1 Petrus 2:1-3 (1) Karena itu buanglah segala kejahatan, segala tipu muslihat dan segala macam kemunafikan, kedengkian dan fitnah.

Masalah besar yang masih menjadi “pekerjaan rumah” di bangsa kita Indonesia ini bukan hanya persoalan korupsi ataupun peredaran narkoba saja, melainkan juga hal remeh seperti kebiasaan membuang sampah sembarangan. Banyak masyarakat yang belum benar-benar peduli akan kebersihan lingkungan. Sampah dapat menghilangkan rasa nyaman, merusak pemandangan, mengganggu kesehatan, bahkan mengakibatkan banjir. Setiap saat sampah dibiarkan begitu saja tercecer, setiap waktu sampah dihamburkan. Akibatnya, sampah ditemukan di mana-mana: di jalanan, taman, pasar, tanah kosong sampai bantaran sungai. Tak peduli seberapa gencarnya himbauan untuk tidak buang sampah sembarangan, bahkan dengan plang besi bertulisan besar-besar, namun kenyataannya sampah tetap bertebaran di mana-mana.

Yang memprihatinkan, para pembuang sampah tak bisa lagi diidentifikasi sebagai si A atau si B, tapi sudah mencakup semua orang. Mulai dari orang dewasa, remaja maupun anak-anak, baik di lingkungan keluarga, sekolah, dari orang miskin sampai orang kaya. Tingkat pendidikan, profesi maupun status sosial tak menjamin seseorang dapat memperlakukan sampah sebagaimana harusnya. Bagaimana dengan kita sebagai orang-orang percaya dalam Kristus, apakah begitu juga cara kita memperlakukan sampah? Seharusnya tidak!

Saat kita melihat sampah yang berserakan, tentu saja kita akan membersihkannya lalu membuangnya ke tempat pembuangan sampah, sebab penimbunan sampah sangatlah tidak baik terutama bagi kesehatan kita. Begitu juga dalam kehidupan ini, kita harus membuang “sampah” kehidupan yang ada dalam diri kita, supaya hidup kita menjadi berkenan di hadapan Tuhan. Seringkali tanpa disadari selama ini kita telah menimbun hal-hal yang tidak penting di dalam kehidupan kita sehingga menjadi “sampah.”

Janganlah membiarkan hal-hal negatif termasuk perkataan atau sikap orang lain yang tidak berkenan disimpan di dalam hati. Sebaliknya, isilah hati kita dengan kasih Allah serta pengampunan. Menjaga perasaan memang tidak mudah, oleh karena itu mintalah kasih Tuhan memenuhi hati kita. Kalaupun kita disakiti oleh sesama, serahkan semuanya kepada Tuhan. Tetap belajar untuk bersukacita, dalam kondisi apapun yang kita alami, jangan sampai menyimpan kepahitan, kita harus belajar untuk tetap rendah hati dan dapat memberikan pengampunan.

Inilah yang menjadi pesan Tuhan bagi kita di minggu ini. Lagi-lagi Tuhan masih memberikan pesan yang sama dari sejak lima minggu terakhir, yaitu tentang menjadi teladan atau role model. Tuhan memerintahkan setiap kita agar bersedia membuang segala sampah yang ada di dalam diri kita. Ketika “sampah-sampah” dibiarkan tertimbun di dalam hidup orang percaya, kita dapat membayangkan hal-hal apa yang akan keluar dari dalam dirinya selain sampah juga.
Melalui pesan ini, kita akan belajar minimal ada beberapa cara sering orang-orang lakukan dalam mengatasi sampah, beberapa di antaranya adalah:

(1). Mengumpulkannya

1 Kor. 13:5 Ia tidak melakukan yang tidak sopan dan tidak mencari keuntungan diri sendiri. Ia tidak pemarah dan tidak menyimpan kesalahan orang lain.

Hari-hari ini ada orang-orang yang dapat mengelola sampah menjadi sebuah komoditi yang menguntungkan, yaitu dengan cara mengumpulkannya lalu mendaur-ulang bahan-bahan tertentu seperti plastik, kardus, ataupun bahan-bahan lainnya yang sengaja dikumpulkan untuk kemudian diolah kembali oleh pabrik menjadi produk yang baru. Namun ada juga orang-orang yang sengaja membiarkan sampah-sampah tertimbun begitu saja di sekitarnya tanpa berupaya untuk mengolah atau membersihkannya. Alhasil, mulailah timbul berbagai kecemaran seperti kuman, virus yang mengakibatkan timbulnya wabah sakit penyakit yang merugikan dirinya serta lingkungan.

“Wabah penyakit” itu dapat terjadi juga dalam kehidupan orang-orang percaya ketika mereka mulai menyimpan kesalahan orang lain. Di saat itulah dikatakan bahwa orang itu sedang mengumpulkan “sampah” dalam kehidupannya. Hanya melalui kasih Kristus yang diperoleh melalui sebuah jalinan keintiman serta kebenaran yang dibangun, maka seseorang dapat melepaskan pengampunan serta tidak memperhitungkan kesalahan orang lain.

(2). Menghamburkannya

Yakobus 4:11a Saudara-saudaraku, janganlah kamu saling memfitnah! Barangsiapa memfitnah saudaranya atau menghakiminya, ia mencela hukum dan menghakiminya; …

Rusaknya lingkungan di komunitas tempat kita tinggal, maupun di ruas-ruas jalan yang kita lalui seringkali diakibatkan oleh orang-orang yang tidak memiliki kesadaran dan tanggung jawab untuk membuang sampah di tempat yang telah disediakan. Mereka dengan seenaknya melemparkan sampah dan sisa-sisa makanan di sembarang tempat. Akibatnya, bukan saja kekotoran, namun bisa menimbulkan dampak lain yang lebih serius.

Ternyata hal “menghambur-hamburkan sampah” acapkali tanpa disadari dilakukan juga oleh orang-orang percaya, yaitu ketika mereka mendengar sebuah gosip. Jika mereka hanya sekedar mendengar dan meredam gosip tersebut, tentu masalahnya takkan menjadi begitu serius. Namun, pengumpul gosip ini acap kali “mengotori tempat-tempat umum”, dan bersikeras menebarkan sampah gosip di sepanjang jalan kehidupan. Akibatnya, gosip yang tadinya sekedar berita kecil akhirnya menjadi fitnahan yang merusak hidup orang lain.

Mari jemaat Tuhan, masih ada satu cara lain yang dapat kita lakukan sebagai orang percaya dalam mengatasi “sampah-sampah” dalam hidupnya, yaitu dengan cara “membuangnya” di tempat yang telah disediakan. Dengan cara itu, maka kita akan dapat tampil sebagai seorang role model yang senantiasa membawa keharuman nama Kristus.

Tuhan Yesus memberkati!

07 Agustus 2016 – Membuang Segala Sampah (Menjadi Role Model)

| Warta Jemaat | 0 Comments
About The Author
-

You may use these HTML tags and attributes: <a href="" title=""> <abbr title=""> <acronym title=""> <b> <blockquote cite=""> <cite> <code> <del datetime=""> <em> <i> <q cite=""> <s> <strike> <strong>

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.