Ujilah Hati Lebih Lagi (Test Motivasi) (Pesan Gembala, 21 Juli 2024)

UJILAH HATI LEBIH LAGI (TEST MOTIVASI)

Zakharia 7:5-6 (5) “Katakanlah kepada seluruh rakyat negeri dan kepada para imam, demikian: Ketika kamu berpuasa dan meratap dalam bulan yang kelima dan yang ketujuh selama tujuh puluh tahun ini, adakah kamu sungguh-sungguh berpuasa untuk Aku?  (MSG.: were you doing it for me?)

Ayat 2 dan 3 menulis bahwa ada penduduk Betel yang diutus untuk bertanya kepada imam dan nabi apakah mereka boleh tidak usah berpuasa lagi. Dahulu mereka berpuasa agar mereka boleh kembali ke tanah Israel. Sekarang mereka bertanya apakah puasa masih harus mereka lanjutkan? Bahwa bukankah Tuhan sudah mengembalikan orang Israel ke tanah mereka?

Pertanyaan ini menunjukkan betapa besarnya ego orang-orang Israel itu di dalam melakukan puasa. Mereka berpuasa demi untuk mereka bisa kembali lagi ke tanah Israel. Agar Israel kembali pulih, bukan karena kerinduan mereka untuk mengalami kedekatan dengan Tuhan. Mereka hanyalah orang-orang yang merindukan agar hidup mereka mengalami berbagai pemulihan. Itulah sebabnya Tuhan mengutus Zakharia untuk berfirman kepada mereka, mengingatkan orang-orang itu bahwa mereka sebenarnya tidak sungguh-sungguh melakukannya untuk Tuhan.

Mereka tidak sungguh-sungguh mengerjakannya berdasarkan dorongan dari hati yang rindu melakukan hal-hal tentang Tuhan. Ayat 5 dan 6 mengatakan bahwa segala hal yang dilakukan oleh orang Israel acap kali ditentukan berdasarkan pertimbangan adakah keuntungan atau kerugian bagi mereka sendiri. Tidak ada dorongan ingin melakukan karena rindu untuk mengenal dan mengalami pribadi Tuhan.

Di sadari atau tidak disadari, dalam berbagai situasi Tuhan memiliki berbagai cara untuk menguji setiap umat-Nya. Apa saja yang Tuhan uji? Salah satunya adalah ujian iman (Yak 1:3 …ujian terhadap imanmu itu menghasilkan ketekunan). Bahwa salah satu ujian iman kita adalah ujian di “padang gurun,” yaitu keadaan saat kita bergumul dalam situasi sulit. Tuhan ingin melihat bagaimana kita menanggapinya. Kemudian ada yang disebut ujian kesabaran. Ada saat-saat Tuhan membuat kita dibiarkan menunggu dan menunggu, dan ujiannya adalah melihat bagaimana kita bersikap dalam masa penantian tersebut, seperti yang dialami Abraham.

Dan, ada pula yang disebut dengan ujian motivasi. Tuhan tidak begitu saja tertarik pada apa yang kita lakukan, melainkan Ia lebih tertarik pada landasan motivasi terdalam mengapa kita melakukannya. Motivasi apa yang mendasari kita sehingga kita melakukannya.

Inilah yang menjadi pesan Tuhan bagi kita. Tuhan masih melihat adanya motivasi-motivasi hati yang kurang pas yang perlu diselaraskan dengan apa yang Tuhan rasakan ketika melihat umat-Nya melakukan berbagai tindakan yang mereka pikir telah melakukannya bagi Tuhan dan untuk kemuliaan Tuhan. Jadi, pesan ini sama dengan pertanyaan Tuhan melalui Zakharia kepada umat Israel di masa lalu, bahwa apakah benar umat Tuhan telah melakukan segala sesuatu untuk-Nya atau adakah motivasi-motivasi lain yang mungkin bukan karena murni untuk Tuhan yang tidak disadari.

Kita tidak usah tersinggung ataupun membela diri ketika menerima pesan Tuhan ini, karena mungkin saja kita memang tidak menyadarinya. Kita merasa bahwa selama ini telah melakukan banyak hal sungguh-sungguh bagi Tuhan. Namun dari sisi Tuhan, Ia mengungkapkan isi hati-Nya dan menanyakan sungguhkah kita telah melakukannya selama ini benar-benar untuk Tuhan. Tuhan adalah pihak yang merasakannya, kita tidak bisa membantahnya. Itulah sebabnya, penting sekali bagi kita untuk selalu datang kepada Tuhan untuk menguji hati dan motivasi tindakan kita di hadapan-Nya.

Oleh sebab itu, beberapa hal yang perlu kita pahami berkaitan dengan pesan Tuhan bagi kita ini, di antaranya adalah:

(1). Meningkatkan jalinan hubungan kita dengan Tuhan sebagai pemilik segala sesuatu atas hidup kita.

Zakharia 7:5b …adakah kamu sungguh-sungguh melakukannya untuk Aku? (MSG.: …were you doing it for me?)

Ketika umat Israel dipertanyakan oleh Tuhan melalui nabi Zakharia, “…adakah kamu sungguh-sungguh melakukannya untuk Aku?”  jawabannya bisa tiga kemungkinan. Yang pertama, betul melakukannya untuk Tuhan. Yang kedua, tidak yakin. Yang ketiga, aku pikir aku telah melakukannya selama ini untuk Tuhan. Kemungkinan ke 2 dan ke 3 adalah kemungkinan yang sangat umum. Namun untuk kemungkinan yang pertama, ini yang tidak mudah. Melakukan atas dasar untuk Tuhan dan karena mengenal apa yang Tuhan inginkan. Dan bagi bangsa Israel pada waktu itu, terbukti mereka tidak melakukannya untuk Tuhan, karena Tuhan sendiri yang telah mengatakannya.

Melalui poin ini sebetulnya Tuhan mau setiap kita membangun jalinan pengenalan akan Tuhan yang lebih lagi. Belajar memahami apa yang sesungguhnya menjadi kehendak Tuhan. Melakukan dengan motivasi yang benar itu bukan saja tentang melakukan sesuatu yang kita senang untuk melakukannya, namun juga tentang melakukan sesuatu yang sebetulnya kita tidak terlalu suka untuk melakukannya, namun kita tetap melakukannya karena kasih kita kepada Tuhan. Waktu kita memilih untuk tetap melakukannya dengan tulus, maka Tuhan akan berkata: “Engkau telah melakukannya untuk Aku.”

Untuk dunia hari ini, yang ukuran keberhasilannya seringkali menggunakan ukuran jumlah, maka pelayanan Yeremia atau Yesaya akan dianggap sebagai kegagalan. Bayangkan, melayani Tuhan selama empat puluh tahun namun tidak ada satu orang Israel pun yang bertobat. Namun di mata Tuhan pelayanan mereka berkenan, karena mereka memilih untuk tulus melakukan apa yang Tuhan suruh mereka lakukan yang mungkin mereka sendiri terasa berat untuk melakukannya, namun mereka tetap lakukan juga untuk Tuhan.

Mari jemaat Tuhan, melalui pesan-Nya ini kita boleh mengambil waktu sejenak untuk merenungkan apa yang selama ini Tuhan rasakan tentang apa yang kita lakukan. Sesuatu yang menurut kita telah dilakukan dengan motivasi yang benar, namun belum tentu Tuhan merasakan hal yang sama. Bagian kita adalah bangun kedekatan lebih lagi dengan Tuhan. Karena tanpa keintiman, mustahil kita dapat mengetahui apa yang menjadi kehendak atau kerinduan Tuhan. Sesuatu yang kita suka untuk melakukannya, belum tentu Tuhan merasakannya bahwa itu dilakukan untuk Tuhan. Selamat menjalin keintiman!

Tuhan Yesus memberkati!

Ujilah Hati Lebih Lagi (Test Motivasi) (Pesan Gembala, 21 Juli 2024)

| Warta Jemaat |
About The Author
-