kristus ia nyaris mati dan ia (Epafroditus) mempertaruhkan jiwanya untuk memenuhi apa yang masih kurang dalam pelayananmu kepadaku.
 
Sering kita mendengar berbagai kisah baik yang tercatat maupun yang tidak tercatat di Alkitab tentang tokoh-tokoh iman yang rela mengorbankan dirinya, mengenyampingkan kepentingan diri pribadinya untuk melakukan suatu tindakan demi untuk kepentingan orang lain. Bahkan ketika ia melakukannya, tidak ada seorang pun yang mengingat namanya atau pun berterimakasih kepadanya. Tindakan pengorbanan diri yang sulit dijelaskan ini menolong kita untuk memahami alasan mengapa Alkitab menyatakan kepada kita bahwa ada sejenis kasih yang jauh lebih berharga daripada pengetahuan atau iman yang terhebat sekalipun, yaitu kasih yang rela untuk berkorban (1 Kor. 13:1-3).
 
Tindakan seperti ini memang tidak mudah ditemukan. Hal inilah yang menyebabkan Rasul Paulus meratap karena lebih banyak orang hanya mempedulikan dirinya sendiri daripada berkorban demi Kristus. Itulah sebabnya, ia merasa bersyukur untuk Epafroditus, rekan sekerjanya yang “nyaris mati dan mempertaruhkan jiwanya” demi melayani orang lain (ay.30).
 
Jika kita berpikir bahwa kita tidak akan dapat mempertaruhkan hidup kita untuk orang lain, Epafroditus menunjukkan kepada kita langkah pertama dengan teladannya yang rela berkorban. Tindakan seperti ini adalah tindakan yang luar biasa dan bukan berasal dari diri kita sendiri. Tindakan ini berasal dari Roh Allah, yang dapat memberi kita kerinduan dan kemampuan untuk dapat melakukannya terhadap orang lain.
 
Banyak dari kita orang percaya mungkin awalnya berpikir bahwa pengorbanan adalah suatu gambaran yang indah. Gagasan yang menawan hati. Namun, tunggu sampai kita melalui satu pengorbanan ke pengorbanan lainnya. Ketika memulai pengiringan, mengawalinya dengan tekad yang berkobar-kobar. Kita ingin melayani karena kita mengasihi Tuhan dan ingin menyenangkan hati-Nya. Saat itu rasanya kita siap untuk melakukan apa pun juga. Namun, seberapa banyak dari kita, yang ketika sampai di suatu titik, merasa bahwa pengorbanan yang dilakukan sudah terlalu banyak? Rasanya mulai terasa merugi. Kita menjadi semakin lelah dengan semua pengorbanan kita. Kemudian tanpa kita sadari, kita mulai tawar-menawar dengan Tuhan. Kita mencoba untuk menegosiasikan apa yang rela kita korbankan dan tidak.
 
Inilah yang menjadi pesan Tuhan bagi kita di minggu ini. Tidak ada pekerjaan Tuhan yang dapat kita kerjakan dengan benar tanpa kita rela mengorbankan kepentingan diri kita dalam melakukannya. Tidak ada visi Tuhan yang dapat kita capai tanpa melibatkan pengorbanan pribadi kita dalam mencapainya. Kerelaan seseorang untuk siap berkorban bagi Tuhan, membuat Tuhan melirik dirinya untuk dilibatkan dalam rencana-Nya yang besar. Yesus sendiri telah mengajarkan makna sebuah pengorbanan dengan cara menyerahkan nyawa-Nya di atas kayu salib demi untuk kita.
 
Beberapa pengertian tentang apa yang dimaksud dengan tindakan rela berkorban untuk sesuatu yang lebih penting di antaranya adalah:
 
(1). Rela mengenyampingkan kenyamanan diri sendiri
 
Kej. 44:33 Oleh sebab itu, baiklah hambamu ini tinggal menjadi budak tuanku menggantikan anak itu, dan biarlah anak itu pulang bersama-sama dengan saudara-saudaranya.
 
Pengorbanan adalah tindakan memilih untuk tidak melakukan sesuatu yang baik demi melakukan sesuatu yang lebih baik. Ada banyak pengorbanan yang dilakukan Tuhan dan manusia, salah satunya kisah pengorbanan Yehuda. Tindakan Yusuf (ayat 1) membuat para saudaranya terpaksa kembali ke Mesir karena pialanya kedapatan ada di karung Benyamin. Saat sampai di rumah Yusuf, mereka mendapati kenyataan bahwa Benyamin harus dihukum menjadi budak dengan tuduhan mencuri piala (ayat 17). Yehuda tahu, anak dan istrinya di rumah menantikan kedatangannya, namun ia memilih mengorbankan dirinya untuk mengantikan posisi adiknya karena tahu Benyamin sangat berharga bagi Yakub. Yehuda tahu Yakub bisa mati karena sedih (ayat 31) kalau Benyamin tak pulang, sehingga ia mengorbankan perasaan dan tubuhnya untuk menjadi budak.
 
Bapa sorgawi dan sebagian tokoh-tokoh dalam Alkitab sudah melakukan pengorbanan. Bapa mengorbankan Anak-Nya karena Dia tahu itulah yang terbaik untuk kita. Kita bisa hidup sampai hari ini karena ada banyak orang rela berkorban bagi kita dari kita bayi sampai sekarang. Sudahkah kita berkorban untuk orang-orang yang terkasih? Untuk membuktikan kasih, dalam prakteknya kita harus berkorban. 
 
(2). Rela menderita demi Kristus
 
Flp. 1:29 “Sebab kepada kamu dikaruniakan bukan saja untuk percaya kepada Kristus, melainkan juga untuk menderita untuk Dia.”
 
Jika seseorang ingin percaya pada Yesus, apa yang harus ia lakukan? Kita semua akan berkata, bahwa untuk menjadi seorang pemercaya Kristus, orang itu hanya perlu membuka hati dan menerima Yesus Kristus sebagai Tuhan, Juruselamat dan Raja segala raja dalam hidupnya. Hanya perlu percaya bahwa Yesus telah dipakukan di kayu salib karena dosa dunia, dan Dia telah dibangkitkan pada hari yang ketiga. Hanya itu saja yang diperlukan, tidak perlu membayar apa-apa.” Ketika datang pertanyaan selanjutnya, apa yang harus dilakukan untuk menjadi seorang pengikut Yesus? Maka jawabannya adalah apakah orang itu siap untuk membayar harga. Dimulai dengan membiasakan diri dalam membangun hubungan dengan Tuhan lewat doa, pujian, firman Tuhan dan persekutuan orang-orang percaya.
 
Namun ketika pertanyaannya semakin meningkat, apa yang harus dilakukan untuk seseorang bisa melayani Tuhan. Maka jawabannya adalah, apakah ia rela menderita untuk Kristus? Artinya, siapkah ia rela mengobankan banyak hal dalam hidupnya demi melakukan kehendak Tuhan di dalam pengiringannya. Paulus dengan jelas menyatakan persyaratan untuk menjadi seorang pemercaya Kristus. Menjadi seorang Kristen, selain dari percaya pada Kristus, adalah untuk turut menderita demi Dia.
 
Mari umat Tuhan, mungkin kita selalu mengira bahwa adalah cukup untuk sekedar menjadi seorang pemercaya yang baik, tapi ternyata untuk mengiring bahkan melayani Tuhan dan menggenapi visi Tuhan tidaklah cukup untuk hanya sekedar percaya saja, tapi kita harus rela berkorban bahkan menderita demi Kristus. Percaya dan rela berkorban itu beriringan, saling berkaitan. Selamat melaksanakan visi Tuhan!
 
Tuhan Yesus memberkati!

22 Oktober 2017 – Rela Berkorban Untuk Sesuatu Yang Lebih Penting

| Warta Jemaat |
About The Author
-