TUHAN MENGETAHUI SAKITMU
Markus 10:51 Tanya Yesus kepadanya: “Apa yang kaukehendaki supaya Aku perbuat bagimu?” Jawab orang buta itu: “Rabuni, supaya aku dapat melihat!”
Dalam perjalanan-Nya menuju ke Yerusalem menjelang hari penyaliban-Nya Yesus beserta murid-murid-Nya melewati kota Yerikho. Alkitab tidak menceritakan lebih lanjut tentang aktivitas Yesus di dalam kota Yerikho, karena memang Yesus hanya melintas saja. Tiga Injil sama-sama mencatat bahwa memang tidak ada hal apapun di dalam kota Yerikho. Inti Peristiwanya semua terjadi di luar kota Yerikho.
Injil Markus memulainya dengan pemaparan dimana Yesus baru keluar dari Yerikho bersama-sama dengan murid-murid-Nya disertai dengan orang banyak yang berbondong-bondong. Di situ terdapat seorang pengemis yang buta bernama Bartimeus, anak Timeus, duduk di pinggir jalan.
Ketika didengarnya, bahwa orang yang melintas di depannya adalah Yesus, mulailah ia berseru: “Yesus, Anak Daud, kasihanilah aku!” Banyak orang menegornya supaya ia diam. Namun semakin keras ia berseru memanggil nama Yesus. Lalu berhentilah Yesus dan memanggilnya. Tidak lama kemudian terjadilah peristiwa kesembuhan atas Bartimeus tersebut.
Inilah yang menjadi pesan Tuhan bagi kita. Tuhan menyatakan bahwa ada erangan “sakit” yang sedang dialami umat-Nya. Berbicara tentang sakit, memang tidak selalu dalam pengertian sakit fisik secara medis. Bisa saja ada jenis-jenis sakit “non medis” yang dialami. Intinya adalah Tuhan mau menyembuhkan umat-Nya baik sakit secara fisik atau physically, mentally, emotionally, financially, socially, dan berbagai “sakit-sakit” lainnya.
Makna utama dari pesan ini bukan sekedar Tuhan menyatakan bahwa ada dari antara umat-Nya yang sedang sakit, lalu kemudian menyembuhkannya begitu saja. Tuhan mau kita belajar dari kisah Bartimeus di atas. Ada prinsip-prinsip penting yang ada di dalam kisah tersebut untuk kita pahami. Tujuannya adalah Tuhan ingin kita pulih dari apapun “sakit” kita, sambil memetik pelajaran-pelajaran penting di dalamnya.
Area non medis atau non fisik yang sedang “sakit” yang perlu disembuhkan, di antaranya adalah area kehidupan pernikahan, area hubungan atau relasi (relasi dengan pasangan, orang tua dengan anak, orang tua yang tidak berdaya terhadap anaknya, kesulitan berelasi dengan sesama), area tentang gambar diri yang rusak (tidak memiliki rasa percaya diri, minder, merasa diri kecil atau tidak berdaya di tengah banyak orang, kesulitan mengambil tanggung jawab akan fungsinya, pengendalian diri, LGBT, dan hal-hal serupa lainnya), area trauma kejiwaan (trauma masa lalu, kecemasan akan masa depan, ketakutan akan adanya tekanan-tekanan dari manusia, kegagalan, kepahitan, kekecewaan, kebencian, dan lain-lain), sakit di area rohani (hidup tanpa mengetahui tujuan Tuhan, kehilangan gairah akan pencarian akan Tuhan, tidak mau tahu tentang Tuhan, misbelief / salah menangkap maksud Tuhan, bimbang hati, kehilangan kepercayaan terhadap Tuhan, melawan Tuhan / seteru salib Kristus, dan sebagainya), dan berbagai area “sakit” lainnya. Contoh-contoh ini adalah sebagian “sakit-sakit” yang seringkali tidak disadari oleh si penderitanya.
Beberapa prinsip penting yang dapat kita tangkap dari kisah Bartimeus ini agar pulih dari berbagai “kesakitan” yang dimiliki, di antaranya adalah:
(1). Pahami bahwa hanya Yesus yang menjadi sumber penyembuh, bukan salah satunya.
Markus 10:47 Ketika didengarnya, bahwa itu adalah Yesus orang Nazaret, mulailah ia berseru: “Yesus, Anak Daud, kasihanilah aku!”
Penekanan ayat ini adalah tentang betapa ada seorang yang bernama Bartimeus yang begitumembutuhkan belas kasihan Yesus. Sesuatu yang “tidak bisa tidak” ia harus mendapatkannya dari Yesus. Kalau bukan dari Yesus, maka tidak ada pribadi yang lain yang dapat melakukannya. Oleh sebab itu, ia tidak membiarkan apa pun yang dapat menghalangi dirinya untuk datang kepada Yesus.
Begitu mendengar ada orang-orang yang lewat di dekatnya, tahulah Bartimeus bahwa inilah kesempatannya. Ia sadar bahwa tidak mungkin ia akan mendapatkan Yesus begitu saja di antara kerumunan orang banyak. Maka ia pun berteriak sekeras-kerasnya. Ia terus berteriak sampai ia mendapat perhatian Yesus. Ia gigih mencari Yesus karena Bartimeus tahu bahwa Yesus adalah satu-satunya harapannya.
Hari-hari ini kegigihan untuk mendapatkan Yesus sudah demikian mengendur di tengah-tengah kehidupan orang percaya. Penyebabnya adalah, merasa banyak alternatif lain yang dianggap dapat melakukan “hal yang sama” seperti yang dilakukan oleh Yesus. Beberapa di antaranya adalah kemajuan teknologi, orang-orang yang dianggap memiliki kemampuan menyembuhkan, dan sebagainya.
(2). Pahami atau identifikasi “sakit” bagian apa yang ingin Tuhan sembuhkan
Markus 10:51 Tanya Yesus kepadanya: “Apa yang kaukehendaki supaya Aku perbuat bagimu?” Jawab orang buta itu: “Rabuni (Guru), supaya aku dapat melihat!”
Salah satu penyebab gagalnya orang percaya untuk mengalami pemulihan atau kesembuhan adalah bukan karena Tuhannya yang kurang cukup hebat untuk menyembuhkan. Penyebabnya adalah pihak orang percayanya yang tidak merasakan adanya “sakit,” sehingga tidak merasa ada yang perlu untuk disembuhkan.
Kadang orang percaya bersikap bahwa kalau Tuhan memang Maha-tahu, maka Ia harusnya dapat memulihkan setiap bagian apapun yang mengalami sakit. Benar sekali bahwa Yesus adalah Pribadi yang Maha-tahu. Namun Tuhan ingin agar kita juga menyadari kondisi diri kita sendiri. Ia ingin mengajarkan cara mengidentifikasi bagian mana dari diri kita yang sakit. Karena memang seharusnya kitalah yang menjadi orang pertama yang mengetahuinya. Sekiranya kita menemukannya atau bahkan mengetahui apa yang menjadi penyebabnya, akui itu, dan katakan kepada Tuhan bahwa aku ingin dipulihkan( 1 Yohanes 1:9).Ini sebetulnya salah satu cara Tuhan dalam mendewasakan umat-Nya. Belajar untuk mengakui.
Ketika Bartimeus mengatakan kepada Yesus bahwa ia ingin bisa melihat, janganlah ini dianggap sebagai sebuah keinginan wajar dari seorang yang buta matanya. Karena ternyata ada orang-orang serupa yang merasa nyaman-nyaman saja dengan “sakitnya.” Ada orang-orang yang justru mendapatkan berbagai “keuntungan” dari “sakit” yang dideritanya. Bartimeus ingin bisa melihat, karena ia mau meninggalkan hidup lamanya, dan memasuki masa depan yang luar biasa di dalam Yesus, sang Mesias Anak Daud.
Mari jemaat Tuhan, kita bersyukur untuk Tuhan Yesus yang telah membantu kita mengidentifikasi dengan merasakan adanya “erangan” sakit yang mungkin tidak kita sadari. Yang pasti, Tuhan sangat ingin membantu kita mendapatkan masa depan dahsyat yang sudah Ia rancangkan bagi kita dengan cara mengakuinya, keluar dari area tersebut, dan tinggalkan segala “sakit-sakit” tersebut. Selamat memasuki babak baru dalam hidup!
Tuhan Yesus memberkati!