Pribadi Bernilai Tinggi Melakukan Hal yang Bernilai Tinggi Pula (Pesan Gembala, 18 Agustus 2024)

PRIBADI BERNILAI TINGGI MELAKUKAN HAL YANG BERNILAI TINGGI PULA

Nehemia 4:19 Berkatalah aku kepada para pemuka dan para penguasa dan kepada orang-orang yang lain: “Pekerjaan ini besar dan luas, dan kita terpencar pada tembok, yang satu jauh dari pada yang lain.

Sanbalat, gubernur Samaria, dan Tobia menghina pembangunan tembok orang Israel yang dipimpin Nehemia. Tetapi meskipun mereka menghina dan meremehkan, pada akhirnya mereka ketakutan juga karena tembok itu makin lama makin kokoh. Ketakutan itu mengubah hinaan menjadi ancaman serangan.

Ayat 8 mengatakan mereka merencanakan membuat kekacauan dan memerangi orang-orang Israel yang membangun tembok. Mereka sangat gigih melawan pembangunan tembok itu karena daerah merekalah yang paling terancam jika Israel kembali kuat secara politik. Mereka sadar bahwa walaupun yang kembali dari pembuangan hanyalah sekelompok kecil orang, tetapi Israel adalah bangsa yang tersebar dengan jumlah yang banyak.

Maka pembangunan tembok yang sepertinya mustahil dapat dikerjakan ternyata makin terlihat keberhasilan penyelesaiannya. Ini membuat mereka memakai strategi apa pun yang perlu untuk menghentikan rencana pembangunan itu.

Ayat 9 mengatakan bahwa orang-orang Yahudi berdoa kepada Tuhan. Mereka tahu bahwa semua rencana pembangunan adalah dari Tuhan dan hanya Tuhan sajalah yang akan membuat pekerjaan itu berhasil. Mereka belajar untuk menggantungkan iman dan segala pekerjaan mereka kepada kuasa dari Tuhan. Dan satu hal yang menarik dari apa yang membuat bangsa Israel tetap terpacu untuk melakukan pekerjaan yang tidak mudah, di tengah kondisi fisik para pengerja sudah demikian melemah ini adalah ketika Nehemia mengatakan di ayat 19: “Pekerjaan ini besar dan luas,..”

Kata ‘besar” yang digunakan dalam kalimat “Pekerjaan ini besar dan luas..” ini adalah rabah, yang artinya bukan sekedar besar, namun sesuatu yang terhormat, bernilai, great works, sesuatu yang akan terus berkembang dan tumbuh. Dalam arti kata lain, ini adalah pekerjaan yang mulia yang Tuhan kehendaki (bandingkan dengan Nehemia 2:17).

Artinya, melakukan sesuatu yang dikehendaki Tuhan adalah hal besar yang bernilai tinggi. Nehemia menangkap apa yang dikehendaki Tuhan, ketika ia mendengar kabar tentang kondisi tembok Yerusalem yang porak poranda. Hatinya terbeban untuk membangunnya kembali. Sebaliknya, tidak melakukan apa yang seharusnya dilakukan, khususnya sesuatu yang Tuhan kehendaki, adalah sama dengan melakukan hal yang bernilai rendah.

Inilah yang menjadi pesan Tuhan bagi kita. Bernilai atau tidaknya kita sebagai orang percaya dalam Kristus tidak ditentukan dari apa yang kita miliki. Patokan “mahal” atau tidaknya kita ini jangan sampai terbawa oleh prinsip umum dunia yang menilai “harga” atau “nilai” seseorang berdasarkan apa yang dimiliki. Dunia umumnya memiliki prinsip yang seperti itu dalam menilai, yaitu: berapa banyak, berapa besar, berapa mahal. Dan prinsip ini jangan sampai diadopsi oleh gereja atau orang percaya dalam mengukur nilainya dalam Tuhan.

Melalui pesan-Nya ini Tuhan sedang kembali mengingatkan kita sebagai orang percaya tentang cara menilai. Mahal atau tidaknya diri pribadi kita bukan dinilai dari seberapa yang kita miliki. Ingat, kita bernilai berdasarkan:

a. Siapa yang memiliki kita.

Dalam Yesaya 43:4 dikatakan bahwa kita berharga dan mulia di mata Tuhan karena kita adalah milik kepunyaan Tuhan.

b. Seberapa tinggi kesediaan seseorang untuk membayar atau menebus kita. Tahukah Anda berapa besar nilai kita sebagai orang-orang percaya? Nilai kita adalah seharga darah Yesus yang dicurahkan di atas kayu salib. Artinya, nilainya tidak bisa dibandingkan dengan apapun juga.

c. Tindakan yang kita lakukan. Martabat dan semangat bangsa Israel begitu terbakar ketika tahu bahwa apa yang mereka lakukan adalah sesuatu yang memiliki nilai tinggi karena sesuatu yang dikehendaki Tuhan.

Oleh sebab itu, prinsip apa yang harus kita hidupi agar kita tetap bernilai tinggi melalui tindakan yang kita lakukan:

(1). Tetap lakukan apa yang Tuhan ingin kita lakukan meskipun terlihat bodoh di mata dunia

Nehemia 4:6 Tetapi kami terus membangun tembok sampai setengah tinggi dan sampai ujung-ujungnya bertemu, karena seluruh bangsa bekerja dengan segenap hati.

Salah satu strategi efektif yang musuh lakukan untuk melemahkan orang percaya adalah dengan cara men-devaluate (mendevaluasi) nilai yang dimiliki orang percaya melalui perkataan yang merendahkan.

Ingat akan olok-olok Goliat terhadap pasukan Israel begitu efektif membuat pasukan Israel menjadi gentar dan tawar hati. Hal yang sama pula dilakukan oleh kakak-kakaknya Daud terhadap Daud yang hadir di tengah medan peperangan antara Filistin dan Israel (1 Samuel 17:28). Orang bernilai rendah akan melakukan hal-hal yang bernilai rendah pula.

Hal yang sama pula dilakukan pihak musuh bangsa Israel terhadap Nehemia dan segenap rakyat yang sedang bekerja membangun tembok. Mereka menggunakan strategi yang sama, yaitu mendevaluasi nilai yang dimiliki bangsa Israel yang sedang membangun tembok (Neh. 4:1-3) dengan cara menghina apa yang sedang dilakukan bangsa Israel. Bersyukur bahwa bangsa Israel memiliki seorang pemimpin yang terus membakar semangat bangsanya. Bayangkan apabila Nehemia sebagai pemimpin tidak memiliki tekad, tidak memiliki tujuan yang jelas, tidak memiliki visi yang Tuhan telah taruh di hatinya, maka habislah mentalitas seluruh bangsa ketika datang hinaan atau cemoohan. Orang bernilai tinggi tidak mudah terganggu oleh perkataan-perkataan yang lemah.

(2). Tetap bangun mentalitas keprajuritan kita.

Nehemia 4:16-18 (16) Sejak hari itu sebagian dari pada anak buahku melakukan pekerjaan, dan sebagian yang lain memegang tombak, perisai dan panah dan mengenakan baju zirah, sedang para pemimpin berdiri di belakang segenap kaum Yehuda

Tuhan menghendaki kita selalu menyadari bahwa kita adalah prajurit-prajurit-Nya Tuhan. Minimal ada tiga hal yang kita perlu sadari tentang status kita dalam hubungan perjanjian kita dengan Tuhan. Yang pertama, sebagai anak/ahli waris Kerajaan. Anak adalah penerima janji-janji Tuhan, menyadari kuasa hak-hak kita sebagai anak-anak Allah. Kedua, sebagai pelayan atau steward of God. Sebagai pelayan Tuhan, Dia ingin kita terlibat dalam pekerjaan pelayanan dan melayani Dia dengan setia. Ketiga, sebagai prajurit Tuhan. Sebagai prajurit, Tuhan ingin kita menyadari siapa lawan kita dan menjalani hidup yang penuh kemenangan.

Banyak orang percaya hanya sadar akan hidup mereka sebagai anak, namun untuk menjadi apa yang Tuhan tetapkan bagi kita, tidak cukup hanya hidup sebagai anak Tuhan semata. Kita juga harus mengabdi sebagai seorang pelayan Tuhan. Tetapi sebagai anak Tuhan dan pelayan Tuhan juga tidak cukup, ada kuasa dan senjata yang Tuhan telah perlengkapi disertai mentalitas yang benar untuk menghadapi segala tipu daya si jahat, dan itu hanya bisa dilakukan oleh seorang prajurit Tuhan.

Nehemia telah mengobarkan semangat juang yang tinggi kepada segenap rakyat Israel yang membangun tembok meskipun mereka dalam keadaan yang sangat lelah. Daya juang yang seperti inilah yang patut dimiliki setiap orang percaya. Tantangan akan selalu mewarnai, namun mentalitas pejuang yang dimiliki akan selalu memacu diri untuk tetap bergerak maju menyelesaikan apa yang telah dimulai. Itulah nilai tinggi seorang prajurit.

Mari jemaat Tuhan, melalui pesan-Nya ini kita menjadi lebih paham bahwa nilai atau value diri kita tidak cukup hanya dilihat secara pasif melalui status keberadaan kita sebagai pribadi yang telah ditebus di kayu salib semata, namun juga dilihat dari tindakan kita ketika melakukan hal-hal yang dikehendaki Tuhan. Orang bernilai tinggi akan melakukan hal-hal yang bernilai tinggi pula!

Tuhan Yesus memberkati!

Pribadi Bernilai Tinggi Melakukan Hal yang Bernilai Tinggi Pula (Pesan Gembala, 18 Agustus 2024)

| Warta Jemaat |
About The Author
-