Ketika Beban Menghinggapi (Pesan Gembala, 26 Desember 2021)

KETIKA BEBAN MENGHINGGAPI

Mazmur 55:22 (55-23) Serahkanlah kuatirmu kepada TUHAN, maka Ia akan memelihara engkau! Tidak untuk selama-lamanya dibiarkan-Nya orang benar itu goyah. (“Cast your burden upon the LORD and He will sustain you; He will never allow the righteous to be shaken.“).

Tidak ada satu pun manusia yang hidup bebas dari persoalan. Selalu ada saja persoalan mencoba menghingggapi kehidupan kita. Entahkah masalah keuangan, pernikahan, gangguan dalam hubungan, trauma atas suatu kejadian, kesehatan yang menurun, atau apapun juga. Semua hal itu dapat menjadi batu beban yang begitu menekan. Beban tersebut dapat dengan sekejap mencuri sukacita bahkan kekuatan kita. Bagaikan seseorang yang sedang berlari marathon di atas tanah lumpur, rasa ingin melarikan diri namun kaki begitu berat dan tetap berada di tempat yang sama.

Mazmur ini digubah untuk menggambarkan Daud pada saat ia dikejar oleh orang-orang yang mencoba menghabisi nyawanya. Diduga ini terjadi pada saat ia dikejar oleh suruhan orang-orang Absalom yang telah mengkudeta kedudukannya sebagai raja atas Israel. Bukan itu saja, Daud pun merasa marah atas pengkhianatan orang-orang yang dahulunya ia sangat percayai. Orang-orang dekat yang bersama-sama datang beribadah ke rumah Allah, namun tiba-tiba berpihak begitu saja kepada orang yang melawan dirinya.

Tulisan dalam mazmur ini terkesan Daud sedang memaksa Tuhan untuk bertindak. Mengapa timbul kesan demikian? Siapapun tentu ingin segera melepaskan diri dari beban yang menindih. Pemazmur merasakan mara bahaya yang mendekat dan mengancam hidupnya. Ia merasa tidak ada lagi yang bisa menolongnya kecuali Tuhan sendiri. Tuhan yang adalah sumber perlindungan dan pertolongannya. Jadi, pada dasarnya bukan ia sedang memaksa Tuhan. Justru, seruan yang ia naikkan tersebut adalah bentuk kebergantungan penuh Daud kepada Tuhannya.

Daud percaya bahwa Tuhannya akan bertindak. Atas keyakinan tersebut, maka ia belajar menyerahkan segala sesuatunya kepada Tuhan. Rasa cemas dan khawatir adalah hal yang wajar namun apabila tidak dikelola dengan baik akan menjadi sesuatu yang dapat melemahkan diri sendiri bahkan dapat menjadi bumerang yang dapat mencelakakan. Melalui peristiwa ini Daud belajar suatu pelajaran penting bagaimana seseorang bersikap di tengah beban yang menghinggapi.

Inilah yang menjadi pesan Tuhan bagi kita. Beban atas suatu masalah bisa menghinggapi setiap orang termasuk orang percaya kapan saja dan dimana saja. Persoalan bisa saja datang, namun cara menyikapi sebuah persoalan menjadi suatu hal penting untuk dilatih oleh setiap orang percaya. Daud mendapati banyak hal, termasuk suatu pengenalan yang lebih dekat terhadap pribadi Tuhan di tengah persoalan yang dialaminya. Tidak mudah memang ketika seseorang mengalami suatu beban berat, bahkan terasa seperti menggoyahkan. Namun Tuhan tidak akan membiarkan orang benar menjadi goyah.

Beberapa hal yang perlu kita pahami berkaitan dengan pesan Tuhan ini, agar tetap tegar dan menang di tengah beban persoalan yang menghinggapi, di antaranya adalah:

(1). Belajar untuk menyerahkan beban kepada Tuhan dan menyelaraskan diri kita kepada-Nya

Mazmur 55:22a Serahkanlah kuatirmu kepada TUHAN, maka Ia akan memelihara engkau!

Satu hal yang pertama-tama harus senantiasa tertanam dalam hati setiap kita orang percaya bahwa Tuhan begitu mengasihi kita jauh melebihi apapun yang dapat kita bayangkan. Oleh sebab itu, kita harus percaya bahwa di tengah kondisi yang “kacau” sekalipun, Dia ada di setiap proses yang kita jalani dan Dia mengajarkan bagaimana bersandar kepada-Nya. Daud di bagian awal mazmurnya menyadari ada beberapa hal yang tidak sepatutnya ia lakukan kepada Tuhan, yaitu meragukan Tuhan. Keraguan memang akan begitu cepat datang ketika persoalan terjadi. Keraguan akan membuat Tuhan seolah-olah terlihat begitu jauh entah dimana.

Tuhan mau kita belajar menyerahkan segala beban kepada-Nya. Kata ‘beban’ (Ibr. Yehab) mengandung arti “hadiah”, sesuatu yang (Ia) berikan kepada kita. Pengertian ini penting untuk kita pahami. Bukan maksudnya Tuhan memberikan persoalan untuk tujuan menghancurkan kita, namun Ia memberikannya atau mengijinkannya dengan bijak dan penuh kasih kepada kita dengan tujuan untuk membawa kita mendekat kepada-Nya. Atau dengan tujuan agar kita datang kepada Tuhan untuk menyerahkan beban itu kepada-Nya.

(2). Belajar untuk berada di lingkungan orang-orang yang siap untuk menopang

Mazmur 55:5 Aku dirundung takut dan gentar, perasaan seram meliputi aku.

Daud sempat merasakan kegentaran ketika persoalan datang. Ia merasakan kesendirian ketika menghadapi kejaran orang-orang yang berniat jahat kepadanya. Tuhan tidak merancang kita untuk menanggung beban kita seorang diri. Ia memberikan orang-orang percaya di sekeliling kita yang dapat membantu mengidentifikasi pergumulan yang dialami untuk kemudian menguatkan untuk tetap berjalan hingga mengalami kemerdekaan. Itulah sebabnya, penting bagi orang-orang percaya untuk tidak menjauhkan diri dari komunitas orang-orang benar.

Adalah benar bahwa setiap orang percaya memiliki kemampuan untuk “mengobati” diri sendiri ketika luka dan beban menghinggapi. Namun semua itu hanya dapat diaktifasi ketika berada di antara di tengah-tengah para pejuang-pejuang iman atau prajurit-prajurit doa-Nya Tuhan. Ada impartasi yang akan “membakar” kita dan memberi kekuatan untuk berjalan menuju kemenangan. Menjauh dari lingkungan tersebut membuat seorang percaya mudah menjadi lemah. Oleh sebab itu, jangan menganggap remeh kuasa dari persekutuan dengan para pejuang-pejuang iman atau the power of surrounding your self with warriors.

Mari jemaat Tuhan, beban yang menghinggapi kita adalah beban sementara bukan beban kekal yang akan menekan dan akhirnya menghancurkan. Beban diberikan agar kita belajar untuk “mengembalikannya” kembali. Namun beban itu akan menetap apabila kita salah berespon ketika menghadapinya.

Tuhan Yesus memberkati!

Ketika Beban Menghinggapi (Pesan Gembala, 26 Desember 2021)

| Warta Jemaat |
About The Author
-