MENJADI ORANG PERCAYA YANG MEMILIKI KETAJAMAN!
Efesus 4:19-20 (19) Perasaan mereka telah tumpul, sehingga mereka menyerahkan diri kepada hawa nafsu dan mengerjakan dengan serakah segala macam kecemaran. (20) Tetapi kamu bukan demikian. Kamu telah belajar mengenal Kristus.
Surat ini ditulis oleh rasul Paulus kepada jemaat Tuhan di Efesus. Surat ini lebih kepada peringatan tentang kehidupan keseharian umat Tuhan di sana. Rasul Paulus menekankan bahwa setelah mereka menjadi orang percaya di dalam Kristus mereka harus menjalani kehidupan yang berbeda dengan kebiasaan lama atau rata-rata kebiasaan hidup orang-orang-orang di luar Kristus. Mereka harus mengenakan atribut manusia baru yakni hidup dalam pengenalan akan Kristus dan hidup sesuai ajaran dan teladan-Nya.
Di awal perikop rasul Paulus sudah memberikan beberapa perbandingan seperti apa kehidupan orang yang di luar Kristus dengan orang-orang yang sudah di dalam Kristus. Orang-orang di luar Kristus hidup dengan pikirannya yang sia-sia, pengertiannya gelap, jauh dari persekutuan dengan Tuhan, tidak mau diajar, memiliki perasaan yang tumpul, dan sebagainya.
Sebaliknya, orang percaya di dalam Kristus dikatakan tidak seharusnya sama dengan mereka yang berada di luar Kristus. Orang percaya seharusnya tajam, peka, efektif, mau belajar dan diajar mengenal Kristus, dan konsisten menerima pengajaran yang sehat. Sudah jangan lagi bersikap seperti mereka yang hidup di luar Kristus, yaitu orang-orang yang labil, tidak sensitif, bersikap sembarangan, membawa pengertian sendiri, seenaknya, dan lain-lain.
Inilah yang menjadi pesan Tuhan bagi kita. Tuhan menghendaki kita sebagai orang percaya harus meng-upgrade diri kita. Ketika tantangan semakin meningkat, ketika musuh bekerja semakin giat menjelang hari Tuhan yang semakin mendekat, ketika hari-hari terakhir datang masa yang semakin sukar, jangan sampai malah orang percaya justru semakin tidak meningkatkan diri.
Penekanan yang Tuhan berikan melalui pesan-Nya ini adalah pentingnya orang percaya memiliki ketajaman atau terus meningkatkan ketajaman. Apa yang dimaksud dengan memiliki ketajamam? Dalam ayat 19 dikatakan bahwa rasul Paulus menegur jemaat Efesus agar jangan menjadi orang percaya yang “tumpul.” Kata yang digunakan untuk “tumpul” adalah apalgeo, yang artinya tidak peka (tidak menyadari apa yang Tuhan sedang lakukan, tidak menyadari akan apa yang orang lain sedang lakukan, tidak menyadari keadaan zaman), tidak menyadari akan potensi dan karunia yang dimiliki, tidak dapat menggunakan atau mengaplikasikan firman pada situasi yang seharusnya.
Kata “tumpul” atau apalgeo ini diibaratkan sebuah pisau yang sudah lama tidak diasah. Orang yang menggunakan pisau yang tumpul akan sulit untuk memotong sesuatu dengan baik, tepat, akurat, dan aman. Hal yang sama, orang yang “tidak tajam” juga akan menyulitkan dirinya sendiri dalam berbagai keadaan. Pengkhotbah 10:10 mengatakan Jika besi menjadi tumpul dan tidak diasah, maka orang harus memperbesar tenaga, …
Oleh sebab itu, apa yang harus kita lalukan agar menjadi orang percaya yang memiliki ketajaman?
(1). Pertajam diri kita melalui kebenaran firman Tuhan yang kita gali dan selidiki
Efesus 4:21 Karena kamu telah mendengar tentang Dia dan menerima pengajaran di dalam Dia menurut kebenaran yang nyata dalam Yesus,
Apabila kita pernah mendengar di Kisah para Rasul 17:11 ada jemaat yang bernama jemaat Berea. Dikatakan bahwa orang-orang Yahudi di kota Berea itu lebih baik hatinya (Yun.: eugenes; Eng.: wrought (tertempa), noble, open minded) dari pada orang-orang Yahudi di Tesalonika, karena mereka menerima firman itu dengan segala kerelaan hati dan setiap hari mereka menyelidiki Kitab Suci untuk mengetahui, apakah semuanya itu benar demikian.
Kata “Berea” dalam bahasa aslinya adalah beroia yang artinya, “disirami dengan baik.” Artinya, kita perlu melakukan tindakan aktif untuk memastikan hati kita selalu disirami dengan firman kehidupan agar tidak menjadi kering, sehingga benih firman itu dapat menjadi tumbuh. Bukan sekedar membacanya, namun mau menggalinya.
Mengapa membaca dan menggali firman Tuhan itu bisa memertajam diri kita? Karena kita bukan sekedar membaca sebuah buku biasa, namun buku berisi perkataan Tuhan yang menghidupkan. Ingat, Tuhan menciptakan langit dan bumi dengan kuasa firman-Nya. Bisa dibayangkan apabila perkataan Tuhan yang berkuasa tesebut berdiam dan berkarya aktif di dalam hidup kita. 2 Timotius 3:16 Segala tulisan yang diilhamkan Allah memang bermanfaat untuk mengajar, untuk menyatakan kesalahan, untuk memperbaiki kelakuan dan untuk mendidik orang dalam kebenaran. (NIV. All Scripture is God-breathed and is useful for teaching, rebuking, correcting and training in righteousness,)
(2). Pertajam diri kita melalui seseorang yang mengajarkan kita
Efesus 4:20 Tetapi kamu bukan demikian. Kamu telah belajar mengenal Kristus.
Proses pengasahan sebuah pisau selalu melibatkan pengasahan salah satu sisi atau lebih yang digesekkan pada permukaan logam atau sesuatu yang keras dan kasar. Jika diterjemahkan ke dalam kehidupan rohani kita, ini merupakan proses krusial yang harus terjadi pada orang percaya agar terjadi penajaman. Tetapi seringkali proses ini menyakitkan, karena melibatkan banyak koreksi dan teguran. Tidak banyak orang yang suka dikoreksi oleh Tuhan ataupun oleh sesama. Tetapi ini penting untuk bertumbuhnya seorang pemercaya di dalam Tuhan.
Jika kita ingin tetap tajam, kita harus memelihara hati yang selalu mau diajar (teachable heart). Kita bersyukur berada di komunitas dimana kita tidak pernah kekurangan firman Tuhan. Tuhan memberikan visi-Nya untuk membawa kita sepanjang satu tahun ke depan untuk tiba di titik yang Ia kehendaki. Tuhan juga memberikan pesan demi pesan-Nya setiap minggu untuk menuntun langkah kita hari lepas harinya. Yang dibutuhkan adalah, apakah kita mau menyediakan hati yang mau diajar tadi.
Itulah pentingnya tinggal dalam suatu komunitas yang sehat, dimana di dalamnya ada orang-orang yang mau mengajarkan. Ingat Amsal 27:17 yang berbunyi Besi menajamkan besi, orang menajamkan sesamanya. Pertanyaannya, siapa orang yang layak mengajarkan kita? Kembali ke prinsip penajaman tadi. Sebuah pisau besi, apabila mau ditajamkan, itu tidak bisa ditajamkan oleh bahan besi yang lebih lemah dari bahan pisau tadi. Prinsipnya, apabila kita mau dipertajam, kita tidak bisa dipertajam oleh orang yang kehidupannya lebih lemah dari kita. Namun sayangnya banyak orang percaya lebih memilih bergaul dengan orang-orang yang lebih lemah atau sama dengan dirinya.
Mari jemaat Tuhan, pesan Tuhan begitu gamblang. Tuhan tidak mau kita berlama-lama berada di dalam suatu zona santai, dimana kita sudah begitu nyaman berada di dalamnya. Inilah saatnya kita bergerak maju meningkatkan diri kita. Masuk ke wilayah yang mungkin terasa tidak nyaman. Wilayah dimana kita harus belajar untuk menerima koreksi baik melalui firman Tuhan yang kita dengar dan gali, maupun melalui orang-orang yang ingin kita maju dan bertumbuh sehat di dalam pengenalan akan Kristus. Orang-orang yang sudah “sehat” kehidupannya tentunya.
Tuhan Yesus memberkati!