Yohanes 21:21-22 Ketika Petrus melihat murid itu, ia berkata kepada Yesus: “Tuhan, apakah yang akan terjadi dengan dia ini?” Jawab Yesus: “Jikalau Aku menghendaki, supaya ia tinggal hidup sampai Aku datang, itu bukan urusanmu. Tetapi engkau: ikutlah Aku.”
Sebelum berjumpa dengan Yesus lalu meninggalkan profesi mereka untuk mengikut Dia, kebanyakan dari murid-murid Yesus adalah para penjala ikan. Perjumpaan mereka dengan Yesus mengubah kehidupan mereka dari penjala ikan menjadi penjala manusia. Namun setelah peristiwa kematian Yesus di atas kayu salib, murid-murid bagaikan anak ayam kehilangan induknya. Mereka tidak tahu apa yang harus dilakukan kecuali kembali ke profesi lama mereka, yaitu sebagai nelayan, penjala ikan.
Setelah kebangkitan-Nya, Yesus lalu menampakkan diri kepada para murid di dalam berbagai kesempatan. Tujuannya adalah mengingatkan mereka kembali akan apa yang telah Tuhan tetapkan bagi mereka masing-masing, yaitu mengenai rencana Kerajaan Sorga yang harus digenapi lewat mereka.
Dalam percakapan pribadinya bersama Simon, Yesus mengingatkan kembali akan rencana Tuhan dalam hidupnya, bahwa apabila ia sungguh-sungguh mengasihi Yesus maka ada hal besar yang harus ia lakukan, yaitu menggembalakan domba-domba-Nya (Yoh. 21:15-17). Sampai tiga kali Yesus menanyakan pertanyaan yang sama kepada Simon demi untuk mengingatkannya akan rencana Kerajaan Sorga dalam hidupnya. Dengan harapan hal itu membuat Simon mengerti akan tugas dan panggilannya.
Setelah percakapan selesai, kemudian Simon Petrus melihat Yohanes yang sedang berjalan mengikutinya, maka dengan rasa ingin tahu yang besar Simon Petrus mencoba bertanya kepada Yesus tentang apa yang akan terjadi dengan Yohanes. Apakah yang Sorga rancangkan bagi Yohanes. Lalu Yesus menegur Simon Petrus dengan berkata bahwa itu bukan urusannya! Yang harus ia lakukan adalah memfokuskan diri untuk tetap mengiring Yesus dengan setia dan melaksanakan panggilannya.
Inilah yang menjadi pesan Tuhan bagi kita, yaitu tetap berfokus pada panggilan Tuhan dalam hidup kita masing-masing. Seringkali tanpa disadari banyak orang percaya yang bertindak seperti murid Yesus yang begitu mudahnya melupakan panggilan Tuhan dalam hidupnya, terlebih saat menghadapi masa-masa Yesus ditangkap dan disalibkan. Atau bahkan seperti Simon Petrus yang kerap lebih sibuk dengan keingintahuannya akan hidup Orang lain daripada panggilan Tuhan dalam hidupnya.
Beberapa hal yang perlu kita pahami berkaitan dengan rencana Tuhan dalam hidup kita antara lain:
(1). Memahami kasih Yesus dalam kehidupan kita
Yoh. 21:15 …”Simon, anak Yohanes, apakah engkau mengasihi Aku lebih dari pada mereka ini?” Jawab Petrus kepada-Nya: “Benar Tuhan, Engkau tahu, bahwa aku mengasihi Engkau.” Kata Yesus kepadanya: “Gembalakanlah domba-domba-Ku.”
Saat menemui Simon yang kembali menjadi seorang penjala ikan, Yesus mencoba mengingatkan dia akan karya kasih Kristus bagi seluruh umat manusia. Bahkan ketika percakapan itu berlangsung, bukankah belum lama berselang Yesus baru saja bangkit dari kematian. Untuk apa Yesus sampai harus mati di atas kayu salib? Tujuannya tidak lain adalah untuk mengembalikan manusia yang sudah jatuh dalam dosa kepada rencana Allah Bapa di Sorga. Karena begitu besar kasih-Nya akan umat manusia, sampai Allah rela turun ke dunia sebagai seorang manusia dan mengalami penderitaan serta kematian di atas kayu salib demi memulihkan hubungan manusia dengan Allah Bapa.
Orang yang memahami karya kasih Allah yang sedemikian luar biasa ini mestinya sadar bahwa ia diselamatkan oleh Yesus bukan tanpa maksud dan tujuan, melainkan untuk menangkap dan melanjutkan rencana Allah sampai hari kedatangan-Nya. Oleh sebab itu, saat berhadapan dengan Simon Petrus, yang pertama-tama Yesus tanyakan adalah apakah ia sungguh-sungguh mengasihi-Nya. Sampai tiga kali Yesus bertanya kepada Simon Petrus tentang hal yang sama. Karena orang yang mengasihi Yesus, mestinya tidak akan menyimpan kasih-Nya untuk diri mereka sendiri, melainkan menyalurkannya kembali. Itulah sebabnya Tuhan membawanya kembali kepada rencana-Nya semula, yaitu menggembalakan domba-domba-Nya.
(2). Fokus dengan apa yang Tuhan percayakan
Yoh. 21:21-22 Ketika Petrus melihat murid itu, ia berkata kepada Yesus: “Tuhan, apakah yang akan terjadi dengan dia ini?” …itu bukan urusanmu. Tetapi engkau: ikutlah Aku.”
Ditegurnya Petrus oleh Yesus bukanlah karena Petrus tidak boleh bertanya sesuatu tentang diri Yohanes, sesama rekan sepelayanannya, namun karena Yesus mengetahui bahwa ternyata fokus perhatian Petrus lebih kepada keingintahuannya akan rencana Tuhan bagi diri orang lain, daripada rencana Tuhan bagi dirinya sendiri. Itulah sebabnya, Yesus berkata kepada Petrus bahwa itu bukanlah urusannya. Yang harus Petrus perhatikan adalah bagaimana agar ia dapat mengiring Yesus dengan setia dan melakukan apa yang seharusnya ia lakukan sehingga rencana Sorga melalui dirinya tergenapi.
Disadari atau tidak, itulah yang seringkali terjadi di dalam komunitas kehidupan orang-orang percaya. Fokus tujuan hidupnya seringkali sudah bergeser dari tujuan semula Kerajaan Sorga, gara-gara lebih sibuk memperhatikan apa yang sedang Tuhan lakukan bagi diri orang lain, dari pada apa yang sedang Tuhan mau lakukan bagi dirinya sendiri.
Saat Tuhan menetapkan gereja-gereja-Nya di bumi ini dan ketika Tuhan memilih kita untuk menjadi bagian dari alat Kerajaan-Nya, tentunya ada begitu banyak karunia-karunia rohani dan berbagai macam posisi di dalam pelayanan yang Ia percayakan. Dan semua itu ditetapkan Tuhan bagi setiap gereja dan hamba-Nya masing-masing menurut kedaulatan dan kebijaksanaan-Nya. Beberapa orang menerima tanggung jawab dan otoritas yang lebih besar dari yang lainnya. Namun apakah ini adalah suatu bentuk “pilih kasih” dari Tuhan terhadap milik kesayangan-Nya? Tentu saja tidak. Ini adalah semata-mata demonstrasi dari kebajikan dan kehendak-Nya yang luar biasa. Betul, bahwa kita tidaklah sama satu dengan yang lainnya, namun kita semua memiliki Tuhan Yesus yang sama. Kita tidaklah serupa, tetapi setiap kita membawa berbagai karunia dan talenta yang bermacam-macam yang digunakan untuk membangun satu tubuh dan keluarga Allah. Oleh sebab itu tidaklah beralasan kalau kita mengabaikan tujuan Kerajaan Sorga yang Tuhan sudah percayakan dalam hidup kita dan lebih memperhatikan orang lain atau bahkan menganggapnya sebagai ketidakadilan.
Tuhan Yesus memberkati!