Keluaran 4:2 TUHAN berfirman kepadanya: “Apakah yang di tanganmu itu?” Jawab Musa: “Tongkat.”
Ketika Musa merasa ragu bahwa Firaun dan orang-orang di Mesir akan percaya kepada perkataannya, maka Tuhan berfirman kepada Musa dan bertanya apa yang ada di tangannya. Lalu Musa menjawab, bahwa di tangannya ada tongkat. Lalu Tuhan menyuruh Musa melemparkan tongkatnya, dan tongkat itu berubah menjadi ular. Setelah itu Tuhan menyuruh Musa mengulurkan tangannya serta memegang ekornya, maka ular itu kembali menjadi tongkat di tangannya. Hal itu dilakukan Tuhan dengan maksud agar setiap orang yang melihatnya, termasuk Musa sendiri, menjadi percaya bahwa Tuhan, Allah nenek moyang mereka, telah menampakkan diri kepada mereka.
Seringkali masih banyak didapati orang percaya yang tidak berbuah hidupnya, karena merasa bahwa mereka tidak memenuhi kualifikasi sebagai orang-orang yang mampu melakukan apa yang Tuhan percayakan kepada mereka. Mereka mencari-cari sesuatu yang ada di luar mereka yang dianggap dapat membantu untuk melakukan pekerjaan Tuhan.
Ketakutan iblis sebenarnya bukan semata-mata karena keberadaan kita sebagai seorang Kristen, melainkan lebih disebabkan oleh keterlibatan kita sebagai pemercaya Kristus yang aktif di dalam pekerjaan Tuhan. Apabila para pemercaya didapati berada dalam keadaan diam dan tidak produktif, maka pada saat itu juga kekristenan akan berhenti berdampak dan tersebar. Tentu saja musuh mengetahui situasi ini dan akan memanfaatkannya demi keuntungannya sendiri.
Panggilan Tuhan di dalam kehidupan setiap orang percaya tidak perlu diragukan lagi. Kita dipanggil untuk terlibat dan menjadi aktif di dalam pekerjaan Tuhan. Pertanyaan yang seringkali muncul adalah “bagaimana cara melakukannya?” Alkitab mencatat bahwa setiap orang percaya telah memiliki hal-hal yang dibutuhkan untuk dapat melakukan apa yang Tuhan perintahkan kepada kita. Hal selanjutnya yang perlu kita lakukan adalah mengijinkan dan memercayakan Tuhan untuk menyentuh area yang kita miliki tersebut agar bisa menjadi efektif bagi Kerajaan-Nya. Seperti Musa yang awalnya merasa tidak mampu dan tidak memiliki apa-apa untuk bisa melaksanakan perintah Tuhan, namun ternyata segala yang ia perlukan sudah ada pada dirinya.
Inilah yang menjadi pesan Tuhan bagi kita, hai para pahlawan-Nya Tuhan. Semua yang diperlukan untuk bisa melaksanakan visi dan perintah-Nya telah Tuhan berikan dan sudah ada pada kita, di antaranya adalah waktu, talenta, dan segala “harta terpendam” lainnya. “Kunci-kunci” itu sudah ada di dalam genggaman tangan setiap kita. Hal yang perlu dilakukan selanjutnya adalah mengijinkan kuasa dan jamahan tangan Tuhan untuk menyentuh kehidupan kita dan mengaktivasinya.
Seringkali iblis mengolok-olok orang percaya dengan berkata bahwa mana mungkin kita bisa melakukan pekerjaan Tuhan yang besar karena kita tidak memiliki apa-apa yang dapat digunakan. Kalaupun ada, itu hanyalah hal-hal yang tidak berarti, yang sangat sedikit dan terkadang dianggap memalukan. Tetapi mari kita lihat apa yang terjadi apabila Tuhan tidak campur tangan di dalamnya.
(1). Yang kita miliki mungkin hanyalah sesuatu yang tidak berarti
Hak. 15:15 Kemudian ia menemui sebuah tulang rahang keledai yang masih baru, diulurkannya tangannya, dipungutnya dan dipukulnya mati seribu orang dengan tulang itu.
Adalah seorang nasir Allah bernama Simson. Sejak ia lahir Tuhan telah memisahkan dirinya dan menunjuknya sebagai hakim bagi bangsa Israel. Meskipun hidupnya berakhir dengan tragis akibat ketidaktaatannya akan hukum Tuhan, namun semasa hidupnya termasuk di akhir hidupnya Tuhan telah memakainya di dalam banyak kemenangan, khususnya saat berhadapan dengan orang-orang Filistin.
Pada suatu hari Simson dikepung oleh pasukan tentara orang-orang Filistin yang besar jumlahnya, namun ia tidak memiliki senjata apapun semisal pedang ataupun perisai yang bisa digunakan sebagai alat untuk melawan para musuhnya itu. Pada saat lawan mendesaknya, Alkitab mencatat, Simson hanya menemukan sebuah rahang keledai yang masih baru. Secara logika, apa yang dapat ia lakukan dengan rahang keledai itu? Suatu benda yang tidak memiliki arti dan fungsi apa-apa selain dibuang begitu saja. Tetapi saat itu hanya benda itu yang ada di tangan Simson, namun ia memercayakan apa yang ada di tangannya itu kepada Tuhan. Dan lihat apa yang terjadi! Saat itu, dengan rahang keledai itu Simson mengalahkan seribu orang Filistin. Sungguh sebuah kemenangan yang besar. Apakah rahang keledai yang telah memberinya kemenangan? Bukan! Melainkan pribadi yang memegang rahang keledai tersebut dan yang telah bersedia menyerahkan dirinya kepada Tuhan serta membiarkan Tuhan menggunakan apa yang ada di tangannya itulah yang membawa kemenangan besar tersebut.
(2). Yang kita miliki mungkin hanyalah sesuatu yang sangat sedikit
1 Raj. 17:12a Perempuan itu menjawab: “Demi TUHAN, Allahmu, yang hidup, sesungguhnya tidak ada roti padaku sedikit pun, kecuali segenggam tepung dalam tempayan dan sedikit minyak dalam buli-buli. …
Ketika sungai Kerit telah menjadi kering, Tuhan menyuruh Elia, hamba-Nya, untuk pergi ke Sarfat dan diam di sana. Tuhan juga berkata bahwa nanti akan ada seorang janda yang akan memberinya makan. Sesampainya di Sarfat, tampaklah seorang janda sedang mengumpulkan kayu api. Elia lalu berseru kepada janda itu untuk memberikan kepadanya sedikit air dalam kendi agar ia dapat minum. Setelah itu Elia berseru meminta sepotong roti untuk dirinya. Perempuan itu menjawab bahwa jangankan sepotong roti, yang ada padanya hanyalah segenggam tepung dan sedikit minyak dalam buli-buli. Apatah yang dapat ia lakukan dengan sesuatu yang serba sedikit itu.
Elia berkata bahwa meskipun yang dimiliki janda itu begitu sedikit dan sepertinya tidak berarti apa-apa, namun ia tetap menyuruhnya pulang dan membuatkan baginya sepotong roti bundar kecil dan membawanya kembali kepadanya untuk dimakan. Sejak itu, sesuatu yang luar biasa terjadi. Tuhan membuat tepung dalam tempayan janda itu tidak habis dan minyak dalam buli-bulinya pun tidak berkurang. Apa yang akan terjadi seandainya janda itu tetap mempertahankan sedikit tepung dan sedikit minyak bagi dirinya dan tidak memberikannya kepada Elia karena merasa tidak memiliki arti apa-apa untuk dipersembahkan bagi Tuhan? Pastilah ia akan tetap kelaparan.
Umat Tuhan, seringkali kita tidak menyadari bahwa Tuhan telah memercayakan kita banyak hal yang dapat digunakan bagi pekerjaan dan perluasan Kerajaan-Nya. Semua “kunci-kunci” itu sudah diberikan dan sudah ada dalam genggaman tangan kita, namun seringkali kita tidak menyadarinya, karena kita merasa hal-hal tersebut tidak berarti apa-apa. Memang benar hal itu tidak akan berarti apa-apa sampai kita berani menyerahkannya ke dalam tangan Tuhan yang dahsyat untuk digunakan sebagai alat-Nya. Selamat dipakai sebagai alat Tuhan yang luar biasa!
Tuhan Yesus memberkati!

15 Maret 2015 – Kunci Sudah Ada Di Tangan Kita

| Warta Jemaat | 0 Comments
About The Author
-

You may use these HTML tags and attributes: <a href="" title=""> <abbr title=""> <acronym title=""> <b> <blockquote cite=""> <cite> <code> <del datetime=""> <em> <i> <q cite=""> <s> <strike> <strong>

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.