Membereskan Bagian-Bagian yang Berceceran (Pesan Gembala, 14 Juli 2024)

MEMBERESKAN BAGIAN-BAGIAN YANG BERCECERAN

Yohanes 2:15 Ia membuat cambuk dari tali lalu mengusir mereka semua dari Bait Suci dengan semua kambing domba dan lembu mereka; uang penukar-penukar dihamburkan-Nya ke tanah dan meja-meja mereka dibalikkan-Nya.

Kisah ini diawali dengan sebuah situasi tentang kesibukan yang terjadi di halaman Bait Allah menjelang perayaan Paskah orang Yahudi. Hari raya tentang bagaimana nenek moyang bangsa Israel keluar dari perbudakan Mesir. Ini merupakan sebuah peristiwa penting bagi orang Israel. Jadi bisa dibayangkan ini akan menjadi salah satu perayaan besar sekaligus ibadah yang luar biasa. Yesus tampak hadir juga saat itu.

Namun ketika Yesus berjalan masuk, Ia mendapatkan suatu pemandangan yang tidak biasa. Persiapan perayaan ibadah yang seharusnya dipenuhi dengan persiapan rohani yang baik telah berubah menjadi tempat dimana para imam malah sibuk mencari keuntungan. Mereka menjual lembu, domba dan merpati untuk korban, dan mereka menjualnya dengan harga yang mahal.

Bisa dibayangkan berapa banyak uang yang dapat diperoleh para imam ini dengan mengatakan kepada orang-orang yang datang untuk beribadah bahwa apabila ingin korbannya berkenan di hadapan Tuhan maka mereka harus membeli hewan-hewan di Bait Allah. Hewan-hewan yang dianggap lebih sehat dan lebih baik daripada hewan-hewan yang dibawa oleh orang-orang. Seorang Yahudi yang baik tentu ingin menjadi benar di hadapan Tuhan.

Demikian halnya dengan penukaran uang. Orang-orang Yahudi yang datang dari jauh, terutama orang-orang Yahudi dari Roma, mempunyai jenis koin yang berbeda. Seperti yang bisa diduga, ini bukanlah koin yang populer bagi tempat ibadah Yahudi. Jadi mereka harus menukarkan koin-koin ini di meja penukaran uang dengan koin yang umum digunakan di Bait Allah. Dan otomatis terjadi selisih perbedaan kurs. Semua ini tentu saja dilakukan dengan tujuan mendapatkan keuntungan lebih. Mereka telah mengubah tempat yang seharusnya kudus menjadi “mesin uang” bagi mereka.

Yesus masuk dan menyaksikan semuanya itu. Ia menemukan adanya hal-hal yang tidak sepatutnya dilakukan oleh para imam di Bait Allah, namun dibiarkan berlangsung begitu saja. Sesuatu yang tidak semestinya dilakukan, apabila dibiarkan, maka lama kelamaan akan menjadi hal yang biasa. Dan semua itu dilakukan dalam nama Tuhan. Itulah sebabnya, tidak heran apabila Yesus mengambil tindakan tegas atas semua yang sedang berlangsung itu. Ia membuat cambuk dari tali lalu mengusir mereka semua dari Bait Allah dengan semua kambing domba dan lembu mereka; uang penukar-penukar dihamburkan-Nya ke tanah dan meja-meja mereka dibalikkan-Nya. Bisa dibayangkan betapa kagetnya orang-orang menyaksikan apa yang dilakukan Yesus pada waktu itu terhadap para pemuka-pemuka agama di Bait Allah.

Inilah yang menjadi pesan Tuhan bagi kita. Tuhan mau kita melihat kembali kepada kehidupan pribadi kita, kehidupan sehari-hari kita di rumah tangga/keluarga, bahkan termasuk kehidupan di gereja. Sadari bahwa apabila ada hal-hal yang tidak pada tempatnya atau sesuatu yang tampak “berceceran” yang harus dirapihkan, maka lakukanlah pembenahan.

Kadang sesuatu yang tidak pada tempatnya apabila dibiarkan begitu saja, maka tanpa disadari lambat laun akan menjadi sesuatu yang dianggap biasa. Ada cara pandang yang perlu “dikalibrasi.” Kalibrasi adalah proses penyesuaian standar ukuran kepada standar resmi yang seharusnya. Seperti alat timbangan yang biasa digunakan pedagang di toko secara berkala perlu dikalibrasi agar tidak terjadi kesalahan pengukuran.

Beberapa hal yang perlu kita pahami berkaitan dengan pesan Tuhan ini, di antaranya adalah:

(1). Menjadi orang percaya yang memiliki cara penilaian yang “terkalibrasi”

Yohanes 2:14 Dalam Bait Suci didapati-Nya pedagang-pedagang lembu, kambing domba dan merpati, dan penukar-penukar uang duduk di situ.

Bagi seseorang yang memiliki latar belakang kecakapan di bidang tertentu, pasti akan dengan mudah mengenali sekiranya ada hal-hal yang tidak selaras yang berkaitan dengan bidang ilmu yang ia sudah kuasai terjadi. Namun sayangnya, para imam tidak memiliki ketajaman akan hal itu. Para imam dan ahli agama di Bait Allah pada waktu itu yang seharusnya menjadi orang-orang pertama yang mengenali apabila terjadi hal-hal yang tidak berkenan malah sudah “tidak merasakan apa-apa” lagi ketika mereka mengambil keuntungan dengan cara menyuruh orang membeli hewan dan menukar uang dengan alasan rohani demi untuk keuntungan pribadi mereka.

Berbeda dengan Yesus yang baru saja memasuki halaman Bait Allah dan melihat cara para imam berdagang, maka Ia langsung segera mendapatkan bahwa apa yang dilakukan para imam dan ahli agama ini adalah sesuatu yang salah, dilakukan dengan motivasi yang salah dan untuk tujuan yang salah.

Kata “didapati-Nya” (Yun. Hyoorisko) miliki makna: menemukan sesuatu, mendapat suatu temuan. Seperti KPK yang ketika bertugas menyelidiki suatu institusi mendapatkan suatu temuan adanya tindakan penyalahgunaan keuangan. Seperti itulah pandangan mata Yesus ketika sekilas memerhatikan apa yang dilakukan para imam. Hal ini sedang mengajarkan kita sebagai orang percaya bahwa seharusnyalah setiap kita terbiasa memiliki ketajaman yang seperti itu. Peka terhadap berbagai tindak pelanggaran, termasuk peka terhadap diri sendiri dan peka untuk bersegera dalam melakukan tindakan perbaikan.

(2). Menjadi orang percaya yang berani melakukan renovasi total

Yohanes 2:16 Kepada pedagang-pedagang merpati Ia berkata: “Ambil semuanya ini dari sini, jangan kamu membuat rumah Bapa-Ku menjadi tempat berjualan.”

Ketika Yesus melihat pemandangan yang terjadi di Bait Allah, Ia mendapati bahwa Bait Allah sudah tidak berfungsi sebagaimana mestinya. Ia melihat bahwa bait yang selama ini berfungsi sebagai “rumah Bapa-Ku” telah beralih fungsi menjadi tempat berjualan (NKJV. house of merchandise). Bahkan versi Injil Matius dikatakan bahwa Bait Allah telah dijadikan sarang penyamun.

Sebagus apapun nama dan fungsi sebuah tempat, akan sangat mudah berubah namanya tergantung berapa banyak “sampah”, kekotoran, aktivitas lain yang berada di dalamnya. Hal yang sama juga terjadi di Bait Allah waktu itu. Gara-gara adanya perubahan aktifitas para imam, gara-gara adanya perubahan fokus dan tujuan yang menyimpang, gara-gara ada sampah berceceran yang mungkin awalnya hanya sedikit, namun kemudian menjadi bertambah banyak, maka mulailah terjadi perubahan nama.

Ketika kita menyadari adanya “sampah-sampah” yang berceceran atau terjadinya aktivitas lain di luar fungsi yang seharusnya dalam “bait” yang Tuhan percayakan kepada kita, maka mulailah lakukan tindakan renovasi total. Kadang tidak sedikit orang percaya yang terlalu berlambat-lambat dalam melakukan renovasi dalam dirinya. Mereka hanya sekedar memoles dan menutup-nutupinya, namun tidak melakukan perubahan apa-apa.

Mari jemaat Tuhan, kita dapat belajar pada apa yang Yesus lakukan pada waktu itu. Ia tidak segan-segan mengusir mereka yang berjualan dan menjungkirbalikkan meja-meja penukar uang. Perlu dilakukan keputusan besar untuk melakukan perombakan total demi mengembalikan keadaan kepada fungsi yang seharusnya atas “bait-bait” yang Tuhan percayakan selama ini.

Tuhan Yesus memberkati!

Membereskan Bagian-Bagian yang Berceceran (Pesan Gembala, 14 Juli 2024)

| Warta Jemaat |
About The Author
-