Bil.11: 12 Akukah yang mengandung seluruh bangsa ini atau akukah yang melahirkannya, sehingga Engkau berkata kepadaku: Pangkulah dia seperti pak pengasuh (=nursing father/ayah yang menyusui) memangku anak yang menyusu, berjalan ke tanah yang Kaujanjikan dengan bersumpah kepada nenek moyangnya?
Inilah perkataan Musa menanggapi perilaku bangsa Israel sekaligus meresponi perintah Tuhan kepada Musa yaitu untuk membawa bangsa Israel menuju Tanah Perjanjian sambil tetap memberikan “makanan” yang sehat kepada bangsa itu. Musa tidak menyadari bahwa ia dipilih Tuhan bukan hanya sekedar untuk menghantar bangsa Israel mencapai Tanah Perjanjian saja, namun juga untuk mempersiapkan suatu angkatan yang layak untuk memasuki dan menguasai Tanah Perjanjian. Dibalik semua itu sebetulnya Tuhan bukan hanya sedang mempersiapkan satu orang Yosua saja, namun Tuhan sebetulnya rindu akan munculnya “Yosua-Yosua” lainnya.
Pesan Tuhan ini masih merupakan peneguhan dari pesan Tuhan sebelumnya (Warta 15/1/2012), yaitu tentang bagaimana kita harus menjadi orang-orang yang harus mempersiapkan suatu generasi penerus (generasi yang ilahi) sejak sekarang ini, yaitu anak-anak kita (baik yang kita kandung sendiri, maupun yang tidak) untuk kita “susui”, yaitu kita didik, muridkan, perlengkapi, dan untuk dilepaskan pada saatnya. Musa awalnya sempat protes kepada Tuhan tentang umat Israel yang tidak ia kandung dan lahirkan, namun harus disusuinya. Tetapi akhirnya ia menyadari bahwa apa yang ia lakukan ternyata pada akhirnya menghasilkan suatu generasi penerus yang tangguh, yaitu seorang yang bernama Yosua.
Apa yang kita dapat tangkap lewat pesan Tuhan di atas?
(1). Generasi yang berkualitas lahir dari orang tua yang menangkap tujuan Tuhan
Kita tahu bahwa hari-hari ini, gereja hampir kehilangan generasi penerusnya, yaitu generasi yang akan Tuhan pakai luar biasa untuk mengubahkan dunia. Penyebabnya adalah ketidak-siapan para orang tua untuk memuridkan anak-anaknya. Banyak dari mereka yang tenggelam dalam kesibukan mereka, bahkan tenggelam dalam pelayanannya, atau ada pula orang tua yang hadir secara jasmani di rumah namun yang tidak melakukan fungsi yang seharusnya kepada anak-anaknya. Ketika para orang tua tidak siap untuk memuridkan dan mempersiapkan anak-anaknya untuk tujuan Kerajaan Allah, maka dunia dengan segala kenikmatannya siap untuk menggantikan peran dari orang tua. Bedanya, didikan yang dari dunia akan berakhir pada kehancuran.
Rasul Paulus pun menangkap tujuan Tuhan akan perlunya dilahirkan generasi-generasi penerus yang berdampak. Meskipun ia tidak memiliki anak kandung, namun ia melahirkan dan merawat banyak anak-anak rohani yang berkualitas dengan tujuan agar misi Kerajaan digenapi. Sering orang menganggap bahwa tugas mendidik dan mengasuh anak adalah hanya tugas kaum ibu semata-mata, karena mereka menganggap bahwa hal itu sudah menjadi satu bagian dengan proses mengandung, melahirkan, dan menyusui. Namun bagi Musa dan rasul Paulus tugas “melahirkan” dan “menyusui” (memberi makanan rohani/jasmani, mendidik, mengasuh, dan mengajar anak) adalah tugas yang juga dipercayakan kepada mereka sebagai pemimpin-pemimpin. 1 Tes. 2: 7 Tetapi kami berlaku ramah di antara kamu, sama seperti seorang ibu mengasuh (=nursing mother/ibu yang menyusui) dan merawati anaknya.
(2). Makanan yang berkualitas menentukan pertumbuhan sebuah generasi
1 Pet. 2: 2 Dan jadilah sama seperti bayi yang baru lahir, yang selalu ingin akan air susu yang murni (=firman Tuhan yang murni) dan yang rohani, supaya olehnya kamu bertumbuh dan beroleh keselamatan,
Adalah kerinduan semua orang-tua untuk melihat anak-anaknya mengalami pertumbuhan rohani yang pesat dan dipercayakan banyak hal besar oleh Tuhan. Namun satu hal yang harus kita perhatikan, pertumbuhan seseorang tidak dapat dipisahkan dengan kualitas makanan yang dikonsumsinya. Merindukan pertumbuhan rohani yang baik, tanpa memberikan makanan yang “bergizi” adalah sesuatu yang mustahil. Adalah tugas setiap orang-tua untuk tidak sekedar asal-asalan memberikan makanan pada anak-anaknya, dengan harapan yang penting cepat besar, tanpa memperhatikan pertumbuhan rohaninya.
Pemazmur dalam Maz. 78: 1- 8 belajar banyak dari sejarah nenek moyang mereka yang banyak dibinasakan Tuhan di padang gurun karena dosa pemberontakan, ketidak-percayaan kepada Tuhan, dan hati yang tidak tetap kepada Tuhan. Hal itu terjadi disebabkan karena generasi di masa itu tidak pernah mendapatkan pengetahuan akan Allah yang cukup dari generasi yang sebelumnya. Belajar dari pengalaman masa lalu, maka pemazmur menetapkan untuk mengajarkan kepada anak-anak mereka:
a. Amsal (ay. 2)
b. Puji-pujian (ay. 4)
c. Kekuatan dan perbuatan-perbuatan Tuhan (ay. 4)
d. Firman Tuhan (hukum, ketetapan, perintah, peringatan Tuhan) (ay. 5)
Maz. 78: 6- 7 supaya dikenal oleh angkatan yang kemudian, supaya anak-anak, yang akan lahir kelak, bangun dan menceritakannya kepada anak-anak mereka, supaya mereka menaruh kepercayaan kepada Allah dan tidak melupakan perbuatan-perbuatan Allah, tetapi memegang perintah-perintah-Nya;
Mari umat Tuhan, pada kita (berapapun tingkat usia kita), Tuhan telah memberikan mandat Kerajaan Sorga yaitu untuk mempersiapkan dan melahirkan suatu generasi ilahi yang membawa gambar dan rupa Allah untuk mengimpartasikan pengarhpuh ilahi kepada dunia, supaya dunia yang dipercayakan kepada kita dipenuhi dengan orang-orang yang mengelu-elukan Yesus Kristus sang Raja segala raja.
Tuhan Yesus memberkati!